Peta Jalan Hijau Pembangunan Kekinian di Wilayah Batang Banyu

0

Oleh : Akbar Rahman

BATANG banyu merupakan istilah yang digunakan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan untuk menyebut wilayah bantaran sungai atau badan sungai.

MASYARAKAT di Kalimantan Selatan sejak dulu sangat tergantung kehidupannya dengan sungai, khususnya kabupaten/kota yang wilayah terletak di lahan gambut.

Sedikitnya tercatat, 2,2 juta lebih penduduk Kalimantan Selatan tinggal di wilayah gambut tersebar di 6 kabupaten/kota. Kondisi gambut hari ini merupakan wilayah pembangunan yang terbebani jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan karakter wilayah permukiman berbanjar sepanjang batang banyu.

Rendahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah batang banyu, menjadi hambatan dalam pembangunan dan penataannya. Kondisi permukiman cenderung kumuh dan perlu pembenahan dari sektor kebersihan atau sanitasi sehat.

Batang banyu menjadi wilayah rentan dan terdampak risiko bencana khususnya banjir dan kebakaran hutan akibat perubahan iklim. Cuaca ekstrem dan kekeringan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi, di mana masyarakat batang banyu masih banyak menggantungkan hidupnya di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan.

BACA : Ungkap Hasil Riset, Tim Ekspedisi Batang Banyu Berdialog dengan Bupati Tabalong

Bidang tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Perubahan iklim sendiri disebabkan oleh jejak aktivitas manusia yang banyak melepas emisi karbon dan berdampak meningkatnya suhu permukaan bumi akibat efek gas rumah kaca tersebut.

Sementara itu, wilayah lahan gambut salah satu wilayah penyumbang emisi terbesar jika terjadi kebakaran lahan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat kebakaran lahan dan hutan pada tahun 2015 dan 2019 hingga menyumbang emisi gas rumah kaca masing-masing 803 juta ton CO2e dan 925 juta ton CO2e. Emisi ini lebih tinggi dari sektor energi pada tahun yang sama yaitu pada tahun 2015 540 juta ton CO2e dan tahun 2019 639 juta ton CO2e.

Emisi dari kebakaran lahan gambut yang tinggi juga berkontribusi terhadap kondisi udara yang tidak sehat. Ancaman kondisi lingkungan yang tidak seimbang dan cenderung terdegradasi menyebabkan sulitnya perkembangan dan pembangunan di area gambut khususnya batang banyu.

BACA JUGA : Terbangun Kepanasan, Ancaman El Nino Mengintai Batang Banyu Dan Berharap Hujan Di Bulan ‘Ember’

Namun, jika tidak ada upaya luar biasa yang dilakukan, maka akan menyebabkan kondisi lingkungan terus terdegradasi dan berdampak semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat. Pemerintah akan kesulitan dalam membangun wilayah batang banyu jika hanya tergantung dari pendapatan asli daerah (PAD) saja. Perlu sokongan dari pihak ketiga: swasta, pemerintah pusat hingga asing untuk menata dan memperbaiki serta menjaga kualitas lahan gambut agar tetap terjaga. Adaptasi terhadap kondisi saat ini sangat diperlukan, mengingat kondisi iklim dan cuaca yang semakin ekstrem.

Adaptasi terhadap lingkungan bisa dilakukan dengan pendekatan kekinian yang mengusung konsep ramah lingkungan, paham karakter batang banyu. Pembangunan berbasis pendekatan kesehatan pada permukiman yang ada di batang banyu bisa terus dimaksimalkan. Penataan sanitasi dan menekan pencemaran di area sungai bisa diupayakan oleh pemerintah, komunitas dan masyarakat juga bantuan pihak swasta.

BACA JUGA : Medio Agustus Sudah 98 Kali Kebakaran Dera Banjarmasin, Pakar Kota ULM: Sudah Kategori KLB!

Peta jalan hijau bisa digagas, agar fokus pembangunan batang banyu dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang rusak menjadi membaik. Edukasi dan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan dalam peta jalan hijau pembangunan batang banyu.

Partisipasi semua pihak akan semakin mempermudah pembangunan, sehingga pemahaman masyarakat dari edukasi bisa terus menerus dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Peta jalan hijau pembangunan batang banyu akan meningkatkan kualitas air sungai dengan menjaga sanitasi masyarakat batang banyu yang steril dengan menggunakan sistem septictank dan pengolahan limbah ramah lingkungan.

Terobosan desain bangunan dan wilayah sesuai karakter dan kondisi terkini batang banyu juga harus menjadi pemahaman dan visi bersama dalam melaksanakan pembangunan dalam lintas kabupaten kota yang berada di wilayah batang banyu.

BACA JUGA : Batang Banyu Berujar: Jaga Alam, Tata Lingkungan, Haragu Sungai dan Bangunakan Urangnya!

Infrastruktur pembangunan harus betul-betul memperhatikan karakter dan nilai-nilai lokalitas dan mampu menjawab persoalan wilayah, seperti banjir, meningkatnya permukaan air laut, peningkatan suhu dan kebakaran. Pemerintah daerah juga fokus dalam usaha pengurangan emisi dan jejak karbon di masing-masing wilayah terkhusus daerah yang berada di lahan gambut.

Persoalan energi dan limbah juga perlu penangan khusus melalui pengurangan konsumsi energi yang bersumber dari bahan bakar fosil dan menekan timbulan serta tumpukan sampah yang dapat permasalahan pencemaran dengan beban pengelolaan yang tinggi.

Peta jalan hijau pembangunan batang banyu jika dilaksanakan dengan serius dan berkesinambungan akan berdampak pemulihan kondisi lingkungan. Lebih jauh akan berdampak pada kualitas hidup dan ekonomi masyarakat.

BACA JUGA : Dari Kalkulasi Ekspedisi Batang Banyu, Batubara Yang Milir Di Sungai Barito Bernilai Rp 129 Triliun Setahun

Oleh karena itu, dalam penanganan pembangunan wilayah gambut ini harus menjadi fokus bersama, seluruh daerah secara terintegral. Ditambah saat ini sedang berproses Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi dan Kabupaten Kota, maka ini sangat strategis jika tim penyusunan dapat memberikan poin-poin penting dan solutif dalam pembangunan wilayah, terkhusus area batang banyu.

Peningkatan mutu permukiman dengan pendekatan sanitasi sehat juga bisa dimaksimalkan lagi dengan menjadi area batang banyu lebih banyak ruang publik, ruang komunal masyarakat, karena ini juga menjadi kebiasaan masyarakat batang banyu yang tidak terlepas dari kehidupan sungai.

BACA JUGA : Peristiwa Karhutla Berulang Akibat Pemimpin Daerah Minim Manajemen Krisis dan Bencana

Pembangunan batang banyu harus menjadi tujuan publik dalam meningkatkan kualitas hidup. Visi publik harus mampu diserap dengan melibatkan lebih banyak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Ruang publik di area batang banyu juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang hijau dengan menanam pohon-pohon khusus endemik batang banyu, seperti rambai, sekaligus menjaga ekosistem sungai.

Koneksi ruang publik batang banyu juga bisa dioptimalkan dengan ruang-ruang publik eksisting dan andalan, sehingga peluang ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi akan bisa tercapai. Pemerintah harus mampu menemukan gagasan simple namun memiliki impact besar terhadap pembangunan daerah.(jejakrekam)

Penulis adalah Akademisi Fakultas Teknik ULM

Koordinator Prodi Arsitektur FT ULM

Anggota Ahli Bangunan Hijau Indonesia (ABHI)

Ketua I Bidang Pendidikan dan Profesi IAI Kalsel

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.