Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Tantangan Pemilu 2024

0

Oleh: Stefanus Ama Bayo

MENYAMBUT pesta demokrasi 2024 ada tantangan besar bagi bangsa Indonesia terutama bagi partisipan politik muda yang baru bergabung dalam dunia politik.

SALAH satu tantangan itu adalah salah satunya politik uang, dan politik identitas, di mana-mana orang mulai mempopuralitaskan dirinya dengan berbagai macam cara.

Politik uang dan juga politik identitas bukanlah hal yang baru dalam dunia politik, tetapi perlu untuk kita cegah. Hal ini demi tidak terjadi pengelompokan-penglompokan yang dapat memecah belah kesatuan dan menghidar dari isu SARA dalam kempanye hitam. Hal demikian merupakan tantangan yang sangat serius dalam pesta demokrasi di tahun 2024.

BACA : Demokrasi Oligarki Vs Daulat Rakyat dan Masa Depan Perpolitikan Nasional

Maka di sini sangat dibutuhkan peran mahasiswa-mahasiswi untuk memberikan pemahaman yang benar akan situasi politik yang ada Indonesia saat ini. Salah satu contoh pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing menilai bahwa politik identitas yang sempit bisa memicu konflik horizontal. Politik identitas yang sempit jika terus digulirkan ke publik amat berbahaya.

Dia berpendapat bahwa politik identitas sah saja ketika pesan yang disampaikan seperti saling menghargai suku dan budaya atau nilai-nilai seni yang luhur, mengangkat keagungan Tuhan Yang Maha Esa, menghormati apa pun agama yang dianut.

BACA JUGA : Hanya Simbol Kedaulatan Rakyat, Demokrasi Indonesia Kini ‘Dibajak’ Oligarki

Kata Emrus, yang berbahaya adalah politik identitas yang sempit. Ketika komunikasi politik diruang publik dimanfaatkan untuk merendahkan kepercayaan, suku, atau budaya tertentu. (sumber sindonews.com)

Terlepas dari itu mahasiswa menjadi agen kerjasama pemerintah dalam memberikan pemahaman serta pengetahuan dan juga hal-hal yang baru berkaitan dengan politik kepada masyarakat, tentang malapetaka terhadap manifestasi politik uang dan juga politik identitas.

Di sini, penulis mengimbau kepada semua masyarakat pililah orang yang dapat dipercayai sebagai pemimpin masa depan bangsa dan negara kita. Mari kita menggunakan hak dan kewajiban kita sewajarnya pilihlah pemimpin yang memiliki ide dan gagasan yang cemerlang bagi kepentingan masyarakat bukan kepentingan pribadi semata.

BACA JUGA : Problem Demokrasi di Indonesia, Kuasa Uang Selalu Menangkan Kontestasi Pemilu

Di akhir akhir tulisan ini, saya mengutip apa yang disampaikan oleh pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing pada Rabu, 23 November 2022 – 06:19 WIB bahwa: “Mengangkat politik identitas yang sempit dan isu SARA sama saja menunjukkan calon tidak punya program, sesungguhnya mereka lemah. Partai politik harus punya komitmen politik semacam perjanjian dengan kandidat bahwa politik identitas yang sempit boleh,”.

BACA JUGA : Lawan Politik Identitas, Akademisi FISIP ULM Sarankan Rasionalitas Harus Dipupuk

Teman-teman mahasiwa dan juga masyarakat Indonesia mari kita bangun kerja sama dalam menghadapi tantangan pesta demokrasi di Pemilu 2024, mari kita mencintai demokrasi!

“Salah satu alasan orang membenci politik adalah bukan kebenaran menjadi tujuan politisi, tapi pemilihan dan kekuasaan.” – Cal Thomas.(jejakrekam)

Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhamad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/01/14/peran-mahasiswa-dalam-menghadapi-tantangan-pemilu-2024/
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.