Berawal dari Kamuflase Anggaran, Dewan Sangsi Film JSS Bisa Angkat Promosi Daerah

0

FILM Jendela Seribu Sungai (JSS) garapan Radepa Studio telah tayang perdana pada gala premiere di Studo XXI Duta Mall Banjarmasin, Senin (10/7/2023) lalu.

DARI tiket masuk ke Studio 9 di pusat perbelanjaan modern terbesar di Banjarmasin, penonton harus bayar Rp 50 ribu. Direncanakan, film berbiaya Rp 6,8 miliar itu akan ditayangkan di jaringan bioskop di Indonesia pada 20 Juli 2023 mendatang.

Radepa Studio merupakan rumah produksi yang sudah 15 tahun berkecimpung di industri film, televisi, dokumenter dan event. Tercatat, tidak kurang dari 30 judul film dari berbagai genre telah diproduksi rumah produksi berpusat di Jalan Timbul IV/17 C, Kavling DKI, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini.

Di antaranya, film garapan Radepa Studio adalah Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, Perahu Kertas, Mencari Hilal dan lainnya. Radepa Studio ditunjuk Pemkot Banjarmasin untuk menggarap film berjudul Jendela Seribu Sungai (JSS) mengangkat novel dengan judul yang sama karya Miranda Seftiana dan Avesina.

BACA : Siap Tayang Di Tahun 2023, Film Jendela Seribu Sungai Angkat Cerita Mimpi Dan Cita-Cita 3 Anak

Ingin meniru kesuksesan film drama berjudul Laskar Pelangi (2008) yang berhasil mencetak rekor 4,6 juta penonton. Film garapan Riri Reza dan Mira Lesmana, kolaborasi Miles Film dan Mizan Production serta SinemArt dengan skenario oleh ditulis Salman Aristo, terbukti mendongkrak sektor pariwisata Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), tempat kelahiran sang penulis novel; Andrea Hirata.

Alhasil, melalui pos Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Banjarmasin dari APBD Perubahan 2022, disuntikkan dana Rp 6.887.571.800 atau segede Rp 6,8 miliar lebih untuk membiayai pembuatan film JSS.

BACA JUGA : DPRD Banjarmasin Hanya Beri Sanksi Moral, Film Jendela Seribu Sungai Ternyata Berbiaya Rp 6,8 Miliar

Nama pos anggaran itu adalah penguatan promosi melalui media cetak, elektronik dan media lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri. Namun, dari keterangannya dikasih nama anggaran film Jendela Seribu Sungai (JSS).

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Banjarmasin dari Fraksi PAN, Afrizaldi mengingatkan dewan tidak mempersoalkan masalah pembuatan film JSS.

“Yang kami permasalahakn adalah bukan soal pembuatan film atau tujuan dari pembuatan film JSS. Tapi, soal mekanisme penganggaran film JSS yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi di APBD Perubahan 2022,” ucap Afrizaldi kepada jejakrekam.com, Sabtu (15/7/2023).

BACA JUGA : Disbudporapar Banjarmasin Siap Buka-Bukaan, Walikota Ibnu Sina; Film Jendela Seribu Sungai Seperti Laskar Pelangi

Menurut dia, pemerintah kota justru mengkamuflasekan kegiatan bersumber dari anggaran uang rakyat demi membikin film JSS dengan dalih promosi daerah.

“Ini yang harus digarisbawahi bahwa dewan mengeritisi adalah pada proses pengajuan anggaran pembuatan film JSS yang tidak transparan. Bahkan, kami merasakan kecolongan dengan model kamuflase anggaran itu,” ucap Sekretaris Fraksi PAN DPRD Banjarmasin ini.

Bagi vokalis DPRD Banjarmasin ini dengan besaran anggaran mencapai Rp 6,8 miliar itu, tentu harus bisa dipertanggungjawabkan oleh pemerintah kota. “Dalam potensi pendapatan bagi daerah, karena menonton film JSS itu tidak gratis. Kabarnya di jejaring bioskop nasional sudah dipatok harga tiket masuk mencapai puluhan ribu rupiah,” kata Afrizal.

BACA JUGA : Film Jendela Seribu Sungai dan Seberapa Banyak Penggunaan Bahasa Daerah; Banjar

Tak hanya soal potensi pendapatan yang bisa masuk kategeri pemasukan bagi daerah, Afrizal juga menyentil soal film yang digadang-gadang jadi wahana promosi daerah.

“Kalau bicara pemasukan tentu harus ada peraturan daerah (perda) sebagai acuannya, apakah bisa dipungut dari hasil penjualan tiket masuk menonton film JSS. Kemudian, jika soal promosi daerah, apakah itu berdampak bagi Banjarmasin?” cecar Afrizal.

Anggota Badan Anggaran dan Sekretaris Fraksi PAN DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi. (Foto Istimewa)

————–

Menurut dia, dengan kekuatan visual yang ditonjolkan pihak prosedur film JSS, seperti kondisi Sungai Martapura yang digambarkan berair jernih kebiru-biruan atau hijau toska justru faktanya sebaliknya, airnya keruh kecoklat-coklatan.

BACA JUGA : Bergenre Petualangan Anak-Anak, Film Jendela Seribu Sungai Tayang Perdana pada 20 Juli Nanti

“Jelas, saat penonton film JSS misalkan ingin berkunjung ke Banjarmasin, bisa jadi terkejut dengan kondisi riil di lapangan. Niat awal untuk promosi daerah, jangan sampai dengan melihat fakta yang ada di Banjarmasin juga membawa hal yang memalukan,” kata Afrizal.

Selama ini, kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Banjarmasin justru kondisi kota tidak baik-baik saja, banjir alias calap, sistem drainase buruk, jalan serta pengelolaan sampah yang masih amburadul.  

“Pendapat saya sebelum bikin film untuk mempromosikan daerah, lebih baik dibenahi dulu Kota Banjarmasin. Jangan sampai saat berkunjung ke Banjarmasin, alih-alih wisatawan puas, justru bisa jadi kecewa dengan melihat fakta yang ada,” kata Wakil Ketua DPW PAN Kalsel ini.

BACA JUGA : Jangan Mengulang Kasus Dermaga Apung dan Film JSS, Ini Porsi Anggaran SKPD Terbesar di Banjarmasin

Laiknya film Laskar Pelangi atau film lainnya, Afrizal berpendapat sebenarnya Kota Banjarmasin belum siap untuk dipromosikan sebagai kota yang bersih dan nyaman (baiman).

“Itu menurut saya. Jadi anggaran yang besar semacam ongkos pembuatan film JSS sebenarnya bisa digunakan untuk membenahi dan memperbaiki kota. Sesuai slogan Banjarmasin Baiman (Barasih wan Nyaman) sehingga hal itu benar-benar tercermin pada kenyataan sebagai kota yang nyaman dan ramah lingkungan,” pungkas Afrizal.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.