Tradisi Unik dalam Ritual Urang Banjar Naik Haji dari Waktu ke Waktu

0

BUKU hasil riset mendalam tiga peneliti muda dari tiga kampus; Irfan Noor, Raihani dan Muhammad Iqbal, dibantu asisten peneliti, Supriansyah, dibedah.

BUKU bertajuk Urang Banjar Naik Haji, terbitan Antasari Press, Pusat Penelitian dan Publikasi Ilmiah dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Antasari, merupakan kolaborasi tiga kampus; UIN Antasari Banjarmasin, UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan IAIN Palangka Raya.

Kajian regilios masyarakat Banjar yang erat dengan ritual keagamaan (Islam) serta tradisi naik haji ke Tanah Suci; Mekkah-Madinah dibeber dalam diskusi di Rumah Alam Sungai Andai, Banjarmasin gelaran Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), Jumat (3/12/2021).

Sang penulis, Irfan Noor menceritakan tradisi naik haji sangat melekat dalam identitas kebudayaan masyarakat Banjar baik yang ada di Kalimantan Selatan maupun di tanau rantau; Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau.

“Identitas keislaman orang Banjar adalah tradisi naik haji. Selama ini, kajian ini hanya sebagian kecil dalam kajian Islam Banjar. Makanya, kami mengkhususkan untuk menggali lebih mendalam dan dibukukan,” papar akademisi UIN Antasari ini.

BACA : Kolaborasi Empat Peneliti Muda Rekam Fenomena Budaya Urang Banjar Naik Haji

Peraih gelar doktor kajian identitas etnik dari Universiti Utara Malaysia ini mengakui kajian kultur religio Urang Banjar Naik Haji ini berbanding lurus dengan kajian ilmiah di tingkat akademik.

“Sayangnya, tidak ada kajian sejarah khusus hanya bagian kecil dari kajian Islam Banjar. Makanya, kami memilih berkolaborasi untuk membuat riset khusus soal itu,” papar magister ilmu filsafat dari UGM Yogyakarta ini.

Nah, menurut Irfan, dalam buku berdasar hasil riset untuk mendokumentasi fenomena orang Banjar naik haji sepertiapa. Ada pula dibumbui cerita lucu, unik, magis dan lainnya yang direkam dalam buku tersebut.

“Dalam menyusun buku ini butuh penelitian selama tiga bulan. Sedangkan proses penulisan menelan waktu enam bulan. Narasumbernya ada ulama di Kalsel dan Tembilahan Riau,” ucap dosen akhlaq dan tasawuf pascasarjana UIN Antasari ini.

BACA JUGA : Demi Naik Haji, Urang Banjar Tempo Dulu Rela Berlayar Pertaruhkan Hidup

Buku kajian dari empat peneliti mengenai tradisi dan ritual Urang Banjar Naik Haji. (Foto Asyikin)

Penanggap datang dari akademisi UIN Antasari, Humaidy. Menurut dia,  terbitnya buku kolaborasi tiga akademisi lintas kampus dibantu asisten peneliti, sangat berguna untuk menggambarkan perjalanan orang Banjar saat naik haji.

“Dari waktu ke waktu, berbagai macam tradisi dan amaliah mewarnai tradisi urang Banjar naik haji. Dari prosesi pemberangkatan, ketika berada di Tanah Suci hingga pulang ke tanah air,” kata budayawan Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Dari sini, Humaidy banyak sekali mozaik dari ritual keagamaan masyarakat Banjar khususnya berkelindan dengan tradisi naik haji.

BACA JUGA : Lewat Haji, Diaspora Keturunan Banjar di Tembilahan Terhubung dengan Tanah Leluhur

Sejarawan FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Mohammad Zaenal Arifin Anis mengungkapkan selain tradisi naik haji, masyarakat Banjar juga lekat dengan budaya dagang dan menuntut ilmu.

“Bahkan, saat naik haji banyak orang Banjar yang memilih bermukim untuk menuntut ilmu di Tanah Suci. Seperti yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary,” kata Zaenal Anis.

BACA JUGA : Daftar Tunggu Haji Kalsel Sudah 36 Tahun, Kemenag Prioritas Berangkatkan CJH Tertunda

Peneliti senior ULM ini mengungkapkan dulu orang Banjar berangkat ke Tanah Suci; Mekkah-Madinah menggunakan kapal layar. Nah, jika tak berdagang, maka bekal untuk naik haji bisa habis karena waktu perjalanan sangat lama dari Tanah Banjar hingga ke Jeddah, Arab Saudi.

“Jadi, pada abad ke-16, orang Banjar tak sekadar naik haji, berdagang dan menuntut ilmu, namun mereka juga berkolaborasi melakukan aksi untuk tanah air,” papar penulis buku produktif ini.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.