Masuk Kawasan CBD Banjarmasin, Nasib Pasar Lama yang Dibiarkan Semrawut Puluhan Tahun

0

BANGUNAN tempo dulu bergaya era kolonial Hindia Belanda masih bisa dilihat di kawasan Pasar Lama atau Pasar Abadi, Jalan Perintis Kemerdekaan (Andalas) pusat Kota Banjarmasin, persisnya di tepian Sungai Martapura.

PADAHAL, Banjarmasin sendiri telah menetapkan zona central business district (CBD) atau pusat kawasan bisnis sebagai satu kesatuan perencanaan kawasan.

Yakni, mulai kawasan perkantoran Lambung Mangkurat, Pasar Lima, Pasar Sudimampir, Mitra Plaza, Kampung Ketupat, Jembatan Terapung (bawasah Jembatan Dewi), Maskot Bekantan, Dermaga Terapung, Menara Pandang, Masjid (Langgar) Al Hinduan, Jembatan Pasar Lama (9 November), Siring Nol Kolimeter, Masjid Raya Sabilal Muhtadin, hingga Kota Lama Bandarmasih Tempo Doeloe, Jalan Hasanuddin HM, yang rata-rata berada di tepian Sungai Martapura. Hal ini tertuang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin Tahun 2021-2041 Nomor 6 Tahun 2021.

BACA : Telan Dana Gede Rp 11,8 Miliar, Proyek Aksesoris Jembatan Pasar Lama Kalahkan Program Urgen

Pasar Lama sendiri pernah direncanakan dalam program revitalisasi pasar tradisional dengan konsep dana pembantuan dari pemerintah pusat (Kementerian Perdagangan) pada 2015-2017 bernilai Rp 35 miliar guna dibangun pasar tiga tingkat. Rencana itu pun tinggal di atas kertas.

Aulia, pedagang peralatan listrik di Pasar Lama, mengakui rencana revitalisasi pasar sempat disosialisasikan kepada para penghuni dan pedagang.

“Sebenarnya, kami sudah bosan mendengar rencana revitalisasi Pasar Lama yang tak pernah terwujud itu. Padahal, waktu itu Dinas Pengelolaan Pasar dan lainnya pernah menyosialisasikan soal rencana itu kepada kami,” kata Aulia kepada jejakrekam.com, Jumat (20/10/2023).

BACA JUGA : Revitalisasi Pasar Lama Tinggal Rencana Di Atas Kertas, Guru Besar FEB ULM Sebut Bisa Digarap Kembali Pemkot Banjarmasin

Menurut dia, awalnya direncanakan Pasar Lama akan dibangun tiga lantai dengan rinciannya, lantai dasar untuk pedagang ikan, sembako dan lainnya. Sedangkan, lantai 2 untuk peralatan listrik, perabotan elektronik serta emas.

“Konsep pasar itu diatur sesuai dengan jenis toko pedagang, tidak campur aduk seperti sekarang,” kata Aulia.

Dia tak memungkiri ada ketakutan dari para pedagang, ketika revitalisasi pasar itu terwujud justru berdampak dengan sepinya para pembeli atau pengunjung, seperti dialami Pasar Sentra Antasari.

“Waktu itu, kami menolak terlebih lagi ternyata yang mendaftar untuk menempati kios atau toko bukan pedagang Pasar Lama asli, justru banyak pedagang baru,” papar Aulia.

BACA JUGA : Butuh Dana Rp 2 Miliar, Pasar ‘Abadi’ Lama Tak Masuk Prioritas Revitalisasi Pasar

Dengan kondisi Pasar Lama yang membaur dengan pemukiman penduduk, Aulia mengakui para penghuni juga ditawarkan untuk direlokasi atau dicarikan tempat hunian baru.

Rahmat, pedagang Pasar Lama lainnya mengakui dengan kondisi pasar yang puluhan tahun tak pernah direvitalisasi atau diperbaiki, banyak kondisi bangunan sudah rusak seperti atap dan bagian lainnya.

“Kalau hujan turun, pasti kebanjiran atau basah. Apalagi, banyak pula pedagang sudah memilih pindah dari Pasar Lama ke pasar-pasar lainnya akibat kondisi bangunan yang sudah tua dan semrawut,” ucap Rahmat.

BACA JUGA : Potret Pasar Lama, Episentrum Peradaban Warga Banjarmasin yang Majemuk

Untuk diketahui, Pasar Lama ini nyaris seumur dengan Pasar Baru yang dibangun di era Kolonial Belanda sebagai dua pusat perdagangan yang mengapit pusat kota berbasis di Benteng Tatas.

Hal ini tak lepas dari sejarah panjang Pasar Lama yang awalnya merupakan pemukiman orang Bugis atau dikenal dengan sebutan Kampung Bugis ketika dipimpin Pembakal Kamal serta masyarakat Indonesia Timur seperti Kampung Ambon dan lainnya, bertetangga dengan Kampung Arab (Antasan Kecil Barat) pada tahun 1880-an.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.