Kita (Bukan) Banjarmasin Baiman

4

Oleh : Anang Rosadi Adenansi

MOTTO Kota Banjarmasin Baiman yang berarti Barasih wan Nyaman atau bersih dan nyaman ingin dikuatkan lagi dalam tagline peringatan Hari Jadi ke-497 atau hampir lima abad pada 24 September 2023 nanti dengan sematan; Banjarmasin Baiman adalah Kita.

TERMINOLOGI Baiman atau dalam bahasa Indonesia sinonim dengan Beriman itu sebenarnya ranah religius tinggi dan kuat sekali nilai filosofi keagamaan, karena berada di derajat tinggi berbicara sebuah keyakinan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) diartikan Beriman bermakna mempunyai iman (ketetapan hati); mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebab, Beriman merupakan kata kerja (verbia), namun faktanya di lapangan jauh panggang dari api. Diksi Baiman terbukti ketika pemerintah (kota) gagal menyusun peta jalan (roadmap) kepemimpinannya. Indikatornya adalah masalah sampah tidak bisa teratasi, sungai amburadul tidak ditangani serius kecuali seremonial belaka.

BACA : Pastikan Kota Beri Ruang Semua Warga, Tema Harjad ke-497 Banjarmasin Baiman adalah Kita

Bahkan, untuk bikin film Jendela Seribu Sungai (JSS), padahal pada hakikatnya sungai itu tidak punya jendela menelan dana jumbo Rp 6,6 miliar atau versi lain Rp 6,8 miliar. Jika mengacu ke diksi jendela, berarti rumah di tepi atau pinggir sungai rasanya hampir berbanding dengan jamban tanpa jendela.

Kalau bikin film realistis saja dengan kondisi kota. Alih-alih DPRD Kota Banjarmasin yang punya hak pengawasan, selain anggaran dan legislasi justru terkesan kuat seperti kura-kura dalam perahu. Ada yang menuding anggaran film JSS itu disebut-sebut telah dikamuflase. Ini parah tentunya, padahal kamuflase itu biasanya dipakai dalam strategi peperangan, ternyata bisa diterapkan dalam urusan duit rakyat.

BACA JUGA : Walikota Ibnu Sina target Visi Banjarmasin Baiman Lebih Bermartabat Tuntas pada 2024

Jadi dengan adanya kamuflase anggaran, tersamarlah duit yang bisa dipakai untuk membiayai bikin film. Tersamarkan seperti orang pintar kode morse saja yang tahu. Ini terekam dalam diksi kamuflase. Saran saja, Dewan yang terhormat jangan mau kalah gunakan hak anggaran dan inisiatif untuk juga bikin sekuel 2 film.

Namun, judulnya bisa lebih realistis bukan kamuflase seperti misalnya beri judul “Tahiku Tahimu Jua” (maaf). Jauh lebih realistis ketika menyaksikan sungai di Banjarmasin, ketika masih banyak orang yang buang hajat di sungai. Nah, ini jauh lebih realistis dibanding kamuflase. Ya, ‘kotoran’ itu akhirnya larut terbawa arus sungai, seperti eceng gondok (ilung), karena tidak tercium baunya lagi. Ini adalah gambaran penderitaan sebenarnya yang sudah dialami rakyat.

BACA JUGA : Berawal dari Kamuflase Anggaran, Dewan Sangsi Film JSS Bisa Angkat Promosi Daerah

Bagaimana bisa dikatakan ‘Baiman’, ketika Dewan berteriak-teriak soal jembatan apung atau kita pakai istilah bahasa Banjar yakni ‘unggat-unggat apung’ yang hampir berbiaya Rp 5 miliar atau Rp 4,5 miliar. Sebenarnya, jika mengerti keadaan atau kondisi rakyat, duit Rp 1 miliar itu sebenarnya sudah banyak bagi rakyat.

Misalkan, kalau hanya sekadar untuk akses koneksi siring di Sungai Martapura yang terputus akibat berada di bawah Jembatan Dewi sehingga terhubunglah kawasan Siring Tendean dengan Kampung Baru dengan pakai drum plastik atau tongkang pelat dengan fungsinya tetap sama, maka uang rakyat bisa dihemat dan digunakan untuk kepentingan lainnya yang lebih membutuhkan lagi. Jangan sampai tindakan mubazir itu justru berlawanan dengan semangat ‘Baiman’ atau malah mereduksinya.

BACA JUGA : Serap 2 Tahun Anggaran, Butuh Dana Puluhan Miliar Demi Muluskan Gedung Baru DPRD Banjarmasin

Sebab, sekarang Kampung Ketupat yang kabarnya dibikin pihak ketiga dengan dana investasi Rp 6 miliar, jelas-jelas menutup view sungai dan ruang publik karena siring dibangun sebenarnya untuk bisa menikmati panorama Sungai Martapura yang membelah kota.

Tentu saja, ini adalah gambaran bagaimana pemimpin kota, termasuk di dalamnya adalah para wakil rakyat Dewan terhormat itu. Faktanya lagi, saat ini sungai-sungai di Banjarmasin juga dijejali jaringan pipa PDAM yang mempersempit dan membuat sungai tak lagi berfungsi baik.

BACA JUGA : Bikin 20 Kampung Bermain Baiman di Banjarmasin Disuntik Dana Rp 50,5 Miliar

Ada lagi soal kabel jaringan atau utilitas yang berada di udara laiknya tali layang-layang kusut hingga membuat wajah kota ini seperti kota dijejali dengan tali jemuran. Komplitlah penderitaan masyarakat, sudah tak bisa menikmati keindahan sungai, kota pun seperti benang kusut. Jangan bicara Banjarmasin Baiman adalah kita, karena itu masih dalam khayalan ya seperti ketika kita diajak untuk bangga dan euforia menjadi daerah penyangga Ibukota Negara (IKN) Nusantara.

Para wakil rakyat kita di DPRD Banjarmasin yang sebentar lagi akan berakhir masa jabatan atau lengser diberi kado gedung baru dengan dana puluhan miliar, kabarnya sampai Rp 40 miliar bahkan bisa tembus Rp 50 miliar.

BACA JUGA : Muat Janji Politik Ibnu-Arifin, DPRD Banjarmasin Pantau Kemajuan Program Baiman Lebih Bermartabat

Pun begitu, walikota yang sebentar lagi ‘lengser ke prabon’ karena periodisasi bakal berakhir pula dihadiahi rumah jabatan dinas berbiaya Rp 5,3 miliar, ini tentu belum termasuk harga lahan yang dibeli kabarnya dari pengusaha mencapai puluhan miliar.

Jadi, wujud dari Baiman itu adalah kepemimpinan harus lebih realistis dengan mengedepankan nurani dan menyingkirkan nafsu ‘serakah’ dalam menggunakan uang rakyat yang sejatinya harus kembali kepada rakyat.

BACA JUGA : Ajukan RPJMD Banjarmasin 2021-2026, Walikota Ibnu Ungkap Masih Baiman Lebih Bermartabat

Belajarlah dari kisah Nabi Musa AS, saat berhadapan dengan trio durjana; Firaun, Haman dan Qarun, gambaran yang terjadi pada setiap masa, memang setiap zaman itu beda pelakon atau setiap waktu beda pelaku, tapi pada hakikatnya ceritanya hampir sama.

Ingatlah lagi, bagi pemimpin sebagai pemegang amanat rakyat, pasti akan diminta pertanggungjawabannya. Setiap kebijakan dan perbuatan pasti ada risikonya.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua DPW Gerakan Jalan Lurus Provinsi Kalsel

Ketua LSM Mamfus Kalsel

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/08/06/kita-bukan-banjarmasin-baiman/
Editor Siti Nurdianti
4 Komentar
  1. Paidjo berkata

    Bujur banar jar Pian…masalah sampah yang masalah kecil aja kada teratasi belarut larut, kaya apa handak dikata Baiman..

  2. imam berkata

    saya salut , semoga setiap perjuangan berbuah manis,tetap semangat pejuang rakyat.

  3. Jin dan jun berkata

    Keren..lugas sederhana..berani..

  4. Akhmad Subhan berkata

    Ngeriii

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.