Bedah Buku Balaki Muntung, Eksistensi Bahasa Banjar Dan Kumpulan Peribahasa

0

BUKU ke-5 karya Noorhalis Majid, berjudul Balaki Muntung sudah terbit. Mengulas 200 peribahasa Banjar, dan beberapa diantaranya sudah jarang digunakan.

UNTAIAN kalimat yang mempersonifikasikan suasana, keadaan dan siatuasi, akan sangat menyenangkan untuk dibahas berulang-ulang.

Seperti yang dilakukan para penggiat literasi, pengajar dan akdemisi Banua, yang bersama-sama bedah buku karya Noorhalis Majid ini, Studio Sastro Hardjo RRI Banjarmasin, pada Sabtu (26/8/2023).

BACA: Ketika Lukisan Mengajarkan untuk Berpikir, Membedah Buku Estetika Sufistik Amang Rahman

Seperti yang diungkapkan Hj Ananda sebagai penggiat literasi, yang sangat mendukung sekali hasil karya Noorhalis Majid. “Balaki Muntung ini adalah buku panduan kita, terutama saya pribadi, sebab hampir setiap hari kita mendengarkan ucapan orang-orang tua (orang Banjar). Misalnya yang sering kita dengar, ikam duduk sama burut bapaku, ternyata artinya kalau kita ke rumah teman (baelang) terlalu lama, tidak ingat waktu,” ucapnya sambil tersenyum.

“Secara pribadi saya sangat mendukung sekali hasil hasil karya Noorhalis Majid, dan saya tunggu hasil karya beliau, yang ke-6,” tuturnya, sambil berharap bisa dibuatkan kamus bahasa Banjar.

Sementara, pengajar Banua, Norvia mengatakan buku Balaki Muntung memang menampilkan kiasan kehidupan kita sehari-hari. “Hati hati dipatuk kodok, mengartikan bahwa hati-hatilah dengan, benda yang kecil, atau bintang yang kecil juga membahayakan, jadi kita dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat artinya kita dalam kehidupan sehari-hari berhati-hati,” ungkapnya.

BACA JUGA: Menginspirasi Mahasiswa, Ketika Tokoh Aktivis 98, Pius Lustrilanang Bedah Buku Aldera di Kampus ULM

Kepala Perpustakaan dan Arsip Kota Banjarmasin M Ehsan El Haque sangat mengapresiasi karya Noorhalis Majid ini. “Sebagai hasanah budaya Bahasa Banjar, pribahasa ini hampir sudah hilang, hanya beberapa kosakata Bahasa Banjar yang digunakan. Kalau anak-anak muda sekarang ini mungkin aja banyak tidak memahami peribahasa Banjar,” katanya.

“Alhamdulillah, adanya hasil karya Noorhalis Majid ini dan kami sangat mendukung sekali, sebab tidak semua orang bisa menulis atau mengumpulkan kata kata peribahasa Bahasa Banjar, ini adalah sebagai hasnah warisan budaya Bahasa Banjar,” sambungnya.

“Diskusi bedah buku pada hari ini atas dukungan dan kerjasama LK3 Banjarmasin, FKP RRI Banjarmasin, RRI Banjarmasin, Duta Damai Kalimantan Selatan, Koperasi JBB dan Bank Kalsel. Saya mengucapkan terimakasih,” ungkapnya tulus.(jejakrekam)

Penulis Sirajudin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.