Kenali Tipenya, Jangan Salah Memilih Pemimpin

0

Oleh : Stefanus Ama Bayo

SETIAP orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya kepemimpinan bisa diperoleh berdasar kadar keilmuan melalui akademi atau sekolah, pengetahuan umum hingga pengalaman hidupnya.

SEORANG pemimpin bisa dikatakan baik, ketika selalu memberikan feedback (umpan balik) mengenai hasil kerja dari sebuah tim. Maka dari itu, seorang pemimpin perlu belajar ketika menghadapi persoalan dan perkembangan zaman yang kian hari berubah dari detik ke menit, hari ke hari, bulan ke bulan bahkan perubahan zaman terjadi besar-besaran di setiap tahun.

Pemimpin yang baik mampu membaca tanda zaman serta selalu memberikan motivasi dan jalan keluar dalam mengambil sebuah keputusan bukan sebagai pemimpin yang ditakuti oleh banyak orang.

Artikel ini saya tulis setelah mendapatkan materi mata kuliah tentang komunikasi publik. Jadi, saya berpikir bahwa berbagi itu perlu sehingga kita semua bisa memahami dan sama-sama mengerti bagaimana menjadi figur publik yang baik bagi banyak orang.

BACA : Lewat Jaringan Kagama UGM Bisa Lahirkan Pemimpin Nasional, Bagaimana dengan Jejaring Alumni ULM?

Sering kali yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat, seorang pemimpin lupa akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Terjun secara langsung melihat realita yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat atau suatu lembaga bukan sekadar duduk manis dan memerintah bawahannya itulah tugas serta fungsi dari seorang pemimpin.

Dalam posisi seperti ini, banyak kali kita temukan hal-hal yang menyimpang yang semestinya tidak terjadi dalam suatu sistem pemerintahan atau lembaga seperti: korupsi, jual beli jabatan, penyogokan, bahkan tindakan kekerasan yang seharusnya tidak dipertontonkan di tengah publik. Apalagi, kita dengarkan tidak adanya penyesalan.

BACA JUGA : Pemilu 2024, Rifqi Ajak Elemen Masyarakat Memilih Pemimpin Bukan Karena Uang

Siapa saja tentu akan tergiur untuk menjadi seorang pemimpin, di samping gaji yang didapat menjanjikan. Jelas, menjadi pemimpin selalu dianggap punya kekuasaan penuh terhadap para bawahannya.

Satu hal yang perlu kita ketahui bersama bahwa menjadi pemimpin yang baik bukan tentang seberapa banyak uang yang diperoleh atau disumbangkan kepada negara atau lembaga, atau seberapa besar kekuatan yang dimiliki guna menekan orang-orang kecil dan lemah dalam mencapai suatu tujuan. Tetapi dibutuhkan pemimpin yang memiliki karakter dalam mengayomi orang banyak. Maka dari itu, perlu pula mempelajari tipe-tipe menjadi seorang pemimpin yang baik itu seperti apa?

BACA JUGA : Bukber Dengan Mahasiswa Kalsel Di Jakarta, Syaifullah Tamliha : Kembali Ke Daerah Harus Jadi Pemimpin Visioner

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki karakter yang baik dan disenangi banyak orang bukan ditakuti dan dimusuhi banyak orang. Pemimpin yang baik juga memiliki wawasan yang luas, bijaksana ketika menghadapi masalah dengan bawahannya, mampu membangun komunikasi dan interaksi yang menyenangkan kepada bawahannya, mau menerima masukan, mau mengakui kesalahan dan kekurangan. Pemimpin pula tentu mau memberi apresiasi, serta memiliki rasa empati terhadap bawahanya.

Mengutip pendapat dari ahli Moejiono (2002) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin bisa saja memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.

BACA JUGA : Sekelumit Kisah Sumiati, Pemimpin Perempuan Adat Pantai Mangkiling yang Jaga Hutan Meratus

Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan keinginan pemimpinnya.

Begitu pula yang dikemukakan oleh Sondang P Siagian bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjabat suatu posisi sebagai pimpinan organisasi atau perusahaan tertentu dalam memengaruhi orang lain, khususnya bawahan atau tim kerja lainnya demi tercapainya tujuan dengan mudah.

Sangat jelas apa yang dikemukan oleh Moejino dan Sondang P Siagian, jangan sampai menjadi seorang pemimpin dengan tipe klasik yang memiliki sifat dominatif, direktif, otoritatif, dan menharuskan bawahanya untuk mengikuti kemauannya semata. Bahkan, tidak memberikan sedikit pun ruang kepada orang lain untuk berpendapat atau berbeda pendapat.

BACA JUGA : Kapolda Kalsel Ajak Generasi Muda Menjadi Pemimpin di Era Milenial 4.0

Maka dari itu, sebelum memilih seseorang menjadi pemimpin kenali dulu tipe dari setiap pemimpin. Ada yang meiliki tipe: otokratis tipe pemimpin yang seperti menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi. Dengan menganggap bahwa dia adalah segalanya dalam organisasi tersebut, pemimpin jenis ini sering memperlakukan bawahan sebagai alat saja. Tidak heran, jika kemudian dalam menggerakkan bawahan sering dengan memaksa dan mengancam.

Tipe militeristik adalah pemimpin yang senang dengan formalitas. Mereka sering menuntut kedisiplinan yang tinggi dari bawahan untuk mencapai tujuan. Kadang, pemimpin militeristik tidak suka menerima kritikan dan menyukai upacara-upacara simbolis.

BACA JUGA : Andalkan Politik Tanpa Mahar, Nasdem Yakin Bisa Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Ada pula, tipe paternalistis. Pemimpin jenis ini memiliki tipe yang kebapakan, gaya menggerakkan bawahan seperti bapak yang mengarahkan anak-anaknya. Seringkali pemimpin bergaya ini terlalu melindungi bawahan dan jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan. Ada lagi, tipe kharismatik pemimpin yang masuk dalam kategori ini mempunyai daya tarik yang amat besar bagi bawahannya. Entah itu karena keramahannya, kecerdasannya, atau karena ia dapat memanusiakan para bawahannya. Pemimpin yang seperti ini dekat dengan bawahan dan karenanya banyak yang menyukainya.

Kemudian, tipe pemimpin demokratis. Jenis pemimpin seperti ini mampu mengomando bawahannya bekerja dalam tim. Pemimpin yang demokratis adalah orang yang terbuka terhadap kritik dan masukan dari siapapun, selama sesuai dengan tujuan dan kemaslahatan bersama.

BACA JUGA : Besok, 448.157 Warga Banjarmasin yang Punya Hak Suara Memilih Calon Pemimpin Kota dan Kalsel

Tidak heran jika pemimpin demokratis selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu. Sebagai seorang bawahan, Anda patut bersyukur mendapatkan pimpinan yang seperti ini. Berbuatlah sebaik mungkin agar dapat memberikan kontribusi yang banyak untuk kelompok Anda. Kebebasan berinovasi perlu dimanfaatkan untuk mengembangkan kualitas Anda ke depan.(jejakrekam)

Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhamad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.