Kecanduan Gawai Bisa Picu Anak di Masa Tuanya Berpotensi Terserang Stroke

0

KECANDUAN gadget bukan hanya menimpa remaja dan orang dewasa. Hal serupa juga bisa dialami anak-anak dan balita. Padahal, kecanduan akan ponsel pintar itu justru akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

PSIKOLOG Rooswita Santia Dewi dari Biro Psikologi Talenta Aditama mengungkapkan tak bisa dipungkiri para orangtua di zaman sekarang justru untuk  menenangkan anak dan balita supaya tak rewel, menyerahkan gawai pintar.

“Ketegasan orangtua diperlukan untuk membatasi penggunaan gawai bagi anak-anaknya. Sebab, jika tidak dibatasi besar kemungkinan anak-anak kecanduang gawai,” ucap Rooswita kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Senin (26/11/2018).

Menurut dia, anak yang sudah mulai kecanduan gawai akan terbiasa mendapatkan kesenangan dengan pola satu arah.  “Anak-anak justru lebih suka bermain sendiri menggunakan gawai ketimbang berinteraksi bersama teman-temannya,” kata Rooswita.

BACA : Agar Gawai Smart Tak bikin Remaja Skak Mat

Ia mengatakan selain perkembangan interaksi sosial menjadi terhambat, kesenangan yang didapat dari kecanduan gadget juga dapat membuat anak-anak menghindar dari tanggung jawab dan tugas mereka.

“Kecanduan bermain gadget juga dapat memengaruhi respons visual anak, karena permainan yang ada di dalam gawai biasanya berupa rangsangan visual yang bergerak cepat,” tuturnya.

Dosen psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini mengatakan kecanduan gadget, membuat anak akan terbiasa dengan ritme memperhatikan rangsangan visual yang bergerak cepat.

“Membiasakan anak bermain dengan gawai tidak baik bagi tumbuh kembangnya. Sebab akan mengganggu perkembangan motorik anak,” ungkapnya.

BACA JUGA : Ternyata Dengerin Musik Bikin Kamu Tambah Semangat!

Masih menurut dia, jika anak terbiasa bersentuhan dengan gawai, anak hanya menggunakan motorik halus. Sedangkan, motorik kasar terganggu perkembangannya. “Kita dulu terbiasa bermain di luar misalnya bola lempar, bersepeda, berlari dan segala aktivitas yang menggunakan motorik kasar. Justru hal itu berbeda dengan kondisi anak-anak di zaman now,” katanya.

Rooswita menuturkan andai anak tidak terbiasa dengan aktivitas motorik kasar, maka pada masa tua berpotensi terkena stroke. Ini karena dipicu selama masa pertumbuhan anak tidak menggunakan motorik kasar dengan optimal.

“Memang pengawasan dan perhatian orangtua diperlukan bagi anak-anak. Jangan sampai ingin memberikan kesenangan anak bermain bisa beraktibat negatif bagi anak di masa yang akan datang,” pungkas Rooswita.(jejakrekam)

 

 

Penulis Ahmad Husaini

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.