Kenapa Kalsel Selalu Banjir? Ini Analisis Mantan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta

0

AGENDA tahunan berupa bencana banjir, longsor dan rob hampir melanda seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Ada apa? Mantan Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Prof Dr Gusti Muhammad Hatta, punya jawabannya.

“KENAPA Kalsel sering dilanda banjir, ya semua ini akibat tak ada lagi penutupan lahan (reklamasi) bekas tambang dan izin perkebunan sawit yang selalu diobral,” ucap Guru Besar Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Gusti Muhammad Hatta kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Jumat (31/12/2021).

Ketua Senat ULM ini mengatakan fenomena banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Kalsel, khususnya kabupaten dan kota paling terdampak adalah banyak faktor yang mempengaruhinya.

“Kalau bicara curah hujan, sulit untuk bisa dikendalikan. Memang secara umum saat ini terjadi pemanasan global yang dampaknya dirasakan hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, khususnya lagi Kalimantan Selatan,” papar Hatta.

BACA : Ditagih Suaranya soal Penanganan Banjir di Kalsel, Ini Jawaban Anggota DPR RI Rifqinizamy Karsayuda

Doktor Silvikultur Universitas Wageningen, Belanda ini menguraikan apa yang bisa dilakukan hanya mengurangi dampak dari pemanasan global.

Langkah yang tepat ditegaskan Hatta adalah sembari menanggulangi dampak dari pemanasan global juga dibarengi dengan kebijakan tegas untuk menutup lahan, terutama sisa-sisa bekas tambang batubara dan lainnya.

“Itu yang terpenting dilakukan sekarang. Dengan penutupan lahan itu bisa memasukkan sebagian besar curah hujan,” kata Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2011-2014 ini.

BACA JUGA : Banjir Melanda, Walhi Sebut Bukti Kalsel Sudah Darurat Bencana Ekologis

Hatta menjelaskan jika tidak ada tutupan lahan, hampir bsia dipastikan curah hujan yang turun akan menjadi air permukaan. Ketika debit air makin tinggi, hal itu yang menyebabkan banjir. “Itu masalahnya,” kata dia.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Gusti Muhammad Hatta (Foto Tempo. co)

Apakah pembukaan lahan akibat perkebunan sawit selain pertambangan juga berpengaruh? Hemat Hatta, sebenarnya soal industri perkebunan sawit bagus-bagus saja, ketika bisa membuka lapangan kerja dan dampak positif lainnya.

“Terpenting itu adalah izin perkebunan sawit itu jangan sampai melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Itu saja sebenarnya,” kata Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat periode 2003-2005 ini.

BACA JUGA : Pendekatan Ekologis Dayakologi Terbukti Mampu Tangkal Perubahan Iklim Kalimantan

Hatta menjelaskan jika perizinan sawit itu diobral tanpa menghitung daya tampung dan daya dukungan, maka kerusakan lingkungan pasti akan terjadi.

“Sebenarnya bukan hanya soal sawit. Sebelum memberi izin, pelajari dulu datanya. Soal daya dukung dan daya tampung apakah sudah melampaui atau tidak. Kalau tidak ada masalah, bisa diberikan izinnya,” papar magister silvikultur lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

BACA JUGA : Solusi Atasi Banjir, Pemulihan Lingkungan Secara Bertahap Wajib Dilakukan Pemkab Banjar

Masih menurut Hatta, ketika perizinan sawit justru telah melampuai daya dukung dan tampung kawasan atau daerah, sebaiknya tidak diterbitkan atau dicabut izinnya.

“Jangan dikasih izin, kecuali kita mampu menutupi lahan – lahan terbuka itu. Hal itu bisa mengurangi limpasan air, apalagi muncul bulan purnama tidak bisa lagi diharap sudah. Sebab, ketika terjadi bulan purnama, air laut pasti masuk ke darat,” peneliti nasional dan internasional ini.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.