Bukan Venesia dari Timur Tapi Amnesia Usia

0

Oleh : Anang Rosasi Adenansi

KLAIM jika kawasan Pecinan Darat atau Veteran di Banjarmasin yang digadang-dagang akan disulap lewat proyek dana utangan dari Bank Dunia mencapai Rp 1 triliun, termasuk di dalamnya proyek normalisasi sungai lainnya menjadi Venesia dari Timur sama saja dengan amnesia usia.

DALAM kamus medis atau kedokteran, amnesia adalah suatu kondisi ketika seseorang tidak mampu mengingat informasi, fakta, ataupun kejadian yang pernah dialaminya. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya kerusakan atau cedera pada otak.

Sepatutnya, banjir besar yang pernah melanda Kalsel, termasuk Kota Banjarmasin cukup parah terdampak pada awal Januari 2021 harusnya menjadi pengingat bahwa ancaman serupa bisa saja terulang kemudian hari. Terlebih lagi, usia Banjarmasin sebentar lagi bakal menginjak 5 abad, tentu tergolong sudah renta.

Demi menormalkan kembali aliran Sungai Veteran dan sungai-sungai lainnya, Walikota Banjarmasin mengeluarkan Keputusan Nomor 77 Tahun 2021 tentang Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Normalisasi Sungai untuk Pengendalian Banjir di Kota Banjarmasin.

BACA : Denyut Kota Kanal Warisan Belanda yang Terabaikan

SK serupa bernomor 126 Tahun 2021 tentang Pembentukan Satgas Normalisasi Sungai dalam pengendalian banjir dengan melibatkan seluruh elemen, tak hanya dari internal Pemkot Banjarmasin, namun dari kalangan TNI/Polri, akademisi, masyarakat dan lainnya. Namun, tugas Satgas Normalisasi Sungai tak pernah tuntas.

Jika bicara aturan, Banjarmasin sebenarnya sudah punya acuan hukumnya. Sebut saja, Perda Nomor 31 Tahun 2012 tentang Penetapan, Pengaturan Pemanfaatan Sempadan Sungai dan Bekas Sungai. Kemudian, Perda Nomor 15 Tahun 2016 tentang Upaya Peningkatan Pengelolaan Sungai dan lainnya.

BACA JUGA : Atasi Banjir Jangka Panjang, Pakar Kota ULM Saran Banjarmasin Hidupkan Kembali Konsep Kanalisasi

Waktu itu, semua orang diajak oleh Walikota Banjarmasin untuk ikut membantu mengatasi banjir kota. Termasuk, saya sendiri masuk dalam Satgas Normalisasi Sungai Kota Banjarmasin yang ikut bahu membahu bersama elemen lainnya mengatasi masalah sumbatan air akibat sungai ditutup baik pemukiman maupun faktor lainnya.

Benar kata peribahasa, pengalaman adalah guru terbaik. Nah, mengapa banjir yang sudah melanda Banjarmasin pada 2021 itu, bikin kita seperti amnesia dan ‘katarak’ dengan upaya yang tidak terlihat komitmen dan keseriusannya.

BACA JUGA : Jati Diri yang Telah Terlupakan, Banjarmasin Sebenarnya Kota Seribu Kanal

Sewaktu di Satgas Normalisasi Sungai, saya ingat betul ada oknum kawan atau pejabat justru mereka malah menghindar diri. Itu ketika, membongkar kolam ikam rumah dinas seorang petinggi polisi daerah Kalsel yang membandingkan sungai, operator eksavator bukan terintimidasi oleh larangan jangan ada yang mengganggu kolam ikan karena  katanya mengalir saja. Namun, mereka tidak pernah berpikir bahwa air memang naik ketika pasang tapi tidak bisa mengalir, akibat terbendung atau karena ada hambatan. Akhirnya, kolam tersebut tetap dibongkar dan setelah itu isunya mencuat karena saya anggota Satgas Normalisasi yang katanya susah diatur.

BACA JUGA : Peradi Kota Banjarmasin Akan Lakukan Class Action Kepada Satgas Normalisasi Sungai

Dari memori itu, ketika Satgas Normalisasi Sungai Kota Banjarmasin dibubarkan, justru saat ini mengemuka ketidakkonsistenan pimpinan kota. Hingga alat berat terpaksa dipindahkan guna membongkar bangunan milik pemerintah yang berada di tepi Jalan Jafri Zamzam atau berada di atas perairan Antasan Mulawarman untuk dirobohkan.

Hingga mencuat ada tuduhan jika saya merusak aset pemerintah, hingga patut diduga ada upaya kriminalisasi. Namun, karena dalam SK Satgas Normalisasi Sungai itu berbunyi memerintahkan pembongkaran bangunan yang melanggar dan bangunan fatal berada di atas sungai dan melanggar prinsip anggaran, akhirnya upaya itu urung terlaksana.

BACA JUGA : Satgas Normalisasi Sungai Harus Tegas, Anang Rosadi : Bongkar Bangunan Penghambat Air

Nah, kembali ke Jalan Veteran atau Pecinan Darat jika hanya untuk membangun jalan arteri baru dengan mengerucutkan lebar sungai, sama saja namanya khianat dan zalim terhadap makhluk dan alam.

Dari gambar yang beredar di media massa dan medsos, Venesia dari Timur di kawasan Veteran yang yang ditampilkan luar biasa bagus tapi sebenarnya menipu. Kondisi riil atau fakta di lapangan tidak bisa seperti gambar, apalagi kabarnya sungai nanti dijadikan got besar dengan lebar hanya 3 meter hingga 6 meter. Itu jelas amnesia dan khianat!

BACA JUGA : Bukan Venesia dari Timur, Ini Analisis Ahli Konstruksi Soal Normalisasi Sungai Veteran!

Sepatutnya, ukur semua lahan yang ada di kawasan Veteran dan cek pula izin mendirikan bangunan (IMB) hingga sertifikat hak milik (SHM) dari semua lahan dan bangunan yang akan dibebaskan. Jika normalisasi Sungai Veteran itu untuk kepentingan publik, mengapa aset-aset privat tidak dikembalikan ke negara.

Bagi yang melanggar garis sempadan dan IMB, sepatutnya dibongkar saja, tegakkan hukum dan baru berpikir bikin jalan arteri. Jelas, bikin jalan baruharus berdasar hasil survei lalu lintas dan data konkret. Jangan sampai justru membuat jalan hanya menguntungkan para orang-orang kaya untuk dijadikan halaman parkir.

BACA JUGA : Sudah Terdata 200 Sungai, Walikota Ibnu Sina Tebar Sejuta Bibit Ikan di Sungai Veteran

Saya sendiri sudah berkomunikasi dengan sejumlah pihak, termasuk Pengelola Tempekong Suci Nurani, karena pengembalian lebar Sungai Veteran adalah sebuah keniscayaan, jangan sampai khianat dengan makhluk dan alam. Sebab, jabatan dan harta tidak ada gunanya jika tidak memberi manfaat bagi orang banyak. Ingat itu, gambar rancangan Venesia dari Timur itu sebenarnya semu hanya untuk orang yang sudah amnesia pada usia muda.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua DPW Gerakan Jalan Lurus (GJL) Kalsel

Ketua LSM Masyarakat Memperdulikan Fungsi Sungai (Mamfus) Kalsel

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.