Romantisme Sastra dan Kepenyairan di Kalsel Era 1980-an

0

Oleh : Micky Hidayat

ROMANTISME sastra dan kepenyairan di Kalimantan Selatan dari berbagai generasi pada kurun tahun 1930-an hingga hari ini (generasi penyair tahun 2000-an), tak bisa dimungkiri pernah meramaikan, menyemarakkan dan turut menyemangati jagat sastra perpuisian/kepenyairan Kalsel.

KARYA para penyair Kalsel dari generasi ke generasi tersebut merupakan monumen yang dibangun oleh para penyair pada zamannya. Selain memiliki peran penting dalam membentuk eksistensi dan perjalanan kepenyairan di Kalsel, para penyair dari generasi ke generasi ini tentunya juga memiliki andil yang besar serta memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan puisi dan kepenyairan Kalimantan Selatan, serta turut andil dalam memperkaya khazanah kesusastraan dan kepenyairan Indonesia.

Tumbuh suburnya puisi dan kepenyairan di Kalimantan Selatan, terutama di era 1980-an, boleh dikata merupakan suatu peristiwa sastra fenomenal. Di era 1980-an tersebut sempat muncul anggapan, bahwa Kalimantan Selatan mengalami inflasi puisi dan penyair. Anggapan ini tentunya cukup beralasan tersebab pada awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an adalah ‘puncak’ pertumbuhan dan perkembangan puisi dan kepenyairan di Kalsel.

BACA : Raih Penghargaan Setyasastra Nagari, Penyair Micky Hidayat Beri Catatan Kesusastraan di Kalsel

Pada kurun waktu ini, karya sastra yang paling dominan hadir adalah genre puisi. Hal ini terbukti dari jumlah karya sastra (puisi) dan penyair yang muncul ke permukaan. Dan para penyair itu terus menulis puisi dengan karakter atau gaya bahasa puisinya masing-masing.

Demikian pula dengan berbagai kegiatan sastra, seperti forum/pertemuan penyair, diskusi puisi, penerbitan buku-buku puisi, baik secara perseorangan maupun kolektif juga memotivasi antarpenyair untuk saling berkompetisi memublikasikan dan menerbitkan karya puisinya.

BACA JUGA : Digarap Sejak 2008, Micky Hidayat Akhirnya Luncurkan Buku Leksikon Penyair Kalimantan Selatan

Dalam hal publikasi karya, para penyair Kalsel merasa terbantu dengan kehadiran rubrik sastra/puisi di media cetak lokal, terutama di koran harian Banjarmasin Post. Lebih spektakuler lagi, harian Banjarmasin Post, koran tertua di Kalimantan yang kini masuk ke dalam grup Kompas di era 1980-an, yang setiap hari penerbitannya menyajikan ruang puisi bernama “Dahaga” untuk sosialisasi karya (puisi) para penyair. Bahkan, sastrawan Ajip Rosidi (almarhum) pernah mengklaim, bahwa Banjarmasin Post merupakan satu-satunya penerbitan koran di dunia yang berani setiap hari penerbitannya menyajikan rubrik puisi.

BACA JUGA : Micky Hidayat Berorasi Budaya, Prosesi Pelantikan DK Banjarmasin ala ‘Raja’ Mamanda

Rubrik puisi “Dahaga” saat itu diasuh oleh tiga serangkai penyair, yaitu Yustan Aziddin, D. Zauhidhie, dan Hijaz Yamani. Ketiga penyair Kalsel yang telah almarhum ini karyanya terhimpun dalam buku antologi puisi “Tanah Huma” (diterbitkan oleh Pustaka Jaya, 1978).

Dalam konteks kegiatan sastra, di era 1980-an tercatat ada dua event penyair yang boleh dikata sangat fenomenal, yaitu ” Forum Penyair Muda 8 Kota se-Kalimantan Selatan”. Forum yang digagas oleh Himpunan Penyair Muda Banjarmasin (HPMB) tahun 1982 ini diselenggarakan di Balai Wartawan Banjarmasin. Forum ini melibatkan para penyair dari delapan kota, yakni Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura (Kabupaten Banjar), Marabahan (Kabupaten Barito Kuala), Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut), Rantau (Kabupaten Tapin), Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), dan Kotabaru (Kabupaten Kotabaru).

BACA JUGA : Otokritik Puisi Gus Mus ‘Rasanya Baru Kemarin’ dalam Pekik Penyair Micky Hidayat

Puisi para penyair di forum ini dibahas oleh Hijaz Yamani (alm), Yustan Aziddin (alm), dan Ajamuddin Tifani (alm), dimoderatori Syukrani Maswan (alm). Sedangkan sastrawan/penyair D. Zauhidhie menyampaikan orasi sastra tentang puisi dan sikap kepenyairan. Forum Penyair 8 Kota inilah sebagai tonggak awal event/forum-forum puisi dan penyair yang diselenggarakan untuk selanjutnya hingga hari ini di Kalsel.

BACA JUGA : Rekam Profil Sastrawan Lokal Periode 1930-2020, Micky Hidayat Rilis Buku Leksikon Penyair Kalsel

Sedangkan forum penyair yang juga fenomenal adalah forum “Siklus 5 Penyair Muda” yang digagas oleh Bengkel Sastra Banjarmasin (BSB). Diselenggarakan di auditorium Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin (1983). Forum penyair ini diikuti oleh penyair Ahmad Fahrawi (almarhum), Maman S. Tawie (almarhum), Tajuddin Noor Ganie, Tarman Effendi Tarsyad, dan Micky Hidayat.

Puisi para penyair dibahas oleh sastrawan/penyair Ajamuddin Tifani dan moderator Hijaz Yamani. Kegiatan forum penyair ini dipublikasikan di harian Kompas, harian Merdeka, dan harian Suara Karya (Jakarta).(jejakrekam)

Penulis adalah Penyair dan Sastrawan Kalsel

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.