Berdayakan Masyarakat, Walhi Kalsel Pamerkan Aneka Produk Andalan Olahan Rawa Gambut

0

JIKA selama ini Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dikenal garang dalam mengadvokasi gerakan penyelamatan lingkungan hidup, ternyata aspek pemberdayaan masyarakat tak dilupakan.

WALHI sendiri kini merupakan organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia. Hingga terdata ada 487 organisasi yang bergabung menjadi anggota dari organisasi non pemerintah hingga pencinta alam. Termasuk, ratusan anggota individu tersebar di 28 provinsi di Indonesia.

Walhi Kalimantan Selatan termasuk yang terdepan dalam mendorong upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Banua. Utamanya, mendorong terwujudnya pengakuan hak atasa lingkungan hidup serta terpenuhinya hak asasi manusia (HAM) sebagai tanggung jawab negara atas pemenuhan sumber-sumber kehidupan rakyat.

BACA : Bumi Lagi Sakit, Walhi Kalsel dan Jejaringnya Kampanyekan Tolak Investasi Kotor

Ternyata, Walhi Kalsel pun tak melupakan program pemberdayaan masyarakat, khususnya perekonomian. Salah satunya adalah mengembangkan industri berskala rumah berbasis alam.

Seperti pada stand pameran di Religi Expo ke-7 tahun 2022 gelaran LK3 dan PSTMI Kalsel di Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin, Walhi Kalsel pun memamerkan aneka produk tas dari anyaman purun, iwak (karing) khas Kalsel dan kaos ‘Save Meratus’ untuk dijual kepada para pengunjung pameran.

BACA JUGA : Latih 30 Relawan, Walhi Kalsel Bantu 6 Desa di Hantakan Operasikan 11 Alat EWS Bencana

“Iwak karing khas Kalsle ini merupakan hasil dari rawa gambut didatangkan dari Desa Sapala, Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Seperti ikan sepat dan lainnya yang telah dikemas oleh LPHD Sapala,” ucap anggota Dewan Daerah Walhi Kalsel, Novi Nian Sari kepada jejakrekam.com, Minggu (11/9/2022).

Kemudian untuk kerajinan tas purun dari tumbuhan rawa gambut sejenis rerumputan liar diolah Alfirdaus. Pusat kerajinan ini menjadi mitra dari Walhi Kalsel terletak di Jalan Purnawirawan RT 05 RW 02, Kampung Purun, Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru.

“Sedangkan, produk lainnya olahan dari Forum Pedagang Kaki Lima Lapangan Murjani (Forkamu) Banjarbaru,” ucap Novi.

BACA JUGA : Tolak Solusi Iklim Palsu COP 26, Walhi Kalsel Bentangkan Spanduk #SaveMeratus di Sungai Barito

Menurut dia, sebenarnya dalam pameran ini hendak pula dipamerkan produk sirup kayu manis yang diolah masyarakat adat Malaris, Loksado, Hulu Sungai Selatan (HSS).

“Namun, karena packaging (kemasan) belum siap, terpaksa belum bisa kami pamerkan. Ke depan, produk sirup kayu manis ini akan dipromosikan sehingga menjadi produk andalan dan primadona di Kalsel dan bahkan bisa menembus pasar nasional,” kata perempuan berjilbab ini.

BACA JUGA : Konflik Agraria, Rakyat Selalu Kalah, Walhi Kalsel Desak Pemerintah Usut Perusak Lingkungan

Senada itu, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono mengatakan dari dulu, Walhi mendorong agar negara mengakui wilayah kelola rakyat yakni dengan tata kuasa, tata kelola, tata produksi dan tata konsumsi. Termasuk, di Kalimantan Selatan yang masih banyak potensi rakyat yang ramah lingkungan dan bisa dikembangkan.

“Seharusnya negara atau pemerintah jangan selalu mengandalkan industri ekstraktif yang merusak lingkungan dan menggusur wilayah kelola rakyat. Jadi, negara harus mengakui wilayah kelola rakyat,” kata Cak Kiss, sapaan akrab aktivis lingkungan berambut gondrong ini.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.