58 Tahun Pertumbuhan Kawasan Batang Banyu Tabalong, Mungkinkah Menjadi Prototipe Format Masa Depan Kalimantan Selatan? (1)

0

Oleh: Dr Subhan Syarief MT

USAI Ekspedisi Batang Banyu melalui jalur tiga sungai; Sungai Martapura, Sungai Barito dan Sungai Nagara di awal September 2023 lalu. Kemudian, pada 6-7 Oktober 2023, dilanjutkan lewat jalur darat.

EKSPEDISI lanjutan ini dilakukan Tim Ekspedisi Batang Banyu ini mulai difokuskan mengamati pertumbuhan kawasan paling ujung dari daerah batang banyu dan juga tentu mulai mengamati model kebijakan dari tokoh utama yang berpengaruh langsung dalam proses pembangunan di kawasan tersebut.

Kawasan Tabalong adalah kabupaten pertama yang dikunjungi tim inti ekspedisi. Menariknya dalam agenda ekspedisi juga tercantum adannya jadwal silaturahmi dan diskusi dengan tokoh utama Tabalong, yakni Bupati Tabalong Dr HA Syakhfiani. Tentu adanya agenda diskusi  akan banyak membantu melengkapi data ketika menarik kesimpulan hasil pengamatan terhadap berbagai perkembangan bagian kawasan batang banyu tersebut.

BACA JUGA : Ekspedisi Batang Banyu; Arungi 3 Sungai Berujung Luka (2-Habis)

Tabalong merupakan kabupaten yang berada di ujung terhulu (atas) dari provinsi Kalimantan Selatan, Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Tanjung. Kabupaten Tabalong memiliki luas wilayah 3.767,00  km², berpenduduk sebanyak 218.954 jiwa hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Dan pada pertengahan tahun 2023, penduduk Kabupaten Tabalong sebanyak 260.555 jiwa.Tabalong berbatasan dengan kawasan Barito di Provinsi Kalimantan Tengah, dan kabupaten Paser di Provinsi Kalimantan Timur.

Kurun tahun 1980 – 2000, bagi yang seringkali berkunjung ke Tabalong akan melihat tak banyak perubahan yang terjadi di kawasan Tabalong. Kawasan pertumbuhan terlihat hanya terpusat atau banyak tumbuh di dua zona. Zona yang dekat dengan pusat perkantoran pemerintah kabupaten, pusat perdagangan jasa (pasar) dan zona kawasan murung pudak.

BACA JUGA : Terbangun Kepanasan, Ancaman El Nino Mengintai Batang Banyu Dan Berharap Hujan Di Bulan ‘Ember’

Bahkan untuk fasilitas menginab/penginapan yang agak representatif pun tak ada terdapat di pusat kota Tanjung, waktu itu hanya ada penginapan kecil didekat kawasan pasar. Begitu juga hal fasilitas rekreasi, ataupun tempat makan yang agak nyaman juga tak banyak ada. Ketika era tersebut sepertinya hanya ada satu area makan yang bisa sekaligus untuk rekreasi di kawasan Tanjung Puri yang cukup terkenal dengan adanya danau buatan.

Sajian menu ikan mas bakar/goreng lengkap dengan sambel dan sayur segar menjadi sajian khas kawasan tersebut. Ya, salah satu area favorit untuk singgah (rest area) ketika mau menuju ke Provinsi Kalimantan timur atau  dari Kalimantan timur menuju Banjarmasin.

Di era tersebut untuk mengisi BBM pun tak mudah alias cukup kesulitan, karena waktu itu hanya ada satu SPBU di daerah seputaran dekat tugu Obor di perempatan jalan pertemuan jalur masuk Kota Tanjung, jalur ke Murung Pudak, jalur menuju Kalimantan Timur dan jalur menuju Banjarmasin.

BACA : Menyoal Infrastruktur Kawasan Batang Banyu, Mengapa Tak Berkembang Maju (1)

Ketika itu untuk mengisi BBM harus melalui antrean panjang, bahkan tak jarang BBM jenis bensin banyak yang kosong, untuk aman ketika mau menuju Kaltim atau ke Banjarmasin, maka BBM harus di penuhi dari SPBU di Kabupaten HST atau HSS. Tentu aneh, daerah penghasil minyak yang sudah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia tapi faktanya sulit untuk memenuhi kebutuhan BBM bagi warganya.

Dahulu, buah-buahan merupakan salah satu hasil utama dari Tabalong. Ya, daerah ini merupakan penghasil buah-buahan khas Kalimantan yang paling lengkap; durian, pampakin, cempedak, ramania, dan bahkan salah satu buah yang rasanya mungkin tak banyak dimiliki daerah lain di Kalimantan Selatan, buah tersebut adalah buah Langsat (duku) dengan rasa yang khas manisnya, bentuk nya pun beda dengan bentuk langsat (duku) dari daerah lain sehingga di panten kan lah namanya dengan sebutan “langsat tanjung”, buah langsat (duku) yang berasal dari tanjung.

BACA JUGA : Bukan Hanya Susur Sungai, Hasil Kajian Ekspedisi Batang Banyu Direspons Rektor ULM

Rasa buah langsat (duku) tanjung ini manis sekali, kalau sudah matang dipastikan hampir tak ada rasa masam atau kesat/sepat, beda dengan yang berasal dari daerah lain.

Sayangnya, saat ini sudah tak banyak atau tak lagi produktif hasil panen buah langsat tanjung ini, bahkan  untuk mendapatkan  buah khas yang namanya sama dengan nama kotanya ini, langsat tanjung sudah cukup sulit. Ya, mungkin ini diakibatkan karena pohon-pohonnya sudah banyak yang ditebang atau pun sdh tak berbuah seperti dulu lagi.

Sejatinya, ini mesti menjadi catatan penting bagi kabupaten Tabalong. Budidaya tanaman khas ini mesti di lakukan, jangan sampai kasus seperti buah Kasturi, dan buah khas Kalimantan lainnya menjadi punah tergerus oleh dampak pertambangan dan ahli fungsi lahan.

Bahkan kadangkala, ketika membayangkan bila saja Tabalong mampu membuat kawasan khusus yang luas penuh dengan berbagai tanaman khas daerah, terkhusus  pohon durian, pampakin, cempedak dan terkhusus sekali pohon langsat tanjung yang rasanya unik tersebut maka akanlah sangat luar biasa. Bila ini sukses dilakukan maka Tabalong akan menjadi prototipe daerah yang telah melakukan gerakan revolusi hijau produktif dan berwawasan khas daerah.

BACA JUGA : Dari Kalkulasi Ekspedisi Batang Banyu, Batubara Yang Milir Di Sungai Barito Bernilai Rp 129 Triliun Setahun

Selain dari hasil buahnya, Tabalong juga terkenal dengan hasil sarang burung walet nya, ini dulu terdapat di daerah Jaro dan sekitarnya. Sayang, sarang burung walet alami ini tak lagi produktif, infonya di kalahkan oleh usaha ternak walet buatan. Sehingga akhirnya ‘gunung  tinggi’ tempat berbagai goa sarang burung walet tersebut menjadi kalah bersaing oleh bangunan rumah walet. Ya, semestinya perlu di pikirkan agar ‘nilai historis’ dari pada goa-goa penghasil sarang burung walet alamiah diatas gunung ini mestilah tetap di jaga, di pelihara dan dikembangkan lagi dengan dijadikan bagian dari kawasan situs wisata alam.

Dan tentu ini bila dikelola dengan tepat guna dan berbasis ‘edukasi ‘ dengan mengacu kepada kandungan nilai-nilai tradisional, dipastikan akan bisa memberikan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan kabupaten Tabalong dan masyarakat di kawasan tersebut.

Kemajuan pembangunan kawasan batang banyu paling ujung, Tabalong ini mulai bergerak setelah pasca tahun 2000-an. Kemungkinan besar tak lepas dari effek meningkatnya produksi dan kebutuhan batubara dunia, terkhusus yang dikelola oleh perusahaan tambang internasional.

BACA JUGA : Ekspedisi Batang Banyu; Menelusuri Duka dan Harapan di Jalur Sungai Martapura-Barito-Nagara

Ya, tak bisa dipungkiri multy efek dari aktivitas pertambangan yang tinggi membuat pertumbuhan ekonomi Tabalong menjadi meningkat. Dan kemudian ini di perkuat dengan format pengembangan kawasan yang dialihkan dari format lamanya.

Kebijakan memunculkan  pusat pertumbuhan baru di kawasan baru Mabuun memang sangatlah tepat dan berdampak tinggi. Karena memang kawasan tersebut terletak di jalur lintas provinsi, beda dengan kawasan Tanjung lama.

Kemudian akhirnya dari kawasan Mabuun inilah kemajuan kabupaten Tabalong bisa terwujudkan seperti yang bisa dilihat faktanya saat ini, bahkan gambaran kota modern sangat jelas kuat terlihat terjadi di kawasan tersebut.

BACA JUGA : Catatan Tercecer Dari Ekspedisi Batang Banyu; Bercerita Margasari Dan Nagara

Mabuun ujungnya menjadi potret kemajuan infrastruktur kota modern dari Kabupaten Tabalong. Model penataan kota yang tak disadari akhirnya bisa mengalahkan pertumbuhan kota-kota lain yang ada di Kalimantan Selatan, bahkan termasuk sejatinya kemajuan kawasan tersebut sudah bisa menyaingi, tak mustahil mengalahkan pertumbuhan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru.

Bicara atau menguak sekilas hal kabupaten Tabalong ini sangatlah menarik. Tak terbayangkan hanya dalam kurun 20 tahunan, terkhusus di 10 tahun terakhir dibawah kepemimpinan Bupati Dr H Anang Syakhfiani pertumbuhan kabupaten Tabalong di hampir semua aspek telah berjalan dengan pesat dan cepat.

Mulai dari infrastruktur fisik sampai dengan infrastruktur non fisik baik dari segi kuantitas ataupun kualitas meningkat dengan sangat baik. Dan luar biasanya, kemajuan yang terjadi tidaklah tergantung hanya pada hasil dari pendapatan bagi hasil potensi SDA pertambangan yang di miliki kawasan ini.

BACA JUGA : Ekspedisi Batang Banyu; Arungi 3 Sungai Berujung Luka (1)

Mengapa bisa dilakukan, tentu menjadi sebuah pertanyaan penting. Keberhasilan melakukan hal tersebut tersebut tak bisa di pungkiri diawali dari kepiawaian dalam kebijakan  Pemerintah Kabupaten Tabalong memetakan atau membuat roadmap pembangunan kawasan.

Format kebijakan pembangunan yang berbasis mengoptimalkan pemecahan berbagai masalah dan mengembangkan potensi yang dimiliki, bahkan disertai membuka celah untuk memunculkan potensi baru. Potensi baru dengan menjadikan kabupaten Tabalong tak hanya sebagai kota pertanian, perkebunan dan pertambangan tapi sudah di format menjadi kota perdagangan jasa. (jejakrekam/bersambung)

Penulis adalah Peneliti Ekspedisi Batang Banyu Institute

Editor Afdi Achmad

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.