Kolaborasi Empat Peneliti Muda Rekam Fenomena Budaya Urang Banjar Naik Haji

0

KAJIAN ilmiah buah dari penelitian mendalam dituangkan dalam buku “Urang Banjar Naik Haji”. Buku itu resmi diterbitkan Antasari Press, Pusat Penelitian dan Publikasi Ilmiah dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Antasari.

ADA tiga periset muda yang melakukan penelitian atas fenomena budaya itu. Yakni, Irfan Noor (Akademisi UIN Antasari), Raihani (Akademisi UIN Sultan Syarif Kasim, Riau) dan Muhammad Iqbal (IAIN Palangkaraya). Mereka didukung asisten peneliti, Supriansyah yang juga selama ini mendalami kajian soal kultur religio masyarakat Banjar.

Tertulis dalam buku, yaitu: Teks, Tradisi dan Pendidikan Nilai Kalangan Haji Banjar di Nusantara, yang berisi 237 halaman dan berukuran 15,5 x 23 Cm itu.

“Buku (Urang Banjar Naik Haji) ini adalah buku hasil penelitian kolaboratif antar perguruan tinggi, di antaranya adalah dosen UIN Antasari dengan dosen UIN Suska Riau. Karena itu, selain lokasi penelitiannya di Kalimantan Selatan, penelitian ini juga mengambil lokasi di Tembilahan, Indragiri, Riau,” ucap Koordinator Penelitian, Irfan Noor kepada jejakrekam.com, Senin (1/11/2021) malam.

Menurut Irfan, dalam isi buku itu sifatnya diteliti dan dilaporkan secara bersama-sama dengan topik urang Banjar naik haji tersebut.  Riset ini, ujar Irfan, didasarkan pada kenyataan minimnya riset-riset lokal daerah, khususnya fenomena ‘Urang Banjar Naik Haji’.

BACA : Demi Naik Haji, Urang Banjar Tempo Dulu Rela Berlayar Pertaruhkan Hidup

“Padahal kita tahu bahwa Kalimantan Selatan termasuk salah satu daerah pemasok jamaah haji terbesar di Indonesia. Saking banyaknya, daftar tunggu keberangkatan haji di provinsi ini diperkirakan mencapai 25 atau 30 tahun ke depan, baru bisa menunaikan ibadah haji,” kata pria asal Alabio itu.

Irfan menyebut dari keinginan untuk berhaji di masyarakat Kalsel yang mayoritas urang Banjar menggambarkan bagaimana kentalnya religio spiritual keislaman. Bukan saja bermukim di Kalsel. Namun, ada yang sudah lama berdiaspora ke luar Kalimantan seperti Tembilahan, Riau.

“Setiap tahapan prosesi haji, mulai dari persiapan keberangkatan dan keberangkatan menuju tanah suci. Kemudian menjalani ibadah haji di tanah suci, hingga kembali ke kampung halaman, penuh dengan nilai-nilai spiritual dan moral,” beber Irfan.

BACA JUGA : Sejarah Urang Banjar Naik Haji : Kontroversi Gelar dan Ujian Era Kolonial (1)

Kata Irfan, naik haji telah menjadi kultur dan identitas Urang Banjar, sehingga menjadi haji merupakan suatu tujuan hidup pribumi Kalimantan ini. Karena itu, Irfan berpandangan bahwa dalam menyiapkan keberangkatan haji, Urang Banjar memiliki prosesi ritual tersendiri yang unik atau khas.

“Walaupun dari tahun ke tahun, ada perubahan prosesi dalam ritual keberangkatan dan kepulangan haji yang dijalankan, namun naik haji sendiri dari tahun ke tahun tetap tinggi dan cenderung naik,” paparnya.

Buku Urang Banjar Naik Haji yang ditulis empat peneliti di rak buku salah satu toko buku di Kampung Buku Banjarmasin. (Foto Rahim Arza)

Selain membahas prosesi ritual naik haji, Irfan menyebut dalam kajian itu juga terungkap pula berbagai cerita unik selama Urang Banjar naik haji, seperti Kelambu Ka’bah, Ojek Mencium Hajar Aswad, Badal Haji, obat kuat dan cerita unik lainnya.

BACA JUGA : Sejarah Urang Banjar Naik Haji: Menumpang Kapal Tiga Sampai Enam Bulan (2)

“Dari kajian haji ini juga kita bisa menelusuri bagaimana jaringan ulama Banjar dan diaspora itu terbentuk hingga melahirkan karya-karya yang menjadi pegangan dalam menjalankan ibadah haji,” kata alumnus jurusan Filsafat UGM itu.

Irfan  mengatakan salah satu nilai moral yang bisa dipetik dalam melihat prosesi naik haji Urang Banjar ini adalah nilai insâniyyah yakni nilai persamaan derajat di antara sesama manusia (equaliy).

“Keikhlasan, kesabaran, mampu mengendalikan diri, mendahulukan orang lain, saling bersikap toleran, bersedia menerima dan memahami aneka perbedaan, saling menolong, saling menghargai, tasamuh,” ucapnya.

BACA JUGA : Sejarah Urang Banjar Naik Haji : Kisah Pendulang Intan ke Mekkah (3)

Irfan menguraikan dalam konteks nilai insâniyyah, misalnya bentuk pengorbanan total dalam ibadah haji itu juga tercermin pada sikap selalu ikhlas terhadap apapun cobaan dan ujian selama melaksanakan seluruh prosesi haji.

“Nilai-nilai inilah yang seharusnya selalu kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari pasca haji,” katanya.

Akademisi UIN Antasari ini membeberkan ada 49 narasumber yang menjadi sampel penelitian. Mereka berdomisili di Banjarmasin, Martapura, Barabai, Amuntai, dan Tembilahan, Riau.

“Di antara narasumber tersebut, yakni KH. Taberani Baseri, KH Haderawi HK, KH. Nuruddin Marbu, dan lainnya,” sebutnya.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.