Usai Jembatan Sei Alalak, Presiden Jokowi Diagendakan Resmikan Pabrik Biodiesel Jhonlin Group

0

PEMERINTAH saat ini tengah menggalakkan penggunaan bahan bakar minyak non fosil. Utamanya dari bahan bakar nabati (BBN) seperti kelapa sawit guna menghasilkan biodiesel.

UNTUK di Kalimantan Selatan, saat ini telah berdiri pabrik biodiesel di Desa Sungai Dua, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu). Pabrik biodesel itu adalah milik PT Jhonlin Agro Raya (JAR) di bawah bendera Jhonlin Group.

Saat ditinjau Bupati Tanbu Zairullah Azhar pada awal Juli 2021 lalu, pengusaha ternama Kalsel Andi Syamsudin atau Haji Isam dikabarkan telah menggelontorkan dana segede Rp 2 triliun untuk membangun pabrik serta prasarana pabrik. Termasuk, pembangunan jety atau pelabuhan.

Nantinya, pabrik biodiesel dan minyak goreng ini memiliki kapasitas produksi 60 ton per jam dengan memerlukan sekitar 1.600 ton/hari tandan buah segar (TBS). Guna memenuhi bahan baku pabrik, ada 30 persen diserap dari petani lokal. Sisanya dipasok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari luar daerah.

BACA : Pekan Depan, Jokowi Dikabarkan Bakal Resmikan Jembatan Sei Alalak

Bahkan, pabrik milik pengusaha Haji Isam ini merupakan pabrik biodiesel terbesar dari empat pabrik lainnya yang ada di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi. Hasil produksi biodiesel ini nantinya akan diserap Pertamina.

Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan, Mahyuni mengakui bahwa berdasar agenda Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meresmikan pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya, usai peresmian Jembatan Sei Alalak dan memantau vaksinasi massal di kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pada Kamis (21/10/2021) mendatang.

Usai diresmikan orang nomor satu di negeri ini, pabrik milik Haji Isam ini akan beroperasi. Ini karena, pabrik itu sudah berdiri dengan nilai investasi triliunan rupiah.

“Adanya pabrik biodiesel ini, tentu Pemprov Kalsel sangat mengapresiasi. Sebab, ada investor di saat pandemi ini mau berinvestasi. Apalagi, pabrik biodiesel ini merupakan bagian hilirisasi industri minyak kelapa sawit,” ucap Mahyuni kepada jejakrekam.com, Jumat (15/10/2021).

BACA JUGA : Jadi Media Edukatif dan Menghibur, Jhonlin Radio Raih Penghargaan P3SPS KPID Kalsel

Menurut dia, pendirian pabrik bahan bakar nabati merupakan target dari Presiden Jokowi guna mengurangi impor negeri nasional. Sebab, menurut dia, selama ini Indonesia termasuk pengimpor solar terbesar, sehingga sangat ketergantungan dengan impor dari negara lain.

“Dengan adanya  produksi biodiesel di Indonesia,  khususnya di Kalsel tentu Presiden Jokowi sangat suka. Jadi, ke depan, kita tidak lagi ketergantungan impor, dampaknya bisa menghemat devisa negara,” beber Mahyuni.

Berdasar data yang dihimpun dinasnya, Mahyuni mengungkap kehadiran pabrik biodiesel milik Jhonlin Group itu bahkan bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 130 orang.

Menurut dia, pabrik PT Johnlin Agro Raya yang ada di Kabupaten Tanbu itu akan memproduksi jenis B30. Yakni,  30 persen solarnya dari bahan baku sawit atau CPO. Sisanya, 70 persen dari minyak fosil.

BACA JUGA : Zairullah Kunjungi Pabrik Biodiesel di Desa Sungai Dua

Mahyuni menjelaskan secara teknis biodiesel dapat digunakan untuk semua mesin diesel tanpa modifikasi, termasuk truk tangki, truk pengangkut dan pompanya. Biodiesel dapat digunakan murni 100 persen atau sebagai campuran minyak solar sesuai tingkat kandungannya.

“Biodiesel dapat lebih berfungsi sebagai pelumas daripada minyak solar, sehingga suara dan getaran mesin dapat lebih halus. Dampaknya umur mesin dapat lebih panjang. Pengalaman menunjukkan penggunaan biodiesel dapat meningkatkan jarak tempuh,” beber mantan pejabat Pemkab Tanah Bumbu.

Mahyuni mengklaim dari sudut lingkungan penggunaan biodiesel dapat mengurangi efek rumah kaca, karena kandungan oksigen yang lebih tinggi daripada solar. Ini karena sistem pembakaran jauh lebih sempurna.

“Gas rumah kaca seperti karbon monooksida yang memiliki efek rumah kaca tinggi, dapat diminimumkan. Pembakaran juga lebih baik karena fungsi pelumasan biodiesel yang lebih baik. Selain itu, karena biodiesel dihasilkan dari tanaman (penyerap CO2), maka neraca karbon dengan adanya pembakaran (emisi CO2) seimbang dengan penyerapannya,” pungkas Mahyuni.(jejakrekam)

Pencarian populer:biosiesel haji sam
Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.