Usai Paman Birin 2 Periode, Pengamat Politik Uniska : Tanpa Petahana, Suksesi Kalsel 1 Jadi Pasar Bebas!

0

USAI Paman Birin, sapaan akrab Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengakhiri masa tugasnya periode kedua 2021-2024, praktis perebutan kursi Kalsel 1 laiknya ‘pasar bebas’.

SEBELUMNYA, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Paman Birin bersama Wakil Gubernur Kalsel Muhidin di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/08/2021) silam.

Paman Birin bersama Muhidin mengantongi Keputusan Presiden RI  Nomor 105/P Tahun 2021 tentang Pemberhentian Penjabat Gubernur Kalsel dan Pengesahan Pengangkatan Gubernur-Wakil Gubernur Kalsel ditetapkan pada 24 Agustus 2021.

Pengamat kebijakan publik dan politik FISIP Uniska MAB Banjarmasin, Muhammad Uhaib As’ad mengakui sebelum berakhirnya masa jabatan periode kedua Paman Birin, maka pertarungan politik di Kalsel semakin terbuka.

“Ya, munculnya nama Wakil Gubernur Muhidin yang sebelumnya Walikota Banjarmasin, kemudian Bupati Tabalong Anang Syakhfiani dan Bupati Tanah Bumbu Zairullah Azhar, termasuk figur lainnya membuktikan jika suksesi 2024 mendatang memang merupakan laga tarung bebas,” kata doktor lulusan Universitas Brawijaya (UB) Malang ini kepada jejakrekam.com, Sabtu (26/8/2023).

BACA : Merakyat, Religius, Berpengalaman, Zairullah Berpotensi Menang Pilgub Kalsel 2024 di Survei UI

Menurut Uhaib, dengan tidak hadirnya incumbent atau petahana, praktis perebutan kursi Kalsel 1 menjadi semakin terbuka.

“Sudah menjadi rahasia umum, jika laga pilkada di Kalsel ini tergantung maunya si bos lokal atau local strongman yang menjadi penentu, pengatur irama permainan politik. Legendanya, ada yang menyebut istilah ‘Bos Gunung’ yang mengendalikan geopolitik dan ekonomi di Kalsel,” tutur Uhaib.

Bagi dia, dengan tarung bebas itu, maka sudah menjadi jamak jika para para oligarki tambang atau para pemilik modal akan berinvestasi politik dengan menempatkan orang-orang yang bisa mengamankan bisnis dan kepentingan ekonomi politik. Dalam hal ini, Uhaib menyebut yang punya irisan kepentingan politik dan ekonomi adalah para bos tambang batubara dan perkebunan kelapa sawit berskala besar di Kalsel.

BACA JUGA : Jaring Elektabilitas 10 Kandidat Gubernur Kalsel 2024, Uhaib : Bisa Jadi Survei Lucu-Lucuan

“Ya, istilahnya, mereka beternak politik dengan memagari orang-orang yang dianggap memiliki kapasitas atau dianggap memiliki kemampuan guna diperjuangkan dalam arena kontestasi lokal,” ucap Direktur Pusat Studi dan Kebijakan Publik Banjarmasin ini.

Dalam kamus Uhaib, di Kalsel telah terjadi rumus bahwa bisnis dan politik tidak bisa dipisahkan satu kesatuan yaitu ada relasi kekuasaan bisnis dan politik.

Pengamat politik dan kebijakan publik FISIP Uniska MAB, Dr Muhammad Uhaib As’ad. (Foto Dokumentasi JR)

———-

“Jadi lagi- lagi ingin saya katakan semua irama permainan ini ditentukan oleh ‘Bos Gunung’, semua tentu paham soal itu di Kalsel. Mereka ini yang akan jadi supporting financial (penyokong dana) atau bandar bagi figur-figur yang bertarung dalam suksesi Kalsel 1 dan 2, demi tetap menjadi strongman yang memiliki powerfull dalam mengontrol kekuatan politik dan bisnis ,” tutur Uhaib.

BACA JUGA : Jaring 20 Nama, Zairullah-Muhidin-Anang Syakhfiani Teratas Pada Suksesi Kandidat Gubernur Kalsel 2024

Masih kata Uhaib, karena tidak ada incumbent dalam peta percaturan politik Kalsel 1, tentu Paman Birin termasuk kekuatan di belakangnya bisa saja ikut cawe-cawe. Tak hanya pada penentuan kandidat gubernur, namun juga menjalar pada calon bupati dan walikota pada pilkada serentak 2024 mendatang.

“Hasil survei yang digambarkan oleh Pusat Studi Komunikasi dan Kebijakan Publik (PSK2P) Universitas Indonesia itu memang menggambarkan dinamika politik Banua, tapi ingat politik itu bersifat dinamis masih ada proses yang terus berjalan,” tuturnya.

BACA JUGA : Terdata 58,38 Persen, Pemilih Milenial dan Generasi Z Dominasi DPT Pemilu 2024 Kalsel

Uhaib mengambil contoh sosok Zairullah Azhar yang terbukti dua kali gagal dalam kontetasi Pilgub Kalsel. Yakni pada Pilkada Kalsel 2010 lalu saat Zairullah Azhar berduet dengan Habib Aboe Bakar Alhabsyi (ZA) berada di posisi kedua hanya merebut 376.274 suara (22,65%), di bawah pemenang Rudy Ariffin-Rudy Reswanan (Dua Rudy) merebut 777.554 suara (46,81%). Sementara, tiga pasangan Cagub-Cawagub Kalsel seperti Rosehan NB-Saiful Rasyid (Rossa), Sjachrani Mataja-Gusti Farid Hasan Aman (Safa) dan terakhir Khairil Wahyuni-Alwi Sahlan meraih suara di bawah 15 persen.

BACA JUGA: Pusat Studi KPKP UI Rilis Hasil Survei 5 Besar Parpol Jadi Pilihan di Kalsel, Ini Daftarnya!

Berlanjut pada Pilgub Kalsel 2015, posisi Zairullah Azhar saat bermitra dengan Muhammad Safi’i (eks Bupati Hulu Sungai Selatan) berada di peringkat ketiga hanya mengoleksi 334.712 suara (18,6%), di bawah suara Muhidin-Gusti Farid Hasan Aman maju lewat jalur independen dengan 725.585 suara (40,31). Sebagai pemenang suksesi 2015 adalah Sahbirin Noor (Paman Birin) berduet dengan Rudy Resnawan meraup 739.588 suara (41,09%).

“Nah, pada kesempatan ketiga jika Zairullah Azhar maju mencalon di Pilgub Kalsel 2024, tentu harus menghitung pasar politik. Ya, seperti Prabowo Subianto yang beberapa kali gagal di Pilpres,” imbuh Uhaib.

Apalagi, menurut dia, jika generasi senior itu harus memperhitungkan generasi kepempinan muda-muda karena adanya perubahan dinamika politik di Kalsel.

BACA JUGA : Perebutan Kursi Gubernur Kalsel 2024 Diprediksi Jadi Tarung Bebas Elite Politik Banua

“Ingat saat ini, pemilih terbanyak di Kalsel adalah generasi milenial dan generasi Z yang mencapai 58 persen lebih atau lebih dari separuh pemilih Banua, tentu juga akan melirik calon pemimpin dari kalangan muda seperti Walikota Banjarmasin Ibnu Sina, eks anggota DPR RI Muhammad Rifqinizamy Karsayuda. Ada pula, Pangeran Khairul Saleh dan Denny Indrayana serta figur lainnya, mengapa pendidikan politik mencerdaskan itu penting bukan hanya berdasar atas hasil survei,” imbuh Uhaib.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.