Menangkap Pesan Kehadiran Monica Putri Rasyid di Kalteng

0

Oleh : Untung Aslianur

EKSISTENSI seorang Monica Putri Rasyid saat ini tengah menjadi perbincangan publik. Ketika mulai jadi pengetahuan umum bahwa putri taipan Abdul Rasyid, pendiri perusahaan Sawit Sumber Mas Sarana ini diprediksi akan berkompetisi di even elektoral 2024 nanti.

APAKAH putri Abdul Rasyid yang merupakan orang terkaya ke-41 di Indonesia ditaksir memiliki kekayaan USD 805 juta atau Rp 9,9 triliun versi majalah Forbes (2014) akan mengincar tiket ke Senayan Jakarta atau malah mengantre loket Pilkada Kalteng 2024 nanti? Kebenarannya, hanya Tuhan dan Monica, beserta orang-orang dekatnya saja yang tahu.

Saya sendiri tidak mengenal Monica secara pribadi. Sebab ketika saya masih berada di Kota Palangka Raya beberapa tahun yang lalu, dia masih belum muncul. Di saat ia mulai turun ke Kalimantan Tengah (Kalteng), saya telah berada jauh di Kalimantan Barat (Kalbar) dan sudah hampir terputus dari berbagai realitas politik di sana. Hanya bisa memantau lewat media sosial.

BACA : Konglomerat Kalteng Abdul Rasyid Ajak Peduli Orangutan

Akan tetapi dari kejauhan, saya masih bisa menangkap sedikit kesan yang tersirat dari berbagai berita tentang Monica sebagai figur yang berintegritas, tulus, dan bisa dipercaya. Namanya cukup moncer sebagai seorang putri dari pengusaha nasional, H Abdul Rasyid serta sepupu Gubernur Kalteng, Sugianto Sabran. Sebenarnya itu saja sudah cukup untuk kualitas personal yang baik. Akan tetapi sebagai seorang perempuan yang masih berusia sangat muda, saya kira Monica diharuskan bisa untuk mengembangkan kemampuan lebih jika ingin berkompetisi di Kalteng yang iklim politiknya sangat dinamis, dengan patron-patron yang telah terpola.

Dalam konteks demokrasi sebenarnya memang tidak ada perbedaan hak antara perempuan dan laki-laki. Sebab dalam pemerintahan ataupun legislatif yang bergerak adalah sebuah sistem, bukan sekadar fisik semata. Hingga saat ini, tidak ada UU yang melarang perempuan untuk memegang jabatan kepala daerah ataupun DPR RI di Indonesia. Maka dari itu kita harus sportif untuk memberi ruang kompetisi yang sama.

BACA JUGA : Mundur Jadi Bursa Cawagub, Habib Said Ismail Masih Berhitung di Pilkada Kalteng

Meskipun laki-laki lebih kuat secara fisik, tapi dalam konteks negara dan pemerintahan, tidak terpaku hanya pada kekuatan fisik, tapi juga sebuah sistem yang membutuhkan pemikiran cerdas dan sanggup menyelesaikan segala permasalahan masyarakat.

Dalam hal ini, perempuan tidak selalu berada di bawah laki-laki. Bahkan seringkali perempuan justru lebih peka dan peduli untuk menyelesaikan persoalan yang terkadang luput dari pandangan laki-laki.

Meskipun tidak semua, tapi pada umumnya kebanyakan perempuan memang kerap menggunakan perasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menggunakan perasaan dan logika dalam menyelesaikan permasalahan akan lebih baik ketimbang hanya menggunakan salah satu saja.

BACA JUGA : Bicara Suksesi Pilkada, Bupati Nadalsyah Rapat Virtual dengan Gubernur Kalteng

Sikap tegas memang perlu. Tapi dengan kepekaan sebagai perempuan, akan lebih memahami persoalan secara rinci. Baper bukan berarti berarti lemah dan kalah dengan keadaan. Namun justru membuat lebih peka dalam situasi darurat dan tegas akan mengambil keputusan yang tepat.

Kalteng adalah provinsi terluas kedua di Indonesia, setelah Papua. Ukurannya bahkan mencapai 1,5 kali dari pulau Jawa. Provinsi ini dibangun pada tahun 1957 pemekaran dari Kalimantan Selatan. Usianya hanya selisih satu tahun dengan tiga provinsi lain di Borneo seperti Kalsel, Kaltim, dan Kalbar yang sudah lebih dulu dibentuk pada tahun 1956, yang dipecah dari Provinsi Kalimantan.

BACA JUGA : Songsong Pilkada 2024, Bursa Bakal Calon Bupati Barut Mulai Ramai

Persoalan yang paling umum dari Provinsi Kalteng adalah jumlah APBD yang terlalu kecil untuk sebuah daerah yang luas. Akibatnya tentu saja pembangunan tidak dapat dilakukan secara maksimal dengan keterbatasan anggaran. Jika Monica serius ingin terjun ke ranah politik, hal terpenting yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk memobilisasi kesadaran pendukungnya untuk membantu mewujudkan visi dan cita-cita bersama. Hal itu tidak hanya membutuhkan keseriusan, tapi juga kekuatan dan kharisma untuk mengonsolidasikan struktur yang rumit.

Di Kalimantan, ada cukup banyak perempuan yang memulai karier politiknya di usia muda. Rata-rata semuanya cukup berhasil untuk mendapatkan panggung, meskipun terkadang dewi fortuna tidak berpihak kepada mereka. Sementara pada diri Monica terdapat role model sebagai gambaran ideal yang diimpikan banyak wanita, cantik, pintar, dan kaya raya. Terlebih, Monica terjun ke tengah masyarakat dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman, yang tentu saja sangat berharga untuk memotivasi anak-anak muda dalam menyongsong dan merintis masa depan.

BACA JUGA : Demokrasi Indonesia Dibajak Oligarki, Ketum Partai Ummat : Kita Lawan dan Basmi!

Undakan demi undakan dalam bisnis dan karir politik yang cemerlang hanya bisa didaki oleh orang-orang yang pintar membaca dinamika pasar dan arah angin histeria. Di Puncaknya, Monica dapat berdiri dan melihat lapangan kurusetra yang lebih luas. Akan tetapi, dia butuh lebih dari sekadar keberuntungan dan dukungan. Monica membutuhkan taktik yang tepat dan strategi yang matang.

Dan langkah yang diambil Monica dalam merintis popularitasnya dengan cara yang tak biasa dari kebanyakan orang, adalah hal terjenius yang telah ia lakukan. Bukannya merapat ke organisasi-organisasi besar seperti Hipmi ataupun KNPI yang telah terstruktur dari tingkat nasional hingga ke daerah, Monica justru mengambil langkah anti mainstream, membentuk organisasi sendiri yakni Klinik Bisnis (KB) dan Yayasan Abdul Rasyid Foundation (ARF) yang berada di bawah naungan perusahaan besar milik keluarganya.

BACA JUGA : Hanya Simbol Kedaulatan Rakyat, Demokrasi Indonesia Kini ‘Dibajak’ Oligarki

Seperti kata Bob Sadino. Bahwa setinggi apapun jabatan kita, statusnya tetaplah pegawai. Dan sekecil apapun usaha kita, tapi disitu kita adalah bos-nya. Hal yang demikian sepertinya tengah dilakukan oleh Monica. Dalam kesempatan itu, Monica bisa bertindak di luar arus utama tanpa harus menyesuaikan dengan pandangan ideal sebagian orang.

Seminar-seminar yang diadakan KB serta banyaknya bantuan sosial yang kerap dibagikan Yayasan ARF di berbagai momen, saya kira cukup berhasil melambungkan nama Monica sebagai CEO-nya.

BACA JUGA : Jika Politik Transaksional, Oligarki Campur Tangan, Isra : Pilgub Kalsel Hingga PSU Contoh Anomali

Terlepas dari ranah politik, kembalinya Monica ke Kalteng, di mana sebelumnya ia lebih banyak tinggal di Singapura dan sering berkunjung ke sejumlah negara yang itu tentu menambah wawasannya tentang banyak hal, mungkin cukup bermanfaat sebagai bekalnya dalam berkompetisi.

Monica memang bukan orang politik, tapi ia adalah sosok anak muda yang berpikiran logis. Karenanya ia cermat dan analitik. Terutama dalam pengembangan bisnis.

Kehadiran Monica ke Kalteng, di mana sebelumnya dia lebih banyak tinggal di Singapura dan sering berkunjung ke sejumlah negara, tentu saja itu akan menambah wawasannya tentang banyak hal, akan sangat berharga untuk dibagikan di Kalteng. Kalteng boleh berharap, meskipun tidak ikut berkompetisi di tahun 2024 nanti, Monica tetap mau membantu mengembangkan usaha-usaha kecil, UKM, di sana. Sekalipun andai ia bukan sebagai pejabat publik.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Sosial dan Politik Kalsel dan Kalteng

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/09/15/menangkap-pesan-kehadiran-monica-putri-rasyid-di-kalteng/,Biodata Monica Putri Rasyid,monica putri rasyid
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.