Dirazia di Sekolah, Ketika Suara Bising Lato-Lato Dianggap Mengganggu

0

BELAKANGAN ini suara “tek-tek-tek” yang keluar dari bandul bola-bola padat terhubung seutas tali dan saling berdentum ketika digoyangkan berlawanan semakin kerap didengar. 

BETUL saja, mainan jadul era 1960-an yang kembali melejit itu dikenal dengan sebutan “lato-lato”. Sedangkan, dalam versi bahasa Banjar disebut dengan latui-latui.  Lato-lato tersebut rupanya marak di kalangan anak-anak. Tidak sedikit yang memainkan mainan tersebut di tempat khalayak umum termasuk di sekolah. 

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarbaru, Dedy Sutoyo menyebut jajarannya tak bakal berlebihan menyikapi fenomena lato-lato di anak usia sekolah ini.  “Kita tidak over reaktif akan fenomena itu,” ujar Dedy.

Menurut dia, permainan lato-lato tersebut hanya bagian dari budaya populis. Sebab, tren lato-lato ini nantinya bakal naik turun.  “Tak selamanya anak-anak main itu (lato-lato),” bebernya. 

BACA : Cegah Dampak Negatif Permainan Lato-Lato, Disdik Kota Banjarmasin Keluarkan Surat Edaran

Guna merespons fenomena lato-lato di anak usia sekolah, Disdik Banjarbaru mengembalikannya kepada sekolah. Yang mana tiap sekolah sudah memiliki peraturan yang wajib ditaati warga sekolahnya seperti menjaga ketertiban, sudah memenuhi kewajiban peserta didik dalam menjaga situasi dan kondisi di sekolah. 

“Kalau mengganggu ketenteraman, ya sekolah harus bereaksi. (Karena) kalau budaya populis seperti itu, sekolah bisa ambil sikap masing-masing,” jelas Dedy.

BACA JUGA : Lato-lato; Mainan Jadul yang Kini Viral dan Digandrungi Anak-Anak Milenial

Sementara itu, Psikolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Rika Vira Zwagery mengatakan bahwa fenomena lato-lato ini punya daya pikat tersembunyi. 

“Bisa dikatakan bahwa mainan ini memacu kognitif, motorik, sosial, bahkan sisi kompetitif pada seseorang,” ucap Rika Vira Zwagery kepada jejakrekam.com, Sabtu (14/1/2023).

Rika mengatakan hadirnya sebuah permainan pasti akan menstimulasi banyak aspek perkembangan bagi si anak tersebut.  “Lato-lato ini mainnya diputar dan dibunyikan maka dia akan memainkan motoriknya, lalu sisi kognitif si anak mengatur strategi agar lato-lato bisa seimbang dan mengontrol gerakan menjadi bagus,” tuturnya. 

BACA JUGA : Kurangi Anak Kecanduan Game Online, Kampung Bermain Terus Digalakkan Pemkot Banjarmasin

Kemudian sisi kompetitif, Rika mengungkapkan bahwa pada anak juga terpacu untuk melakukan hal yang seharusnya dapat ia lakukan.

“Saat melihat teman bisa bermain bagus maka keinginan untuk bisa menaklukkan lato-lato pun semakin kuat,” ucapnya.

BACA JUGA : Bikin 20 Kampung Bermain Baiman di Banjarmasin Disuntik Dana Rp 50,5 Miliar

Dosen Fakultas Kedokteran ULM ini mengatakan dari sisi sosial juga terpacu, karena si anak jadi belajar untuk berkompetisi dan dari sebelumnya main sendiri sekarang lebih banyak main sama temannya berlomba.

Rika menegaskan secara psikologis lato-lato bagus untuk mengasah daya kompetitif dan motorik anak. Namun begitu, jika anak-anak gemar memainkan lato-lato maka para orang tua tetap harus memantaunya, untuk meminimalisir cedera akibat dentuman bola lato-lato yang tak dapat dihindari. 

BACA JUGA : Gawat! Kecanduan Gawai, 7 Anak di Kalsel Alami Gangguan Kejiwaan

“Kami sering mendapat keluhan ibu-ibu, saat anaknya bermain lato-lato , memar akibat terkena bola dari lato-lato akibat pemakaian yang kurang tepat, sehingga perlu pengawasan orang tua agar si anak tidak bermain terlalu berlebihan,” papar lulusan Psikologi S1 Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. 

Meskipun lato-lato dianggap dapat mengalihkan ketergantungan anak dari gawai, Rika menekankan apabila tidak dibatasi memainkannya juga bisa memberi masalah bagi anak. 

BACA JUGA : Kecanduan Gawai Bisa Picu Anak di Masa Tuanya Berpotensi Terserang Stroke

“Anak harus memiliki batasan-batasan tertentu dalam bermain, seperti menyediakan waktu untuk belajar, mengerjakan tugas rumah dari sekolah, istirahat dan aktivitas lainnya, juga si anak harus bermain sesuai dengan usianya,” pungkasnya.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/01/14/dirazia-di-sekolah-ketika-suara-bising-lato-lato-dianggap-mengganggu/
Penulis Sheilla Farazela
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.