Belajar dari MTQ Nasional XXIX Kalsel 2022 : Kita Pasti Bisa

0

Oleh : Susyam Widiantho

PANDEMI Covic-19 boleh saja membuat Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) terpuruk dalam bidang ekonomi, pariwisata, olahraga atau bidang apapun. Tetapi realitas faktual menunjukkan bahwa dari sisi kualitas keagamaan Kalsel masih bisa “mengangkat kepala”.

COBA perhatikan saja pencapaian Kalsel pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXIX Kalimantan Selatan Tahun 2022 beberapa hari yang lalu, Kategori bergengsi nyaris semuanya dimenangkan Kalsel.

Tidak tanggung-tanggung, Kalsel menduduki Juara I untuk beberapa kategori itu. Sebut saja Tilawah Qur’an Dewasa, Qori dan Qori’ah terbaik, demikian juga Muratillah terbaik serta Qira’at Mujawwad Dewasa, di mana Putra dan Putri Kalsel berhasil mengalahkan Qori dan Qoriah dari seluruh provinsi di negeri ini.

MTQ adalah sebuah festival keagamaan Islam Indonesia yang bertujuan mengagungkan Alquran. MTQ pertama dilaksanakan pada tahun 1968 dan pada pelaksanan MTQ yang ketiga pada tahun 1970 di laksanakan di Banjarmasin. Kini, setelah 52 tahun kemudian MTQ Kembali dilaksanakan di Bumi Lambung Mangkurat ini. Tentu ini menjadi hal yang membanggakan untuk masyarakat Kalsel.

BACA : Berlaga di MTQ Internasional Malaysia, Qari Asal Kalsel Raih Juara Perunggu

Semakin bangga lagi ketika Pada MTQ Nasional XXIX kali ini, Kalsel mempersiapkan pagelaran MTQ akan berkonsep teknologi digital yang merupakan pertama kali selama perhelatan MTQ di Indonesia yang dikonsep oleh Gubernur Kalsel H. Sahbirin Noor.

Untuk itu, Gubernur Kalsel “diganjar” dengan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia atas Prestasi Pemrakarsa Rekor MTQ Nasional XXIX dengan Konsep Digital Futuristik dan Dinamis Pertama di Indonesia. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Paulus Pangka selaku Ketua Umum dan Pendiri Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia.

BACA JUGA : Usai Menanti 52 Tahun, Juraidi; Sosok Suksesor Kalsel Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional Kali Kedua

Sulit dibayangkan di tengah hujan kritik terhadap dunia pendidikan kita, justru para generasi muda kita mengukir prestasi emas di beberapa kategori lomba pada MTQ 2022 dan dengan Juara yang tidak main-main : Juara satu. Dan secara Nasional Kalsel di peringkat III setelah Jawa Timur Dan DKI Jakarta.

Fenomena apa ini? Prestasi generasi muda Kalsel diukir setelah peringkat IPM Kalsel  berada pada peringkat 21 se-Indonesia, dimana belum optimalnya pendidikan kita adalah hal yang menjadi penyebabnya. Sulit dipastikan memang, tapi setidaknya kita dapat menduga bahwa persoalan pendidikan di Kalsel tidaklah hancur-hancuran seperti yang diduga banyak orang. Masih ada sisi-sisi membanggakan yang masih berjalan dengan baik.

BACA JUGA : MTQ XXIX Resmi Ditutup, Ketua Dewan Hakim Umumkan Kalsel Juara Umum 3

Pada level struktur mikro yaitu proses belajar mengajar ada banyak peluang kita untuk berbenah tanpa menunggu perbaikan sistem secara menyeluruh. Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan sowan ke rumah seorang tokoh pendidikan (Prof. Dr. Djohan, M.Si.) di Kota Yogyakarta. Menurut beliau pada level struktur meso dan makro, persoalan pendidikan kita mengalami kendala sitemik yang cukup parah. Namun kendala ini tidak semerta-merta dapat mempengaruhi struktur mikro pendidikan. Sebab dengan usaha keras semua pengelola Pendidikan banyak prestasi yang mungkin masih bisa kita raih.

BACA JUGA : DAK Pendidikan Kalsel Meningkat, DPRD Minta 2023 Gunakan Sistem Swakelola

Kita perhatikan bagaimana para Kafilah Kalsel, sebagai struktur kecil dari pendidikan kita telah menunjukkan hal yang inspiratif. Kendati sistem Pendidikan kita sedang dihadapkan pada berbagai persoalan, mereka ternyata mampu menunjukkan kemampuannya dan tidak tanggung-tanggung : langsung membuat debut prestasi secara nasional dan berhasil.

Pertanyaan nakal dan menggoda kemudian muncul : bisakah pendidikan kita melakukan hal yang sama. Bisa? Tentu saja. Sebab pada level struktur mikro peranan dominan ada pada pihak guru. Kepala Dinas Pendidikan apalagi Kementrian tentu tidak sampai mengurusi sampai pada level ini. Gurulah actor intelektual-nya. Guru sebagai fasilitator harus berjuang dan terus memotivasi diri untuk terus berubah kearah pendidikan dengan paradigma baru.

BACA JUGA : Daya Serap DAK Pendidikan Hanya 70 Persen, Kadisdikbud Kalsel: Itu Perpaduan Kabupaten/Kota

Terus gunakan enam karakter Profil Pelajar Pancasila dalam kreativitas proses pembelajaran. Pendidikan berpusat pada siswa jangan hanya sebagai wacana, tetapi terapkan beriringan dengan konsep belajar sepanjang hayat. Guru bukanlah kebenaran yang mutlak, tetapi guru mampu menjadi gaet bagi siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan kelebihan dan karakter siswa. Hakikatnya, pengembangan diri guru menjadi kunci pengembangan siswa.

Ruang kebebasan sebagai syarat mengembangkan kreativitas begitu terbuka, apalagi pada kurikulum merdeka. Tunggu apa lagi? Toh prestasi Kafilah Kalsel tidak lepas dari peranan sekolah juga. Mereka menunjukkan kualifikasi ini meskipun dengan “cita rasa” yang berbeda.

BACA JUGA : Bertemu DPRD Kalsel, Prof Hadin Muhjad Sebut Dunia Pendidikan di Kalsel Masih Banyak Masalah

Sampai pada titik ini persoalan menjadi klasik, yaitu seputar keikhlasan dan kreativitas guru, dan kualifikasi Kafilah Kalsel dapat menjadi titik optimisme kita terhadap peluang ke depan bagi sekolah-sekolah di Kalsel. Sebab secara potensial kalsel punya moal dasar yang mumpuni. Tinggal bagaimana sekolah kemudian mengembangkan diri secara optimal dan mandiri untuk memanfaatkan peluang besar itu.

Diskusi saya dengan Prof. Djohan menambahkan wejangan dalam rangka membuka pikiran saya bahwa guru mengajarkan sebagaimana ilmu yang didapatkan semasa kuliah. Pola dosen mereka pada masa kuliahpun meneruskan apa yang mereka dapatkan sebelumnya. Sehingga ada semacam dosenisme dari “pabrik pendidikan” yang menjadi acuan sistemik dalam kegiatan mikro pendidikan.

BACA JUGA : Lengkapi Tiga Payung Hukum Pendidikan, Komisi IV DPRD Kalsel Inisiasi Raperda PT dan Kemahasiswaan

Pada titik inilah perlunya nalar yang kritis dalam implementasi ilmu para guru yang wajib menyesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat jaman. Bernalar kritis itu pula yang harus ditularkan kepada peserta didik agar mampu melihat sesuatu yang lebih baik di dalam ketidak sempurnaan atau merespon sebuah fenomena dengan perspektif optimis individu. Penguatan dan motivasi guru dapat berperan pada kondisi itu untuk membuka cakrawala pikiran peserta didik.

BACA JUGA : Forum BEM Se-Kalsel Tuntut Dewan Peka soal Isu Lingkungan Hidup dan Pendidikan

Otonomi semakin luas yang berikan pemerintah kepada sekolah belakangan ini melalui kurikulum merdeka, dapat meyakinkan kita bahwa sekolah dapat maju lebih cepat kearah prestasi besar di masa mendatang. Tidak hanya sekedar mengejar percepatan pemulihan pasca learning lose nya Pandemi Covid-19.  Pemerintah telah memberi kebebasan pada sekolah untuk mengembangkan kreativitas mikro dan makro. Jadi melalui guru, kini  kembali kepada sekolah, apakah akan mempertimbangkan cara kerja dan prestasi Kafilah Kalsel, atau tidak. That’s all…(jejakrekam)

Penulis adalah Guru Seni SMA Negeri 13 Banjarmasin

Dosen Pendidikan Seni Pertunjukan ULM

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.