Latih 30 Relawan, Walhi Kalsel Bantu 6 Desa di Hantakan Operasikan 11 Alat EWS Bencana

0

TAK hanya menggelar aksi protes dan kampanye soal kerusakan lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel ini berkiprah membantu masyarakat. Utamanya, desa-desa yang rentan banjir dan bencana lainnya.

ORGANISASI masyarakat sipil yang konsen dengan isu lingkungan ini pun membantu enam desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) untuk pemasangan sistem deteksi peringatan dini bencana (early warning system), khusus banjir dan longsor.

Enam desa dibantu Walhi Kalsel itu adalah Desa Patikalain, Desa Datar Ajab, Desa Alat, Desa Hantakan, Desa Batu Tunggal dan Desa Baru (Batu Benawa). Rata-rata desa ini berada di lereng Pegunungan Meratus.

“Ada 11 alat migitasi bencana sebagai jalur pembangunan jalur komunikasi peringatan dini bencana (early warning system) berbasis radio amatir telah diberikan kepada enam desa di Kecamatan Hantakan, Kabupaten HST,” ucap Kepala Departemen Penggalangan Sumberdaya, Penguatan Organisasi dan Managemen Program Walhi Kalsel, Rudy Fahrianor kepada jejakrekam.com, Jumat (14/1/2022).

BACA : Tolak Solusi Iklim Palsu COP 26, Walhi Kalsel Bentangkan Spanduk #SaveMeratus di Sungai Barito

Menurut dia, dengan adanya media komunikasi ini, maka masyarakat di wilayah Pegunungan Meratus lebih mudah menangkap informasi akurat mengenai ancaman bencana dan lainnya.

“Ada 30 relawan yang sudah dilatih, tiap desa  terdiri dari lima orang . Mereka yang diberi amanah untuk menginformasikan sinyal kebencanaan itu sebelum terjadi,” ucap Rudi Fahrianor.

Nama program tersebut dikatakan Rudy adalah Response Toward Covid-19 Resilience (Restore) yang didanai United Nations Development Programme (UNDP). Rudy mengatakan pengadaan barang atau alat mitigasi berupa headlamp (30 unit), megaphone (6), radio HT (24), radio Rig (6), antena Rig (6), antena RPU (1), mesin RPU (1), lampu sorot (12), Accu (7), solar cell (8) dan menara RPU.

“Program ini sebenarnya tambahan yang sebelumnya yaitu bersih-bersih sungai. Selain itu, upaya kami dengan memakai tenaga warga sebagai membantu ekonomi masyarakat pasca Covid-19,” kata Rudy.

BACA JUGA : Konflik Agraria, Rakyat Selalu Kalah, Walhi Kalsel Desak Pemerintah Usut Perusak Lingkungan

Nantinya, menurut Rudy, para relawan akan dibayar honorya sesuai anggaran dari pemerintah desa setempat demi menghargai jasa kerja lingkungan. Rudy mengatakan para relawan nantinya bertugas mengontrol langsung ke muara sungai dalam mengidentifikasi seberapa tinggi air yang naik.

Perangkat EWS yang disumbang Walhi Kalsel untuk enam desa di Kecamatan Hantakan, HST. (Foto Rahim Arza)

Dia menjelaskan Walhi Kalsel baru dapat memberi alat mitigasi bencana keenam desa. Sebab, program selanjutnya diteruskan pihak Pemkab HST, sehingga bisa memfasilitasi desa lainnya. “Program ini baru bisa diluncurkan karena keterbatasan pendanaan yang ada di Walhi Kalsel. Makanya, baru bisa mengakomodir enam desa saja. Semoga, Pemkab HST dapat menganggarkan untuk desa-desa lainnya,” papar Rudy.

BACA JUGA : Kenapa Kalsel Selalu Banjir? Ini Analisis Mantan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta

Dia juga menyinggung soal keterbatasan mendaftarkan frekuensi yang bukan lembaga khusus radio amatir. Rudy menyebut sepatutnya pihak Pemkab HST menangani urusan tersebut.

“Kemarin, kami sudah proses pendaftaran frekuensi. Ternyata dari informasi  Balai Monitoring Frekuensi di Banjarmasin itu hanya tiga golongan yang dapat mengajukan seperti komunitas radio, RAPI, organisasi nirlaba dan pemerintah,” ungkap Rudy.

Sementara itu, Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda HST, Riduan menanggapi keterbatasan Walhi Kalsel dalam mendaftarkan frekuensi.

BACA JUGA : Mana Suara Saiful Rasyid dan Rifqinizamy! Istana Negara Butuh Didemo DPRD HST

“Kami akan menindaklanjuti persoalan tersebut. Sebab, kegiatan dan isu lingkungan dan migitasi bencana menjadi program prioritas Pemkab HST ke depan. Apalagi, kendala yang dihadapi Walhi Kalsel hanya soal teknis dan kebijakan saja,” kata Riduan.

Menurut dia, Pemkab HST juga memprioritaskan wilayah yang rentan banjir bandang dan sebagainya, terutama berada di lereng Pegunungan Meratus. “Kami berterimakasih kepada Walhi Kalsel yang turut membantu ihwal kebencanaan selama ini, baik litigasi maupun non-litigasi,” pungkas Riduan.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.