Di Negeri Jiran, Generasi Muda Banjar Malaysia Bangga dengan Identitas Diri Urang Banjar

0

AHLI Majlis YDP Pertubuhan Banjar Malaysia (PBM) Perak Malaysia Jamaluddin Ashari mengaku bersyukur kini generasi muda Banjar telah bangga dengan identitasnya.

“DULU, urang Banjar banyak yang malu sebagai Orang Banjar di Malaysia. Sekarang, sudah berubah, generasi muda Banjar di Malaysia dengan menempuh pendidikan tinggi, telah mendapat tempat terbaik di Malasyia,” cerita Jamaluddin Ashari yang juga ‘Tetuha’ Pengerusi Bubuhan Banjar Perak Malaysia ini kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, belum tadi.

Untuk diketahui, pada 1911, ras ‘Melayu’ dari Negara Federasi Melayu terdiri dari subkategori;  Melayu, Jawa, Banjar, Aceh, dan Bugis, serta lainnya. Sehingga, rata-rata keturunan diaspora Banjar pun dimasukkan dalam kategori ‘Melayu Baru’, sebagai mayoritas penduduk di negeri jiran, di samping Cina dan India.

BACA : Tempuh Ribuan Kilometer, YVCI Banjarbaru Ikuti Touring ke Perbatasan Indonesia-Malaysia

Bahkan di era kolonial Inggris, saat hijrah ke Semanjung Malaya, dipisahkan dari suku bangsa Melayu. Sebaran komunitas Banjar Malaysia banyak terdapat di Johor, Perak, Kedah, Negeri Sembilan, hingga Sabah dan Serawak.

“Dalam perkembangan ini, saya bersyukur karena generasi muda Banjar Malaysia sudah sadar dengan identitasnya, bahkan juga telah bertutur bahasa Banjar. Mereka tak malu lagi mengaku sebagai orang Banjar di Malaysia. Kebanggaan ini penting, karena dengan itu mereka tahu asal usul leluhurnya dari Kalimantan Selatan, Indonesia,” ucap tokoh Banjar Malaysia di Negeri Perak ini.

BACA JUGA : Bahasa Dayak Ngaju Berakar Sama dengan Melayu

Menurut Jamaluddin, hingga kini, baik di era kerajaan-kerajaan di Malaysia pernah menjadi mufti seperti Kerajaan Negeri Selangor, Kerajaan Negeri Perak dan Kerajaan Negeri Kedah, serta ahli politik (politisi) sampai jadi pejabat teras di Negara Federasi Malaysia.

“Sekarang ini, orang Banjar di Malaysia punya keahlian dalam segala bidang disiplin ilmu. Ada yang menjadi menteri, bupati, anggota DPR (parlemen), artis, pengusaha dan jabatan lainnya di Malaysia, termasuk di negara-negara bagian,” tutur Jamaluddin.

BACA JUGA : Dari Naskah Kampung Melayu dan Marabahan, Kitab Sabilal Muhtadin Dicetak di Makkah dan Istanbul

Dulunya diakui Jamaluddin, orang Banjar itu identik dengan keahlian bertani atau sebagai petani, sehingga dikenal dengan sistem bahuma.

“Kalau ada pahumaan (sawah) di Malaysia, pasti ada orang Banjar. Tapi, sekarang, hal itu sudah berubah, banyak generasi muda Banjar Malaysia menekunkan berbagai bidang, bahkan menjadi pejabat di Malaysia,” tutur Jamaluddin.

BACA JUGA : Kitab Perukunan dan Sabilal Muhtadin, Bukti Ulama Banjar Berpengaruh di Dunia Islam Melayu

Dengan kebanggaan sebagai ‘Urang Banjar’, Jamaluddin mengatakan banyak generasi di Malaysia yang menginginkan agar bisa pulang kampung ke Banua. Minimal setahun sekali saat lebaran Idul Fitri.

“Inilah mengapa orang Banjar di Malaysia menginginkan agar ada penerbangan langsung Kuala Lumpur ke Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin,” tutur pria asli Kelua ini.

BACA JUGA : Mengukur Eksistensi Bahasa Banjar Dari Karya Sastra Hingga Karya Akademik

Dia mengaku saban tahun selalu hadir jika diundang Walikota Banjarmasin untuk ikut memeriahkan hari jadi kota. Jamaluddin pernah datang pertama kali ke Banjarmasin pada 1994 silam.

Pengerusi Bubuhan Banjar Perak Malaysia saat jamuan makan malam di Hotel Zuri Express Banjarmasin, beberapa waktu lalu. (Foto Didi GS)

“Waktu itu, di Bandara Syamsudin Noor belum ada sistem komputerisasi, sehingga mengetahui skedul pesawat itu landing (mendarat) atau take off (berangkat). Dulu, pernah saya berkirim surat ke Banjarmasin pada bulan November, ternyata baru sampai ke Desember,” cerita Jamaluddin.

BACA JUGA : Mengenal Aksara Arab Melayu dan Huruf Jawi

Menurut dia, surat berisi kabar jika dirinya akan datang menemui keluarga besarnya di Banjarmasin, Kelua, dan lainnya. “Ternyata, saya sendiri yang sudah datang duluan, baru surat yang saya kirim menyusul. Entah kemana sesatnya,” kenang Jamaluddin, terkekeh.

Dia bercerita rajin datang ke Banjarmasin dan Banua Kalsel, karena ibunya memiliki 13 saudara. Yang memilih berdomisili di Malaysia, hanya dua saudara. Ini dilakukan demi menjalin tali silaturahim, sekaligus memperkenalkan generasi penerus Banjar-Malaysia bisa mengenal kampung leluhurnya.

BACA JUGA : Pemertahanan Bahasa Banjar Melalui Seni Pertunjukan

“Sisanya kebanyakan 11 saudara di Kalsel. Ada yang tinggal di Alalak, Tamban, Kelayan dan lainnya. Memang, paling banyak tinggal di Kelua, makanya saya saban tahun pasti datang ke Banua,” tutur Jamaluddin.

Selama puluhan tahun bolak-balik Perak Malaysia ke Banjarmasin, Kalsel, Jamaluddin memuji bahwa Banua telah mengalami kemajuan cukup pesat.

BACA JUGA : Melawan Ancaman Kepunahan, KKB Gagas Bikin Kamus Bahasa Bakumpai

“Dulu, kalau mau ke Kelua, lewat jalan besar itu butuh waktu sampai 6-8 jam, sekarang bisa ditempuh dengan cepat. Ini karena pembangunan jalan di Kalsel sudah bagus,” puji Jamaluddin.

Karena itu, Jamaluddin berharap agar warga Banjar yang ‘madam’ di Malaysia bisa merasakan tanah leluhurnya, bukan lagi harus transit di Bandara Soekarno Hatta Jakarta atau Bandara Juanda, Surabaya.

BACA JUGA : Walau Tak Punya Aksara, Bahasa Banjar Kaya dengan Karya Sastra

“Penerbangan langsung Kuala Lumpur-Banjarmasin. Ya, kalau tidak ke Penang, Malaysia sudah harus dipikirkan ke depan. Apalagi, perkembangan Bandara Syamsudin Noor sangat bagus,” ucapnya lagi.

Dia hakkul yakin dengan pemangkasan rute penerbangan tak harus transit, bukan menekan ongkos penerbangan serta durasi waktu. “Bisa cepat, mungkin hanya 2,5 jam dari Kuala Lumpur ke Banjarmasin atau sebaliknya,” ucap Jamaluddin.(jejakrekam)

Pencarian populer:Orang banjar di malaysia,https://jejakrekam com/2022/10/23/di-negeri-jiran-generasi-muda-banjar-malaysia-bangga-dengan-identitas-diri-urang-banjar/,suku banjar di malaysia
Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.