Alami Kemunduran, Eks Ketua Bawaslu Kalsel Kritik Minim Perempuan di Formasi Calon Komisioner Pengawas

1

MANTAN Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Kalimantan Selatan, Erna Kasypiah mengeritik hasil seleksi calon komisioner Bawaslu kabupaten/kota di Kalsel periode 2023-2028.

FAKTANYA, saat ini di formasi Bawaslu Provinsi Kalsel periode 2022-2027 maupun 2023-2028 didominasi kalangan pria alias ‘Pandawa Lima’. Lagi-lagi dari hasil penyaringan dari Tim Seleksi Calon Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kalsel baik di wilayah I maupun II juga mayoritas yang lulus adalah kalangan laki-laki, minim keterwakilan perempuan.

Bandingkan dengan KPU Provinsi Kalsel periode 2023-2028 justru telah diisi dua komisioner Hawa; Andi Tenri Sompa dan Nida Guslaili Rahmadina, mengimbangi 3 komisioner dari kalangan kaum Adam.

“Saya miris ketika membaca formasi hasil seleksi calon anggota Bawaslu kabupaten/kota di Provinsi Kalsel yang lulus tes kesehatan dan wawancara oleh timsel, justru minim keterwakilan perempuan,” kata Erna Kasypiah kepada jejakrekam.com, Rabu (2/8/2023).

BACA : Tanpa Petahana, Ada 2 Komisioner Perempuan, Ini 5 Anggota KPU Kalsel Terpilih Periode 2023-2028

Menurut Erna, kualitas pemilu juga berkelindan dengan dengan keterwakilan perempuan. Sebab, faktanya dalam kepemiluan mewajibkan kuota 30 persen bagi parpol untuk pengusungan calon legislatif (caleg) dalam politik afirmasi baik UU Parpol Nomor 2 Tahun 2011 mengubah UU Nomor 2 Tahun 2008, dan UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.

“Ini jelas demokrasi kita mengalami kemunduran dibandingkan pada periode sebelumnya soal keterwakilan perempuan, sebab sekarang justru semakin kecil jumlahnya,” ucap mantan Ketua Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin ini.

BACA JUGA : 5 Komisioner Diisi Laki-Laki, Aries Mardiono Terpilih Aklamasi Jabat Ketua Bawaslu Kalsel

Ambil contoh, Erna menyebut berdasar hasil seleksi calon komisioner pengawas pemilu di kabupaten/kota di Provinsi Kalsel, dari 90 nama yang masuk tahapan kedua hanya ada 8 orang perempuan. “Itu jelas tidak sampai 30 persen, bahkan 10 persen pun tidak,” katanya.

Dia mempertanyakan apa ingin dicari timsel dari kalangan hawa untuk menjadi komisioner pengawas pemilu di daerah. “Perempuan sehebat apa sih jadi standar timsel? Padahal di Kabupaten Tanah Laut itu, ada perempuan hebat yang berpengalaman dan pernah jadi anggota KPU kabupaten, kemudian juga pernah anggota Bawaslu kabupaten. Bahkan, yang bersangkutan masuk 6 besar saat seleksi Bawaslu Provinsi Kalsel, ternyata juga tidak masuk,” kata Erna.

BACA JUGA : Minim Keterwakilan Perempuan, 28 Nama Calon Komisioner Bawaslu 4 Daerah Di Kalsel Diajukan Ke Bawaslu RI

Tanpa mau menyebut nama, Erna melanjutkan bahwa calon komisioner pengawas itu justru bekerja profesional dan punya integritas, alih-alih lolos bahkan masuk 6 besar saja tidak.

“Dia gugur di tahapan tes wawancara dengan timsel. Padahal, saat itu dia masuk dalam 12 besar. Mestinya, kalangan perempuan itu mendapat atensi khusus dari timsel, bukan malah tersingkir jelas sedih jadinya,” papar Erna lagi.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi
1 Komentar
  1. Muhammad Fauzi berkata

    Kasus di Tanah Laut, calon dari Perempuan yaitu Tri Widowati lulus masuk 6 (enam) besar saat wawancara oleh timsel. Nilai beliau begus. Namun saat hasil test kesehatan diumumkan, ybs nilainya rendah sehingga secara rata rata kumulatif hasil wawancara dan kesehatan hanya berada diranking no 7. Secara pribadi saya juga sangat menyayangkan calon perempuan di Kab Tanah Laut tsb tidak masuk 6 besar sehingga tidak ada perwakilannya. Namun itulah kenyataannya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.