Sampaikan Kegelisahan, Delis Lantunkan Delapan Lagu Ciptaan Pada Pentas Sensapi Deah

0

DELAPAN lagu dengan alunan khas petikan Sensapi ramaikan suasana Rumah Oettara Banjarbaru, pada pentas Sensapi Deah, Sabtu (1/10/2022) malam.

PERTUNJUKAN Sensapi tersebut dibawakan langsung oleh sang Maestro Sensapi Deah, Delis dan didampingi anak didiknya Irfan Maulana atau kerap disapa Palui. “Saya sangat senang dapat menampilkan Sensapi ini ke banyak orang,” ucap Delis usai acara.

Lagu yang ditampilkan merupakan ciptaan Delis sendiri yakni Tantangan Wolupm, Taapm Dayak Deah, Gunung Ine Ringgit, Musik Beliatn Sensapi, Jaa Lesaw, Nyanyian Pak Delis, dan Andri Arai Atei.

BACA: Dengarkan Petikan Sensapi Di Sabtu Ini, Rumah Oettara Hadirkan Maestro Dayak Deah Delis

Delis yang kesehariannya juga sebagai petani bercerita, salah satu lagu ciptaannya tahun 1997 berjudul Gunung Ine Ringgit menceritakan nasib sebuah gunung yang berada di dekat kampungnya dikemudian hari.

“Lagu tersebut ibaratnya meramalkan sebuah gunung yang ada di dekat kampungnya yang di kemudian hari tidak ada lagi, karena kerusakan alam. Jadi anak cucu hanya sekadar tahu kalau di kampungnya ada gunung,” ucap Delis.

Karena menurut Delis, gunung yang dinamai Ringgit tersebut menjadi penyangga di kampungnya. Tanahnya yang subur, hutannya yang masih segar, udaranya yang sejuk, kini perlahan sudah mulai terlihat banyak perubahan bahkan kerusakan yang terjadi pada gunung tersebut.

“Semoga lagu dan musik Sensapi ini dapat terus dilestarikan oleh anak cucu di kemudian hari,” harapnya.

BACA JUGA: Ribuan Pengunjung Ramaikan Festival Mesiwah Pare Gumboh di Desa Liyu

Sementara itu, Palui pemain Sensapi muda yang juga anak didik Delis, menyampaikan turut senang dan bangga karena langkah awal mengenalkan Sensapi dapat terwujud.

“Target kedepannya mungkin mengajak dan memotivasi masyarakat dayak Deah untuk belajar Sensapi agar melestarikan kebudayaan. Serta dapat mengenalkan bahwa Kalsel pedalaman juga punya alat musik kecapi khas Dayak yang turun temurun dan tradisi masih berjalan,” ungkap Palui.

Palui juga bilang, bahwa Sensapi dapat dimainkan lebih jauh tidak hanya untuk ritual saja tetapi untuk kesenian lainnya juga bisa.

“Alasan orang-orang takut belajar Sensapi tersebut karena Sensapi identik sebagai ritual kepercayaan Kaharingan. Padahal bukan masalah agama dan kepercayaan, tetapi lebih pada mau atau tidaknya orang-orang mengembangkan kesenian kebudayaan tersebut,” pungkasnya.

BACA LAGI: Digelar di Q Mall Banjarbaru, Ajang Borneo in Harmony Tampilkan Sejumlah Kesenian Dayak

Di lain sisi, Pentas Sensapi Deah mendapat apresiasi dari Firman Yusi, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kalimantan Selatan yang kala itu turut hadir.

“Senang dan bangga, karena dengan kegiatan seperti ini dapat menjadi awal mengangkat kebudayaan Kalsel yang jarang mendapat ruang di publik,” ucapnya.

Firman berharap akan semakin banyak ruang publik yang memberikan fasilitas untuk mengenalkan kebudayaan di Kalsel khususnya sehingga kelestarian tersebut terus terjaga.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/10/03/sampaikan-kegelisahan-delis-lantunkan-delapan-lagu-ciptaan-pada-pentas-sensapi-deah/
Penulis Sheilla Farazela
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.