Potensi Sekam Padi di Gambut Menjadi Briket

0

Oleh : Dr. Suryajaya, S.Si, MSc.Tech

DAERAH Gambut di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah pertanian karena tanahnya yang subur dan khas, yaitu lahan gambut.

BERDASARKAN data BPS Kabupaten Banjar tahun 2016, rata-rata produksi padi di Gambut sebesar 34.495 ton dengan luas lahan sawah sekitar 9.171 hektare (ha) sehingga menjadikan Gambut sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan.

Secara otomatis, usaha penggilingan padi marak berada di Gambut. Menurut penelitian Riza (2011), produk dari penggilingan padi akan menghasilkan 20 persen beratnya berupa kulit padi atau sekam. Pada musim panen, akan terlihat gunungan sekam di sekitar usaha penggilingan padi. Sekam tersebut biasanya hanya dibakar menjadi abu gosok atau digunakan menjadi campuran kompos.

BACA : Mahasiswa FKIP ULM Perkenalkan Teknologi Sekam Fermentasi Jadi Nutrisi Alami Padi

Sejak tahun 2020, Tim Pengabdian pada Masyarakat dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam  (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah bermitra dengan kelompok tani di Desa Kayu Bawang Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan untuk memanfaatkan sekam padi menjadi bahan bakar briket untuk membantu masyarakat mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan bakar gas (LPG).

Saat ini, ketika harga bahan bakar migas mengalami kenaikan, kebutuhan bahan bakar alternatif menjadi lebih besar. Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah yang mendorong penggunaan Energi Baru (EB) dan Energi Terbarukan (ET) yang kemudian dikenal dengan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

BACA JUGA : Hasil Panen Melimpah, Harga Padi Varietas Lokal di Banjarmasin Masih Murah

EBT yang dapat berupa energi bayu, surya, air, dan juga biomassa. Secara umum biomassa dapat didefinisikan sebagai sumber energi terbarukan yang dapat berasal dari produk kehutanan, pertanian, limbah industri, bahkan limbah peternakan dan sampah.

Dalam hal ini yang digunakan adalah sekam padi. Akan tetapi, pemanfaatan biomassa dengan pembakaran secara langsung tidaklah efektif karena densitas energi yang rendah sehingga biomassa perlu dikonversi dengan cara pemadatan, yang biasanya disebut briket.

Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas MIPA ULM bersama mahasiswa saat mempraktikkan pembuatan briket dari sekam padi di rumah warga di Gambut. (Foto Dokuimentasi FMIPA ULM)

Selain dapat meningkatkan densitas energi dan kapasitas kalor, briket juga dapat memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Namun briket memiliki kelemahan yaitu agak sulit terbakar saat pertama digunakan.

BACA JUGA : Kenalkan PGPR, POC, dan Biochar, Mahasiswa Fakultas Pertanian ULM Gelar KKN di Desa Sejahtera Mulia

Tim peneliti telah mencoba membuat beberapa variasi briket dari sekam padi. Sekam yang dikarbonisasi memiliki nilai kalor (energi) yang cukup tinggi namun berdasarkan hasil kegiatan tahun 2020, hal itu tidak terlalu menarik bagi masyarakat Gambut karena agak lambat menyala yang proses yang bertahap. Oleh karena itu, Tim peneliti mencoba sekam yang tidak dikarbonisasi.

Berdasarkan pengujian nilai kalori dari Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Banjarbaru terhadap briket sekam padi dengan perekat tapioka, didapatkan nilai 3.337 kal/g. Meskipun nilai kalor briket sekam ini tidak terlalu besar namun pemanfaatan sekam sebagai limbah menjadi bahan bakar alternatif memberikan nilai yang positif. Hal ini karena teknik pembuatan briket menjadi sangat sederhana dan mudah sehingga mudah diadopsi oleh masyarakat yang berminat.

BACA JUGA : Tim MIPA ULM Lirik Potensi Besar Energi Baru Terbarukan dan Biomassa Ada di Gambut

Berdasarkan penelitian kami dari FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, penggunaan perekat damar dapat meningkatkan nilai kalor briket sekam hingga 1.500 kal/g. Hal ini berarti nilai kalor briket sekam hampir mencapai 5.000 kal/g. Dan briket sekam ini dapat langsung terbakar saat dinyalakan.

Selain itu dengan menyerap aspirasi masyarakat, tim peneliti mencoba membuat briket sekam yang berbentuk tipis agar lebih efisien dan mudah terbakar. Berdasarkan hal tersebut di atas, briket sekam ini memiliki potensi untuk menjadi bahan bakar alternatif bagi masyarakat Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

BACA JUGA : Pojok Statistik Hadir di FMIPA ULM Banjarbaru Untuk Mudahkan Pelayanan

Hal ini disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi pada tanggal 12 September 2022 yang lalu di rumah Pak Abdi oleh Tim Pengabdian yang beranggotakan Dr. Suryajaya, Dr. Ninis H. Haryanti dan Dr. Eka Suarso dibantu oleh mahasiswa dari Program Studi Fisika FMIPA ULM.

Dalam kegiatan ini, tim mendemontrasikan pembuatan briket sekam dengan perekat damar. Proses pembuatan sangat sederhana, dimana sekam dicampur dengan damar lalu dipadatkan.  Kemudian dilakukan uji pembakaran briket. Briket sekam langsung menyala sehingga Pak Abdi dan yang lainnya memberikan respon yang sangat positif. Proses pembuatan briket dari sekam padi juga dapat dilihat di https://youtu.be/QHMeevS-JKI.(jejakrekam)

Penulis adalah Dosen Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/12/03/potensi-sekam-padi-di-gambut-menjadi-briket/
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.