Awalnya Dikira Meriam, Ternyata Ketel Uap Peninggalan Kapal Uap Zaman Kolonial Belanda

0

PEMBONGKARAN bangunan yang dijadikan cagar budaya di Banjarmasin, Langgar Al Hinduan di Jalan Piere Tendean, menyisakan kisah tersendiri.

PROYEK rehabilitasi dan penataan Langgar Al Hinduan berpagu anggaran Rp 1,4 miliar lebih bersumber APBD Banjarmasin tahun anggaran 2023 ini milik Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Banjarmasin mengacu ke UU Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010.

Usai ditenderkan pada 9 Mei 2023, CV Abey Putra Perkasa dari Palangka Raya sebagai pemenang pekerjaan konstruksi menggarap proyek dengan nilai kontrak Rp 1.462.406.232 atau Rp 1,4 miliar lebih.

Ada dua paket pekerjaan digarap CV Bey Putra Perkasa mencakup pekerjaan tanah dan pancangan, struktur beton dan beton bertulang hingga pekerjaan mekanikal dan  lainnya. Termasuk, mempermak tempat wudhu dan toilet Langgar Al Hinduan.

BACA : Dikasih Nama Museum Kayuh Baimbai, Walikota Ibnu Sina Ingin Koleksi Benda Bersejarah Dari Museum Nasional Dan Belanda

Saat pengerukan untuk pemasangan pondasi atau tiang pancang, ternyata ditemukan benda asing yang awalnya diduga meriam. Usut punya usut, ternyata hanya sebuah ketel dari kapal uap peninggalan Kolonial Hindia Belanda di Banjarmasin.

“Dugaan awal memang meriam karena ada moncongnya. Namun, saat ini masih menunggu hasil dari Tim Ahli Cagar Budaya Banjarmasin, sehingga bisa disimpulkan bahwa benda itu merupakan sebuah ketel dari mesin kapal uang peninggalan Benda,” ucap Kepala Bidang Kebudayaan Disbudporapar Kota Banjarmasin, Zulfaisal Putera.

Walikota Banjarmasin Ibnu Sina menyebut berdasar hasil penelitian sementara, benda yang didapatkan dari lokasi pembongkaran merupakan bagian dari kapal uap zaman Belanda.

BACA JUGA : Dipesan VOC Belanda, Meriam Eks Benteng Tatas Buatan Pabrik Besi Skotlandia

“Ini hampir dipastikan oleh tim Cagar Budaya Kota Banjarmasin adalah ketel uap untuk jenis angkutan kapal sungai bermesin uap di zaman Kolonial Belanda,” ujar Ibnu Sina kepada wak media di Balai Kota Banjarmasin, Selasa (22/8/2023).

Ibnu Sina menyebut hal itu diperkuat dengan temuan jelaga atau bekas endapan hitam dari pembakaran batubara, di sela dinding besi tua tersebut.

Meski awalnya digemborkan bekas meriam, namun ternyata hanya ketel uap, Ibnu Sina menyebut penemuan itu luar biasa bagi memperkaya kesejarahaan Kota Banjarmasin. “Ini juga memastikan bahwa di zaman itu, alat transportasi berupa mesin yang mengarungi sungai-sungai yang ada di Banjarmasin,” kata mantan anggota DPRD Kalsel ini.

BACA JUGA : Replika Meriam di Maskot Bekantan, Walikota Ibnu Tak Ingin Sejarah Perang Banjar Dilupakan

Masih menurut Ibnu Sina, dari penemuan di sekitar area Langgar Al Hinduan nantiny akan didokumentasikan sebagai bagian catatan sejarah Kota Banjarmasin. Khususnya, mengenai pelayaran alur Sungai Barito dan sungai-sungai lainnya di Banjarmasin.

“Saat ini, benda ini telah diamankan dan direncanakan akan ditempatkan di Musuem Kayuh Baimbai milik Pemkot Banjarmasin,” kata Ketua DPD Partai Demokrat Kalsel ini..

Seperti penemuan meriam di Jalan Jenderal Sudirman depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin beberapa tahun lalu, Ibnu Sina memastikan di lokasi akan dijadikan monumen sekaligus dibuatkan replika atau miniatur jenis moda transportasi di era Kolonial Belanda itu.

BACA JUGA : Langgar Al-Hinduan, Muktamar NU dan Potensi Bangunan Cagar Budaya

“Ya, akan dibuatkan miniatur kapal uapnya seperti apa. Dengan begitu, bisa menjadi sarana edukasi juga bagi masyarakat yang akan datang bahwa dulu kapal-kapal ini pernah mengarungi di sepanjang sungai di Banjarmasin,” tutur Ibnu Sina.

Untuk diketahui, sebelumnya miniatur meriam yang ditemukan usai penggalian proyek tiang pancang jalan di Jalan Jenderal Sudirman telah dibuatkan di kawasan maskot Patung Bekantan di Jalan Piere Tendean, depan Taher Square Banjarmasin.

“Dengan banyaknya temuan benda yang memiliki nilai historis, saya ingin penggalian bisa dilanjutkan, tetapi tidak secara khusus,” ucap Ibnu Sina.

BACA JUGA : Langgar Al-Hinduan, Kiprah Guru Tuha dan Saudagar Banjar di Muktamar NU Banjarmasin 1936

Dirinya menunggu arahan dari Tim Ahli Cagar Budaya Banjarmasin, termasuk para saksi sejarah terutama para orang tua yang memahami kawasan di sekitar Sungai Mesa atau Langgar Al Hinduan.

“Sebab ada informasi bahwa di kawasan itu juga ada ditemukan beberapa barang penyerta, baik dalam bentuk keramik dan temuan lain yang secara arkeologi itu memiliki nilai sejarah,” beber Ibnu Sina.

Untuk itu, Walikota Banjarmasin meminta agar pekerja proyek rehabilitasi Langgar Al Hinduan tetap berhati-hati saat melakukan penggalian, jangan sampai temuan barang bersejarah lainnya ikut terbenam di dalam tanah.

“Makanya, benda sekecil apapun saat ditemukan dalam penggalian itu harus segera diamankan,” tandas Ibnu Sina.(jejakrekam)

Penulis Ferry Oktavian
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.