Paguyuban Pasar Wadai Ramadhan Binaan Pemkot Banjarmasin Pecah Kongsi

0

HADIRNYA dua lokasi pasar wadai Ramadhan di kawasan Menara Pandang, Jalan Piere Tendean binaan Pemkot Banjarmasin dan Siring Nol Kilometer, Jalan Jenderal Sudirman oleh Pemprov Kalsel, ternyata berimbas.

DAMPAKNYA saat ini, paguyuban pedagang pasar wadai yang sudah dua tahun absen gara-gara pandemi Covid-19, harus pecah kongsi.

Sebagian pedagang tetap bertahan untuk menempati kawasan yang disediakan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Banjarmasin. Ternyata sebagian lagi memilih hengkang untuk bergabung ke Pasar Wadai Ramadhan yang disiapkan Pemprov Kalsel.

Khusus di kawasan Menara Pandang, Jalan Piere Tendean dengan desain pasar tempo doeloe, tersedia 152 stand. Rincianya, 15 stand akan diisi oleh dinas atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemkot Banjarmasin. Sisanya, 137 stand ditempati oleh paguyuban pedagang pasar wadai.

BACA : Catat Tahun Ini! Pasar Wadai Ramadhan 1444 H Berlokasi di Kawasan Menara Pandang

Bendahara Paguyuban Pasar Wadai Ramadhan Kota Banjarmasin, Muhammad Rafi mengakui hingga kini baru tercatat ada 103 pedagang yang telah mendaftarkan diri.

“Itu semua dari total jumlah anggota paguyuban yang sebanyak 145 orang,” ujar Rafi saat ditemui jejakrekam.com di kawasan Pasar Wadai Ramadhan Menara Pandang, Banjarmasin, Selasa (21/3/2023).

Rafi mengakui soal lokasi yang sebelumnya berada di Lapangan Kamboja, Jalan Anang Adenansi atau depan Balai Kota, Jalan RE Martadinata kemudian dipindah ke kawasan Menara Pandang, Jalan Piere Tendean, Banjarmasin turut memicu pro dan kontra.

BACA JUGA : Ada Di Siring Nol Kilometer Dan Menara Pandang, Pemprov Kalsel Dan Pemkot Banjarmasin Bersaing Bikin Pasar Wadai Ramadhan

“Sebab, sebagian dari anggota Paguyuban Pedagang Pasar Wadai tidak menerima keputusan Pemkot Banjarmasin untuk menyediakan tempat di kawasan Siring Menara Pandang,” ucap Rafi.

Hasilnya, para pedagang akhirnya meminta kepada Pemprov Kalsel untuk menyediakan lokasi alternatif lainnya. Dikabulkan oleh Pemprov Kalsel dengan menyediakan lokasi di kawasan Siring Nol Kilometer, Jalan Jenderal Sudirman.

“Bagi para pedagang yang kontra menilai lokasi di siring Menara Pandang banyak kekurangan. Terkait soal akses jalan yang sempit dan pemberlakuan aturan satu arah. Termasuk pula, soal area pakir yang terbatas,” beber Rafi.

BACA JUGA : Masuki Tahun Ketiga, Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin 2022 Kembali Ditiadakan

Perbedaan lainnya, kata dia, soal untuk mendapatkan stand berjualan di pasar wadai antara Pemkot Banjarmasin dan Pemprov Kalsel.

Rafi menyebut jika di Pasar Wadai Ramadhan milik Pemprov Kalsel justru para pedagang yang menempati stand atau kios digratiskan. Berbeda dengan di lokasi siring Menara Pandang dikenakan biaya operasional dan lainnya senilai Rp 1,3 juta per pedagang selama bulan puasa.

“Biaya yang dipatok oleh pemerintah kota dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Padahal, sebelumnya sebelum pandemi Covid-19 per anggota payuguban hanya dipatok Rp 1,1 juta. Bahkan, lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tutur Rafi.

BACA JUGA : Jumlah Peserta Menurun, Disbudpar Banjarmasin Berharap Partisipasi Warga di Pasar Wadai Online 2021

Rafi pun menyebut kenaikan harga ini karena adanya kebijakan pemerintah kota menggandeng pihak event organizer (EO) bekerja sama dengan Payuguban Pedagang Pasar Wadai Ramadhan.

“Ini jadi catatan kami ke depan. Kami berharap untuk pasar wadai bulan puasa tahun-tahun berikutnya bisa terselenggara tanpa harus menggaet EO atau semacamnya,” kata Rafi.

Kepala Disbudporapar Kota Banjarmasin, Iwan Fitriady. (Foto Ferry Oktavian)

Untuk menyiasati hal itu, Rafi mengatakan berdasar kesepakatan akan segera dibentuk Yayasan sendiri sehingga bisa bekerja sama dengan dinas atau instansi terkait di lingkungan Pemkot Banjarmasin, tanpa ada campur tangan pihak ketiga.

BACA JUGA : Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin Digelar Daring, Pedagang Akui Kesulitan Jajakan Dagangan

Soal kabar harga lapak yang disewakan mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta, Rafi menyebut hal itu merupakan harga sewa yang dibebankan kepada pihak umum yang ingin berjualaan di kawasan Pasar Wadai Ramadhan di Menara Pandang.

Sementara itu, Kepala Disbudporapar Kota Banjarmasin, Iwan Fitriady menegaskan posisi dinasnya hanya sebagai fasilitator pasar wadai, bukan penyelenggara.

BACA JUGA : Pasar Wadai Online Selama Ramadhan Bukukan Omzet Rp 2,6 Miliar

“Jadi, secara teknis soal pembayaran atau transaksi stand atau lapak dagangan sepenuhnya ada di tangan EO dengan payuguban pedagang. Kami hanya memfasilitasi soal pembukaan dan penutupan Pasar Wadai Ramadhan tahun ini,” kata Iwan Fitriady.

Menurut dia, keterlibatan EO sebenarnya sudah lama berlangsung sejak hadirnya pasar wadai seperti dulu di kawasan Lapangan Kamboja dan depan Balai Kota Banjarmasin.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/03/21/paguyuban-pasar-wadai-ramadhan-binaan-pemkot-banjarmasin-pecah-kongsi/
Penulis Ferry Oktavian
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.