Batang Banyu Berujar: Jaga Alam, Tata Lingkungan, Haragu Sungai dan Bangunakan Urangnya!

0

Oleh: Akbar Rahman

ETNIS Banjar atau Urang Banjar sangat terpengaruh kehidupannya atas sungai. Sungai menjadi rumah bagi Urang Banjar yang mendiami sepanjang batang banyu dari hulu hingga hilir.

DERETAN permukiman Urang Banjar di sepanjang sisi sungai merupakan ciri permukiman. Urang Banjar Kuala dan Batang Banyu lekat dengan budaya sungai.

Kondisi geografis Kalimantan Selatan yang banyak memiliki sungai dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Urang Banjar, sehingga salah satu keahlian Urang Banjar adalah mengolah lahan pasang surut menjadi kawasan budi daya pertanian, perikanan dan permukiman. Jadi kehidupan orang Banjar tidak bisa dilepaskan oleh kondisi lingkungan sungai atau batang banyu.

Menurut data BPS Penduduk Kalsel 69,18% tersebar di wilayah hulu dan hilir batang banyu atau sekitar 2,5 juta jiwa, dan menghuni 52,27% luas wilayah Kalsel. Dari hulu meliputi Sungai Tabalong, Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Nagara, Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Masih dari data BPS tahun 2022, dari total penduduk miskin di Kalsel 70,65% tinggal di wilayah batang banyu. Data ini membuktikan bahwa terjadi kesenjangan ekonomi yang signifikan terhadap kondisi kemiskinan dan sumber daya alam. Jumlah penduduk yang besar menempati separuh luas wilayah Kalsel dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dibanding wilayah di luar batang banyu.

BACA : Bukan Hanya Susur Sungai, Hasil Kajian Ekspedisi Batang Banyu Direspons Rektor ULM

Sejarah Urang Banjar bermukim di sepanjang batang banyu seperti disebutkan sebelumnya, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Eksploitasi dan degradasi lingkungan telah menyebabkan menurunnya kualitas hidup masyarakat batang banyu. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan tambang, nyatanya juga tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

Dampak eksploitasi telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan terganggunya ekosistem sehingga meningkatkan kerentanan terhadap bencana alam. Kondisi ini memperburuk kehidupan masyarakat batang banyu. Potensi wilayah batang banyu yang dapat dikelola masyarakat juga semakin berkurang akibat degradasi lingkungan.

Menjaga keseimbangan alam adalah cara yang paling tepat untuk mengembalikan ekosistem yang telah rusak. Menjaga alam juga berarti merawat kehidupan masyarakat batang banyu yang berada paling bawah pada tingkatan ekonomi atau geografis.

BACA JUGA : 3 Hari Ekspedisi Batang Banyu Merekam Budaya Luhur Pemukim Bantaran Sungai di Kalsel

Eksplorasi dan alih fungsi lahan yang tak terukur telah membuktikan kondisi batang banyu semakin memburuk secara fisik dan juga ekonomi masyarakat. Menjaga keseimbangan dan memperlakukan alam dengan pembatasan adalah langkah yang wajib diambil. Selain itu, perlu membangun infrastruktur dan sarana prasarana agar dapat menopang kondisi alam yang lebih baik. Reklamasi dan reboisasi pasca tambang wajib dilakukan, juga normalisasi sungai atau batang banyu.

Tata kelola lingkungan perlu dikuatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat batang banyu dan menjaga ekosistem lingkungan yang berkelanjutan. Menata lingkungan berbasis potensi lokal dan kondisi masyarakat wajib jadi pilihan utama. Tata lingkungan batang banyu sesuai kondisi saat ini dan belajar dari masa lalu akan memberikan dampak positif dalam pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA : Konsep Batang Banyu yang Kian Berubah di Tengah Masyarakat Banjar

Pemanfaatan lahan dan ruang di sekitar batang banyu harus berbasis peningkatan potensi lokal yang menopang kehidupan masyarakat. Tata ruang kawasan batang banyu perlu ditinjau ulang, terutama terkait peningkatan kualitas batang banyu dan konektivitas antar wilayah batang banyu agar saling menguatkan.

Keberadaan batang banyu telah menjadi urat nadi utama masyarakat Kalsel. Keberadaan batang banyu telah mempengaruhi kehidupan urang banjar sejak ratusan tahun silam. Maka, meharagu sungai wajib dilakukan. Upaya maharagu sungai berarti telah menjaga dan merawat kehidupan di sepanjang batang banyu.

Normalisasi sungai dengan melakukan pengerukan pada badan sungai yang mengalami pendangkalan. Perilaku membuang sampah ke sungai juga perlu di rubah. Merawat sungai berarti juga menjaga kebersihan sungai dari sampah dan limbah yang dapat mencemari sungai. Misal, ruang servise rumah yang menghadap ke sungai, juga jamban cemplung yang masih banyak ditemukan di sepanjang batang banyu. Selanjutnya, merawat sungai juga berarti merawat kesehatan masyarakat, karena sumber air bersih diambil dari sungai.

BACA JUGA : Fokus Pengendalian Banjir Banjarmasin, Hasil Kajian : Sungai Kian Dangkal dan Air Laut Terus Naik!

Dari semua upaya di atas, ‘penghuni’ batang banyu berpesan bahwa membangun manusia menjadi hal terpenting. Berdasarkan data indeks pembangunan manusia (IPM), wilayah batang banyu memiliki nilai rata-rata dibawah 70, dan angka ini di bawah rata-rata IPM Nasional yaitu 72,91, tahun 2022.

Kondisi pembangunan manusia yang masih rendah di batang banyu juga berkontribusi terhadap kondisi pendidikan dan ekonomi masyarakat. Kondisi demikian dapat diatasi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang lebih masif secara kuantitas dan meningkatkan mutu pendidikan masyarakat batang banyu. Bagian ini paling penting yang harus dibenahi, agar masyarakat batang banyu dapat mengejar ketertinggalannya.(jejakrekam)

Penulis adalah Akademisi Fakultas Teknik ULM

Anggota Ahli Bangunan Hijau Indonesia (ABHI) di Kalsel

Tim Peneliti Ekspedisi Batang Banyu 2023

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.