Tim MIPA ULM Lirik Potensi Besar Energi Baru Terbarukan dan Biomassa Ada di Gambut

0

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan cadangan minyak bumi Indonesia kini tersisa 3,77 miliar barel. Diprediksi ‘emas hitam’ itu akan habis dalam tempo sembilan tahun ke depan.

“DENGAN catatan, jika tidak ditemukan lagi cadangan bahan bakar fosil yang baru,” kata Arifin Tasrif pada November 2020 lalu di Jakarta.

Sedangkan, gas alam dan batubara akan habis dalam waktu 22 tahun dan 65 tahun. Hal ini menyebabkan pemerintah mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).  Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 yang menyebutkan kontribusi EBT dalam bauran energi primer nasional adalah 17 persen pada 2025. 

Menurut definisi pemerintah, EBT merupakan penggabungan dari Energi Baru (EB) dan Energi Terbarukan (ET), sehingga istilah EBT akan melingkupi energi baru, surya, air, dan biomassa.

Awalnya, biomassa merupakan salah satu sumber energi yang berasal dari tanaman sehingga dapat diperbaharui. Namun dalam perkembangannya, biomassa bukan hanya berupa tanaman namun juga memanfaatkan limbah dari pertanian, peternakan, industri dan sampah.

Wilayah Gambut, Kalimantan Selatan sudah dikenal sejak dulu sebagai daerah pertanian karena tanahnya yang subur dan khas, yaitu lahan gambut.  Dari pertanian yang ada dihasilkan limbah berupa batang dan sekam padi belum dimanfaatkan secara maksimal.      

BACA : Terbukti Suburkan Lahan, Disperin Kalsel Lirik Potensi Industri Pupuk Berbahan Batubara

Tahun 2020 lalu, tim pengabdian pada masyarakat dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam  (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang diketuai Sadang Husain yang bermitra dengan kelompok tani di Desa Kayu Bawang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Kolaborasi tim dan masyarakat mencoba memanfaatkan sekam padi menjadi bahan bakar briket untuk mengurangi penggunaan bahan bakar gas (LPG).

Dilanjutkan pada 2021, tim dari kampus tertua di Kalimantan ini dimotori Dr Suryajaya, Dr Ninis H Haryanti dan Sadang Husain, melanjutkan kegiatan di Desa Kayu Bawang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. 

Briket kayu alaban dan sekam padi bisa dijadikan energi terbarukan yang mudah didapat di kawasan Gambut, Kalsel. (Foto Istimewa0

Tim melakukan kegiatan saresehan dan tindak lanjut pada 27 September 2021 di rumah Abdi selaku mitra pengabdian. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dorongan untuk membuat briket biomassa sekaligus menginventarisasi potensi biomassa di daerah Gambut. Beberapa mahasiswa dari Program Studi Fisika FMIPA ULM ; Amrullah, Anjas, Kariena, Khaipanurani, Hasminah juga terlibat untuk membantu dalam kegiatan. 

BACA JUGA : Harga Batubara Dunia Melonjak 202 Persen, Nilai Ekspor Kalsel Naik Drastis

“Selain sekam padi, batang padi juga dibiarkan teronggok di sawah. Kadang batang padi digunakan untuk makanan ternak di Pelaihari, namun sering kali dibiarkan hingga musim tanam berikutnya,” kata Abdi.

Diakuinya, hal itu merupakan kebiasaan masyarakat daerah Gambut dari dulu. Batang padi tersebut kemudian dibakar untuk mengurangi keasaman lahan gambut.

Sementara itu, Sadang Husain menerangkan bahwa pembuatan briket dari biomassa tidak harus mengubah biomassa menjadi arang kemudian direkatkan dengan menggunakan tepung kanji.

Namun, kata dia, bisa juga menggunakan biomassa secara langsung seperti batang jerami dipotong pendek kemudian dicampur dengan kanji dan dicetak. Selain itu, menurut Sadang, untuk mengubah biomassa menjadi EBT dapat juga menggunakan proses  fermentasi dan ektraksi.

“Secara fermentasi bisa menghasilkan bio-etanol dan biogas sedangkan secara ekstraksi menghasilkan minyak biodiesel,” kata Sadang kepada jejakrekam.com, Kamis (4/11/2021).

BACA JUGA: Dorong Bangun Banua Tingkatkan Pemasukan Sektor Perhotelan dan Batubara

Sadang pun menerangkan metode ini juga disampaikan agar masyarakat mengembangkan potensi biomassa yang ada di sekitar agar tidak menyebabkan polusi namun memberikan manfaat.

Ia menerangkan pada kegiatan pengabdian ini juga disampaikan beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Program Studi Fisika FMIPA ULM di bidang briket. 

Sadang menyebut beberapa macam biomassa seperti sekam padi dan kayu alaban dibuat menjadi arang dengan proses pirolisis. “Kemudian dicetak menjadi briket dengan dicampur perekat berupa tepung kanji ataupun lilin lebah,” ucapnya.

Masih menurut Sadang, ada pula yang ditambah bahan aditif lain seperti abu batubara. Pembuatan briket dapat juga dibuat secara langsung seperti briket kertas. Langkah berikutnya, uji proksimat dan uji kualitas pembakaran telah dilakukan terhadap briket yang dibuat.

“Kegiatan ini diharapkan dapat dilakukan berkelanjutan sampai masyarakat daerah Gambut menjadi daerah binaan dan percontohan penggunaan biomassa sebagai sumber energi baru dan terbarukan,” beber Sadang.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.