Stigma Negatif Penderita HIV/AIDS , Ini Penjelasan Dua Dokter Cantik Soal Penanganannya

0

KOALISI Peduli HIV/AIDS Kalimantan Selatan menghelat temu dengan beberapa stakeholder. Tujuannya, guna mengetahui pelayanan terkait HIV/AIDS yang berlangsung di Hotel Mercure, Banjarmasin, Kamis (21/10/2021).

PERTEMUAN itu dihadiri oleh dr Vina Dwiana dari RSUD Moch Ansari Saleh dan dr Mei Vita Ariyanti dari Puskesmas Cempaka. Dua dokter cantik ini pun memaparkan metode pencegahan dan penanggulangannya.

Vina menjelaskan beberapa hal di antaranya adalah bagaimana penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS di RSUD Ansari Saleh. Ada beberapa jenis pelayanan yang ditawarkan oleh RSUD Ansari Saleh di antaranya adalah Voluntary Counseling and Test (VCT), Care Support and Treatment (CST).

“Melalui Klinik Mutu Manikam yang diresmikan pada tahun 2009, client dapat mengakses konseling pra test, konseling post test, konseling pra ARV yaitu profilaksis kontimoksol selama dua minggu, dan konseling ARV berkelanjutan,” ucap dr Vina kepada jejakrekam.com, Kamis (21/10/2021).

Kata dr Vina, klinik yang menyediakan penanganan HIV/AIDS di RSUD Ansari Saleh diberi nama Mutu Manikam (MM) dengan tujuan menghindari stigma.

“ODHA yang mengakses klinik ini pun tidak disebut pasien atau penderita karena mereka pada dasarnya tidak menderita. Untuk menghindari stigma ini, ODHA disebut client,” ujarnya.

BACA : Bantuan Dana Disetop, Koalisi Peduli HIV/AIDS Kalsel Minta Dukungan Pemerintah

Menurutnya, klinik Mutu Manikam sudah beroperasi sejak tahun 2007, meski baru diresmikan pada 2009. Kata dia, penanganan pada tahun 2007 tidak terkonsentrasi pada satu poli khusus.

Belakangan yang menjadi kekhawatiran Vina adalah peningkatan kasus sifilis pada ODHA, padahal antibiotik yang digunakan terbatas.

“Ini karena kasus sifilis sudah dianggap berkurang sehingga ketersediaan antibiotik pun dikurangi. Pada saat terjadi peningkatan kasus, antibiotik sulit untuk didapatkan,” bebernya.

Vina mengamati sejak tahun 2007 hingga saat ini, sudah terjadi peningkatan pelayanan terhadap ODHA, meskipun masih jauh dari harapan.

“Stigma terhadap ODHA masih ada, sehingga ODHA belum dapat dengan bebas mengatakan, Saya ODHA!” ucapnya.

BACA JUGA : Ada 80 Warga Sudah Kena HIV/AIDS, DPRD HSS Rancang Perda Pencegahan

Ke depan, ia berharap program VCT bisa lebih luas lagi dan terjadi regenerasi dokter-dokter muda yang memberikan perhatian pada isu HIV/AIDS.

Menurut Vina, kurangnya perhatian pada isu HIV/AIDS dikalangan nakes muda adalah karena stigma, “Stigma ya, yang seusia saya saja masih banyak yang menstigma HIV itu adalah perbuatan yang salah sendiri. Jadi nggak mau ngurusin kaya gini,” bebernya.

Koalisi Peduli HIV/AIDS Kalsel berfoto bersama usai seminar. (Foto Istimewa)

Bagi Vina, perbaikan kualitas pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS juga sudah mengalami peningkatan di level puskesmas, di mana sesuai dengan anjuran pemerintah terdapat beberapa puskesmas yang dapat menangani client HIV/AIDS, yaitu Puskesmas Cempaka, Puskesmas Cempaka Putih, Puskesmas Pekauman, Puskesmas Pelambuan,dan Puskesmas Teluk Dalam.

“Namun, layanan yang diberikan di Puskesmas terbatas. Puskesmas hanya melakukan penyuluhan pada populasi kunci, masyarakat terutama ibu rumah tangga, dan remaja usia sekolah,” jelasnya.

BACA JUGA : KPA Kalsel Estimasi Ada 11 Ribu Orang Berisiko HIV/AIDS

Khusus untuk remaja usia sekolah, Vina mengungkapkan puskesmas rutin memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 2-3 kali per tahun.

“Selain itu, puskesmas juga melayani VCT baik mobile maupun langsung di puskesmas dan konseling Test Inisiatif Petugas (KTIP), di mana petugas menawarkan pasien dengan kriteria tertentu untuk screening,” urainya.

Vina menjelaskan, kroteria tersebut adalah ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, pasien hepatitis, dan pasangan ODHA.

“Sejauh ini, puskesmas tidak melayani pengambilan ARV untuk ODHA. Jika petugas menemui orang yang di duga dengan HIV/AIDS, mereka akan melakukan rapid test pertama,” katanya.

BACA JUGA : Kasus HIV AIDS Tertinggi di Banjarmasin, Ibnu Sina: Segera Dikoordinasikan Dinas Terkait

Masih menurut dia, jika hasilnya positif, petugas akan melakukan rapid test dengan 3 alat yang berbeda. Jika hasilnya positif, client akan dirujuk ke rumah sakit.

Sementara itu, penanganan HIV/AIDS, Mei dari Puskesmas Cempaka mengatakan bahwa belum ada ruangan khusus. “Puskesmas belum ada ruangan khusus untuk client HIV/AIDS, sehingga kita biasanya menggunakan ruangan kosong yang tersedia. Misal, ruang fisioterapi atau poli gigi yang biasanya sepi,” bebernya.

Ke depan, kata Mei, pihaknya berharap akan muncul dorongan-dorongan untuk menjadikan layanan ARV sebagai salah satu layanan yang dapat diberikan oleh puskesmas.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2021/10/21/stigma-negatif-penderita-hiv-aids-ini-penjelasan-dua-dokter-cantik-soal-penanganannya/,pasien odha cantik
Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.