Tren Kasus Penyakit Awal Tahun Di Kota Banjarmasin Lumayan Meningkat

0

MULAI dari Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga kasus Tuberkulosis (TB), tercatat meningkat dari bulan-bulan sebelumnya di Kota Banjarmasin.

BAHKAN untuk kasus TB saja, saat ini ruangan pun sudah penuh sebanyak 23 bed di sini,” ucap, Syaukani, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Suriansyah, Rabu (24/1/2024).

Dan jika ditotal keseluruhan, yang sudah pernah dirawat untuk kasus TB di RSUD Sultan Suriansyah selama Januari hingga Rabu (24/1/2024), telah mencapai 71 pasien.

BACA: Waspada ‘Wabah Baru’ Mycoplasma Pneumonia dari China, Dinkes Sebut Belum Ditemukan di Banjarmasin

Jumlah itu meningkat dibandingkan di bulan Desember 2023 lalu, dimana hanya ada total 58 pasien yang dirawat.

Syaukani menjelaskan, untuk TB dengan pneumonia itu berbeda. Sebab pneunomia merupakan radang paru-paru, dan harus ditangani. Sedangkan TB merupakan penyakit dengan rentang waktu yang lama.

Lalu TB yang sampai ke rumah sakit biasanya dengan kasus yang berat. Sebab, jika kasusnya ringan bisa ditangani di puskesmas. “Kalau sampai ke rumah sakit biasanya memang perlu penanganan. Kalau hanya ringan di puskesmas juga bisa memberikan pengobatan. Normalnya enam bulan pengobatan secara rutin. Sedangkan jika penyakitnya belum sembuh bisa ditambah tiga bulan menjadi sembilan bulan,” jelasnya.

Gejala penyakit TB sendiri, yakni biasanya batuk yang lama. Lebih dari dua pekan. Selain itu, turun berat badan secara drastis. Penularannya melalui droplet. “Diagnosa TB harus dengan pemeriksaan rontgen hingga pemeriksaan sputum,” jelasnya.

Ia menjelaskan, Banjarmasin ini tinggi TB karena merupakan daerah endemik TB. Mengingat secara geografis udaranya lembab. Ditambah sanitasi yang kurang bagus. “Sebagian besar penderita merupakan pasien yang tinggal di pemukiman padat penduduk. Kemudian, sanitasi yang kurang. Ditambah pencahayaan rumah yang minim. Idealnya rumah dengan pencahayaan bagus, maka bakterinya akan mati,” jelasnya.

BACA JUGA: Kasus DBD dan DD Tercatat Di Banjarmasin Selama Januari 2024

Selain kasus TB sendiri, untuk kasus DBD dikatakan oleh Syaukani juga meningkat menjadi 8 kasus saat ini. “8 kasus ini keseluruhan yang ada di Banjarmasin, dan semuanya dirawat di sini,” ujarnya.

Dari 8 orang yang di rawat di rumah sakit, 6 diantaranya merupakan anak-anak. Sedangkan 2 sisanya merupakan dewasa dengan rentang usia 20 hingga 22 tahun.

Jumlah ini memang ada peningkatan dibanding dengan kasus DBD yang ditangani oleh rumah sakit pada Desember 2023 lalu yang hanya tiga kasus.

Syaukani menjelaskan, DBD ini memang rutin terjadi setiap tahunnya. Dimana peningkatan kasus pasti terjadi ketika musim penghujan.

Berkaca dalam dua tahun terakhir, kasus DBD di Banjarmasin mengalami peningkatan. Jika pada Tahun 2022 tercatat ada 64 kasus DBD. Pada Tahun 2023 meningkat menjadi 88 kasus.

BACA LAGI: Jadi Kota Endemis DBD, Kadinkes Banjarmasin Gelorakan Gerakan 4M Plus dan Kader Pemantau Jentik

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Tabiun Huda menyebut, faktor penyebab meninggal dunia penderita yakni karena dehidrasi. “DBD sebenarnya bisa disembuhkan dengan cairan. Mulai dari cairan infus dan minuman,” katanya.

Ia menjelaskan, masa kritis itu terjadi dalam beberapa hari, yang diawali dengan demam. Dan terus meningkat. Berbeda dengan tifus. “Yang terserang DBD kebanyakan anak-anak. Nyamuk ini menggigit pada pagi hari hingga sore,” katanya.

Untuk mencegah DBD menurutnya penting harus membersihkan tempat tampungan air. “Nyamuk jenis ini senang bertelur di air bersih. Makanya berbahaya jika ada air bersih menggenang,” katanya.

Dalam hal ini, pihaknya telah meningkatkan promosi kesehatan terkait kewaspadaan peningkatan kasus DBD, dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.

Masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah dengan rutin melakukan pemantauan jentik, dan membudayakan PSN 3M Plus seminggu sekali.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.