Awal Pandemi Covid-19, Ternyata Jumlah Penduduk Banjarmasin Justru Menyusut

0

PENGAMAT sosial kemasyarakatan Khairiadi Asa mengungkapkan fakta jika total penduduk Banjarmasin ternyata fluktuatif, bahkan justru cenderung menyusut.

DATA ini diambil dari rilisan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjarmasin sejak 2016 hingga terakhir 2021, terjadi dinamika cukup mengejutkan.

“Jika pertumbuhan jumlah penduduk sebuah wilayah biasanya trennya naik, tidak demikian dengan kota Banjarmasin. Sebut saja, pada tahun 2020, ketika awal pandemi Covid-19 justru turun kurang lebih 50 ribu jiwa dari tahun sebelumnya 2019,” ucap Khariadi Asa kepada jejakrekam.com, Sabtu (26/2/2022).

Mantan anggota KPU Barito Kuala mengungkapkan justru selama enam tahun terakhir jumlah penduduk di kota seribu kota malah fluktuasi.

“Pada 2019, misalkan jumlah penduduk Banjarmasin sempat naik mencapaii 708.606 jiwa. Padahal salah syarat untuk menjadi kota metropolitan sebuah kota harus mencapai di atas 1 juta jiwa penduduknya,” kata Khairiadi Asa.

BACA : Pasal 4 RUU; Ibukota Kalsel di Banjarbaru, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina: Uji Publik Dulu!

Data itu diungkap Khairiadi Asa adalah bersumber dari BPS Kota Banjarmasin, yakni pada 2016 total penduduk Banjarmasin mencapai 684.183 jiwa, naik di tahun 2017 menjadi 692.793 jiwa. Kemudian, kata dia, pada 2018 tercatat hanya     700.869 jiwa dan naik pada 2019 sebanyak  708.606 jiwa, dan menurun pada 2020 menjadi 657.663, meski naik sedikit di tahun 2021 sebanyak 662.230 jiwa.

“Nah, jika mengacu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) maka kota-kota di Indonesia bisa diklasifikasikan menjadi empat kategori,” bebernya.

BACA JUGA : Banjarmasin Dianggap Layak Jadi Wadah Rekreasi Warga IKN

Khairiadi menyebut berdasar jumlah penduduk, masuk kategori kota kecil berjumlah sampai 100 ribu jiwa, kota sedang (lebih dari 100 ribu hingga 500 ribu). “Sedangkan, kota besar memiliki jumlah penduduk lebih dari 500 ribu sampai satu juta jiwa) dan kota metropolitan lebih dari satu juta jiwa,” kata Khairiadi.

Pengamat sosoal kemasyarakatan Khairiadi Asa. (Foto Istimewa)

“Mengacu pada klasifikasi ini, maka Banjarmasin yang hanya berpenduduk lebih dari 500 ribu jiwa, masuk kategori kota besar,” katanya.

Khairiadi yang juga menggeluti sebagai konsultan politik ini mengungkapkan beberapa waktu lalu, pemerintah juga meresmikan 10 wilayah metropolitan di Indonesia. Hal berdasarkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dari Kementerian PPN/Bappenas.

Salah satunya adalah Banjarbakula (Kalsel), meliputi Banjarmasin, Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala dan Tanah Laut. “Banjarbakula merupakan salah satu dari empat pusat metropolitan baru di luar Pulau Jawa yang diamanatkan dalam RPJMN 2014-2019 dan PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan RTRW Nasional,” tuturnya.

BACA JUGA : Orang Miskin Baru Bertambah di Banjarmasin, Fraksi PKS Usul Rumah Penerima Bansos Diberi Tanda

Menurut dia, Banjarbakula akan dikembangkan sebagai kawasan Metropolitan berbasis potensi penambahan udara yang dilengkapi peluang industri dan pariwisata.Wilayah pengembangan Banjarbakula mencakup Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, 14 kecamatan di Kabupaten Banjar, 10 kecamatan di Barito Kuala, dan 12 kecamatan di Tanah Laut. Total luas wilayahnya 3.404.46 km² (9,07 % luas wilayah Kalsel) dan populasi kawasan ini tahun 2020 berjumlah 1.965.285 jiwa (53% dari jumlah penduduk Kalsel).

BACA JUGA : Antara Gambut Raya dan Banjarbakula, Pakar Kota ULM : Sudah Punya Landasan Hukum!

“Selama ini pengembangan konsep Banjarbakula sudah mulai diwujudkan dalam berbagai hal. Dengan ditetapkannya Banjarbaru sebagai ibukota Provinsi Kalsel, maka Banjarmasin ke depan akan lebih leluasa mengatur pengembangan pembangunan infrastruktur untuk menuju sebagai kota metropolitan sejati (jika jumlah penduduknya mencapai 1 juta jiwa ke atas),” papar Khairiadi.

Jebolan FISIP Universitas Lambung Mangkurat ini mengakui selama ini lahan untuk hunian di Kota Banjarmasin semakin mengecil. “Hal ini membuat sebagian besar warga kota ini berpindah tempat tinggal ke wilayah penyangga terdekat,” ungkap Khairiadi.

BACA JUGA : Penguatan Infrastruktur Kawasan Metropolitan Banjarbakula Menjadi Salah Satu Arah RPJMD Kalsel

Nah, masih menurut dia, dengan sudah ditetapkan dan dijalankannya kawasan metropolitan Banjarbakula beberapa waktu lalu. Bahkan, satu-satunya di Pulau Kalimantan, Khairiadi mengingatkan tiada lain sinergi antarpemerintah daerah kabupaten/kota yang terlibat di dalamnya sangat diperlukan.

“Saya berharap tinggalkan ego sektoral/wilayah masing-masing. Kayuh Baimbai akan lebih menguntungkan,” imbuh Khairiadi.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.