Hanya Gamalan, Istilah Karawitan Tak Dikenal dalam Khazanah Kultur Musik Tradisional Banjar

0

KARAWITAN adalah seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Kesenian ini terkenal di Pulau Jawa dan Bali. Istilah karawitan berasal dari bahasa Jawa yaitu kata “rawit” yang berarti halus dan lembut. Jadi karawitan berarti kelembutan perasaan yang terkandung dalam seni gamelan.

BAGI praktisi Gamalan Banjar, Novyandi Saputra istilah Festival Karawitan Banjar merujuk sebuah suguhan gamelan (gamelan) Banjar, tentu saja kurang pas menggunakan diksi karawitan.

“Hal ini berkaitan dengan fakta budaya di lapangan bahwa di dalam lokus budaya Banjar kita hanya memiliki Gamalan Banjar yang tidak pernah disebut sebagai karawitan tapi langsung dengan istilah gamalan. Dalam konteks budaya, penamaan akan merepresentasikan lokus budayanya,” ucap akademisi seni pertunjukan FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini kepada jejakrekam.com, Selasa (31/5/2022).

BACA : BTSD, Karya Novyandi Saputra; Bawa Gamalan Banjar ke Ruang Pop Urban

Menurut dia, kita tidak bisa mengiyakan sudut pandang penyeragaman nama untuk gamelan dan gamelan. Hal ini berkelindan dengan nilai-nilai, sistem nada, sistem tabuh, dan fungsinya yang memiliki perbedaan.

“Walau secara historis berasal dari akar yang sama. Namun bahwa rasa budaya lokal telah merubahnya menjadi sesuatu yang khas dan kemudian disebut dengan tradisi. Jadi, tidak bisa dirujuk pada satu standart klasifikasi tertentu tanpa adanya kesepakatan dari pemilik budaya tersebut,” papar Novy-sapaan akrabnya.

Pentas Gamalan Banjar yang menjadi musik pengiring lagu-lagu tadisional berbahasa Banjar atau pertunjuk wayang Banjar. (Foto Istimewa)

BACA JUGA : Dari Tabuhan Gamalan Banjar dan Diskusi Ihwal Kopi yang Mewarnai Tradisi Banua

Menurut dia, akan menjadi suatu keanehan kemudian jika institusi budaya tidak memahami istilah budaya setempat sebagai sebuah bentuk penghormatan terhadap istilah yang berakar dan tumbuh di masyarakat.

“Dari ujung Tabalong hingga Marabahan, dari Amuntai hingga Kotabaru tidak pernah familiar dengan istilah karawitan. Jadi, dalam khazanah musik tradisional tak dikenal hal itu,” ucapnya.

Meski begitu, Novyandi tetap mengapresiasi even budaya yang digelar Taman Budaya Kalsel, apakah nanti berbentuk lomba atau bukan.

BACA JUGA : Berbagi Tugas, NSA PM Fokus Kelola Even dan Akacarita Garap Musik Tradisional Banjar

Menurutnya, tiga hal itu semua memiliki identitas masing-masing secara kultural. Dia mengusulkan, sebaiknya menggelar acara perayaan keberagaman gamalan Banjar tersebut. “Apakah tepat mengadakan lomba? Lomba itu hanya membentuk standar tertentu. Seharusnya kita merayakan keberagaman gamalan Banjar yang ada hari ini,” ujarnya.

Misalnya, kata Novyandi, yaitu Gamalan Banjar wilayah budaya Barikin, Gamalan wilayah budaya Banjar Kuala, Gamalan Banjar wilayah budaya Tapin, dan Gamalan wilayah budaya Halong.

BACA JUGA : Taman Budaya Kalsel Kemas Festival Karawitan Banjar Layaknya Konser Musik Modern

“Harusnya tetap berada wilayah budaya masing-masing. Jangan biarkan lomba menyeragamkannya kemudian,” kata praktisi musik tradisional Banjar ini.

Terkait generasi saat ini, Novyandi menyebut adanya gamalan di era sekarang harus sama-sama menyiasati, dan bagaimana caranya gamalan bisa dekat dengan anak muda hari ini.

“Semua ada kedudukan masing-masing. Gamalan klasik, gamalan rakyatan dan gamalan dengan musik baru, harus sama-sama ada untuk menjaga nafas keberadaan dan perkembangan gamalan Banjar,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahim Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.