Terbangun Kepanasan, Ancaman El Nino Mengintai Batang Banyu dan Berharap Hujan di Bulan ‘Ember’

0

Oleh : Akbar Rahman

FASE pemanasan global telah berlalu, saat ini fase yang lebih parah melanda yaitu global boiling. Global boiling adalah istilah untuk menggambarkan kenaikan suhu rata-rata pada atmosfer, lautan, dan daratan yang ekstrem sebagai dampak perubahan iklim.

ISTILAH ini pertama kali dinyatakan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, di Markas Besar PBB, New York pada Juli 2023. Istilah ‘Global Boiling’  sendiri dalam kamus bahasa Inggris berarti Pendidihan Global, hal ini terjadi setelah Global Warming, sekaligus menjadi indikator gagalnya menurunkan suhu rata-rata permukaan bumi. Hari-hari ke depan akan lebih terasa panas dan lebih ekstrim terkait dengan kondisi cuaca.

Kesadaran kolektif dalam melihat fenomena alam saat ini sangat diperlukan. Acuh terhadap kondisi lingkungan adalah sifat yang harus dibuang jauh-jauh. Setiap manusia punya peran penyebab kerusakan lingkungan. Maka untuk membalikkan kearah positif diperlukan kesadaran dan kepedulian seluruh insan.

BACA : Bukan Hanya Susur Sungai, Hasil Kajian Ekspedisi Batang Banyu Direspons Rektor ULM

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi beberapa dasawarsa terakhir secara konsisten menyebabkan tingkat kebencanaan yang semakin intens dan ekstrem. Dampak bencana juga meningkatkan penderitaan masyarakat, serta memengaruhi perkembangan dan menghambat pembangunan. Pemerintah harus menggelontorkan anggaran penanganan bencaba yang lebih besar lagi diopsi tak terduga. Ini adalah biaya mahal akibat pengrusakan lingkungan dan eksplorasi sumber daya alam yang tidak terukur atau lepas kendali.

Area batang banyu adalah wilayah lahan basah, pasang surut atau lahan gambut. Ketika terjadi pemanasan (saat ini pendidihan = boiling) maka akan sangat riskan terhadap bencana kekeringan, kebakaran dan gagal tanam hingga gagal panen. Jika dilihat struktur ekonomi masyarakatnya, lagi-lagi wilayah batang banyu akan mendapat dampak El Nino yang mengkhawatirkan.

BACA JUGA : 3 Hari Ekspedisi Batang Banyu Merekam Budaya Luhur Pemukim Bantaran Sungai di Kalsel

El Nino adalah anomali di timur Pasifik yang mempengaruhi fase kering di Indonesia. El Nino ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik bagian equator. Berdasarkan nilai indeks El Nino Southerm Osilliation (ENSO) per Agustus sudah di titik 1,2.

Zona netral berada di angka -0,75 sampai 0,75, jika <-0,75 adalah La-Nina dan >0,75 adalah El Nino. Berbasi data NOAA yang di publikasikan pada 10 Agustus, diprediksi El Nino terus berlanjut hingga rentang Desember 2023 sampai Februari 2024. Jika dilihat angka ENSO 1,2 pada beberapa bulan kedepan jika El Nino terus berlanjut, berharap tidak tembus diangka 3 seperti yang terjadi pada tahun 2014-2015, dan jika dilihat data ENSO tahun 2019, kondisi hari ini sudah memasuki nilai ENSO yang sama.

BACA JUGA : Antisipasi Dampak El Nino, Mentan SYL Minta Kalsel Bikin Terobosan Operasional Sektor Pertanian

El Nino tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana saat ini sudah masuk fase global boiling, artinya El Nino hari ini akan lebih ekstrem lagi. Hal ini sebernarnya sudah bisa dirasakan, di mana beberapa bulan lalu ketika belum masuk zona El Nino, wilayah Kalsel sudah mengalami kekeringan dan kebakaran lahan.

Dapat diprediksi jika nilai ENSO terus meningkat, maka kekeringan ekstrim akan terjadi yang micu semakin meluasnya kebakaran lahan gambut, dimana episentrum yang paling terdampak adalah batang banyu.

Berdasarkan prediksi NOAA, curah hujan di bulan-bulan September, Oktober, November, atau Desember akan sangat rendah karena tekanan udara masih sangat tinggi. Padahal bulan-bulan tersebut sudah masuk musim hujan, dimana petani akan bersiap membajak lahannya untuk bercocok tanam.

BACA JUGA : Medio Agustus Sudah 98 Kali Kebakaran Dera Banjarmasin, Pakar Kota ULM: Sudah Kategori KLB!

Kekeringan di wilayah batang banyu juga akan menyebabkan kelangkaan air bersih. Sumber air bersih utama adalah batang banyu, maka kemungkinan terjadinya pengurangan pasokan air bersih dapat terjadi. Demikian juga halnya dengan pembangkit listrik yang menggunakan air sebagai sumber pembangkit, maka akan terjadi pengurangan pasokan energi. Dampak kebakaran juga dapat mengganggu kesehatan masyarakat akibat asap.

Ancaman El Nino perlu menjadi perhatian, khususnya di wilayah batang banyu yang memiliki potensi besar kebakaran lahan. Adaptasi dan mitigasi perlu dilakukan dalam penangan bencana. Skenario terburuk perlu dipilih untuk mengantisipasi El Nino yang berkelanjutan.

Langkah-langkah strategis perlu diambil secara efektif dan efisien. Usaha dari pemerintah harus dilakukan hingga ke level bawah tingkat RT di setiap wilayah. Terlepas semua itu, usaha harapan dari langit juga harus dilakukan. Berharap musim hujan datang di bulan-bulan ’ember’ (bulan berakhiran -ber), semoga indeks ENSO segera turun, dan el nino berakhir.(jejakrekam)

Penulis adalah Akademisi Fakultas Teknik ULM

Tim Peneliti Ekspedisi Batang Banyu

Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.