Jaga Warisan Leluhur Dayak Deah, Uma Delis Disematkan Gelar Maestro Sensapi

0

BLUEPRINT #1: Mendengar Sensapi Delis dengan menghadirkan maestro Sensapi dari Dayak Deah (Upau, Tabalong) Uma Delis di Rumah Oettara, Banjarbaru, Sabtu (1/10/2022) terbilang sukses.

DELIS bersama Irfan Palui berkolaborasi memainkan instrumen musik petik kecapi khas pedalaman Kalsel ini, yang biasanya mengiringi ritual Babalian, hadir sebagai suguhan hiburan tersendiri.

“Uma Delis tidak sekadar datang dan memainkan sensapinya. Dia juga memberi pengetahuan, nilai-nilai dan praktik bermain sensapi itu sendiri,” ucap owner Rumah Oettara, Novyandi Saputra kepada jejakrekam.com, Jumat (7/10/2022).

Terbukti, Irfan Palui pun melanjutkan dengan workshop mengenai memainkan sensapi di hadapan 10 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi hingga peneliti.

“Awalnya, kami membatasi peserta hanya 15-25 orang saja. Ini agar pengetahuan yang disampaikan Uma Delis bisa diterima optimal oleh para peserta,” kata Manager Program Rumah Oettara ini.

BACA : Sampaikan Kegelisahan, Delis Lantunkan Delapan Lagu Ciptaan Pada Pentas Sensapi Deah

Dalam catatan akademisi musik FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini, Uma Delis sendiri telah menciptakan puluhan lagu baru yang tidak jauh dari irama-irama klasik sensapi itu sendiri.

“Lagu-lagu baru ini bagi Delis memiliki dua arah. Arah pertama adalah untuk memancing para generasi muda mau memainkan sensapi. Arah kedua adalah agar lagu sensapi yang dipertunjukan tidak sama dengan yang digunakan saat ritual sehingga tetap menjaga nilai-nilai dan pakem asli saat ritual itu sendiri,” beber magister seni lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini.

BACA JUGA : Dengarkan Petikan Sensapi di Sabtu Ini, Rumah Oettara Hadirkan Maestro Dayak Deah Delis

Bagi Novyandi, cara berpikir maju ke depan adala nilai luhur yang tak banyak dimiliki orang. Nah, hal itu tergambar pada sosok Uma Delis dengan menjaga dan mengembalikan Sensapi agar semakin nyaring bunyinya.

Saat pertunjukan pada malam Minggu di Rumah Oettara, Uma Delis bersama Palui pun memainkan hampir 15 reportoar karya-karya yang diciptakannya sendiri. Mulai dari lagu yang berkisah tentang keniscayaan hidup, nasib-nasib hutan di Deah, hingga tentang hubungan manusia-alam-Tuhan.

BACA JUGA : Ribuan Pengunjung Ramaikan Festival Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu

Hasilnya, karya-karya Uma Delis dinikmati dengan tenang malam itu. Suara khas dari Uma Delis yang lengking dan petikan sensapi yang merdu dan rancak saling ikat kait dengan sensapi Palui menambah mistis nan romantis suasanya bunyi malam itu.

Uma Delis begitu tenang dan menikmati setiap nyanyiannya hingga membawa kami seperti sedang berada di Upau, kampung halamannya Uma Delis. Terbukti, banyak penonton tak percaya bahwa instrumen sensapi itu hanya memiliki dua buah senar dan bahkan melodinya banyak dimainkan dalam satu senar saja.

BACA JUGA : Bunyi Banjar: Catatan Etnomusikologi Musik Banjar

Kepiawaian Uma Delis dan Palui dalam memainkan sensapi ini membawa penonton larut dalam suasana. Tak terasa lagu demi lagu berlalu begitu saja. Riuh tepuk tangan dan pujian pun mengalir menimpali setiap lagu selesai dimainkan oleh Uma Delis dan Palui di Rumah Oettara.

Penampilan Irfan Palui dan Uma Delis memainkan instrumen musik petik khas Dayak Deah, Sensapi di Rumah Oettara Banjarbaru. (Foto Rumah Oettara)

Anggota Komisi IV DPRD Kalsel dari Fraksi PKS, Firman Yusi mendukung ruang kreatif yang memanggungkan seniman-seniman di Rumah Oettara.

“Kegiatan seperti ini harus selalu bergeliat menjadi ruang kompetisi dan kolaborasi dengan pemerintah. Tentu ini juga merupakan gerakan yang sangat sehat dalam upaya pemajuan kebudayaan khususnya di ibukota Kalimantan Selatan,” kata pria asli Tabalong ini.

BACA JUGA : Jadi Pembeda, Akacarita Suguhkan Musik Etnik dengan Gamalan Banjar di Tahura Music Festival

Bagi Firman Yusi, semua pihak harus mengawal agar Uma Delis bisa diajukan untuk mendapatkan Anugerah Kebudayaan Kemendikbudristek.

“Kalsel harus mulai aktif dalam pengajuan ini karena hari ini kita banyak kehilangan tokoh-tokoh seniman besar yang menjadi tiang kebudayaan Banua,” katanya.

Hingga budayawan Banjarbaru, HE Benyamine pun memberi gelar maestro kepada Uma Delis atas dedikasi dan daya juangnya demi melestarikan dan mengembangkan sensapi hingga sekarang ini.

“Semangat dan nilai juangnya ini adalah spirit yang harus kita semai bersama dalam pemajuan kebudayaan Banua,” ucap Benyamine.

BACA JUGA : Hanya Gamalan, Istilah Karawitan Tak Dikenal dalam Khazanah Kultur Musik Tradisional Banjar

Menurut dia, kegiatan Blueprint ini adalah bentuk gambaran nyata bahwa Kalimantan Selatan tidak hanya Banjar. Namun, ada pula suku, adat, dan budaya lain yang ikut serta dalam membentuk budaya Kalimantan Selatan.

Program Blueprint merupakan sebuah program yang berfokus pada melihat secara mendetail kerja artistik seorang maestro seni musik, tari, teater, seni rupa serta seni media baru.(jejakrekam)

Pencarian populer:kecapi dayak
Penulis Sheilla Farazela
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.