Kritik Santun dan Diksi Vulgar

0

Oleh : IBG Dharma Putra

DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kritik diartikan kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, sikap, perkataan atau tindakan.

DALAM kenyataan, uraian pertimbangan tidak sering diberikan sehingga kritik lebih menyimbulkan sebagai pembeda antara pengeritik dan orang yang dikritiknya dan tukang kritik berpendapat tak sama dengan pendapat yang dikritiknya.

Kritik yang pada prinsipnya membuat yang dikritik menjadi sama dengan pengeritiknya, selayaknya didudukkan pada kenyataan bahwa berubah sebenarnya hanya bisa terjadi jika ada niat berubah dari dalam diri seseorang dan bukan semata mata karena dorongan atau paksaan dari luar dirinya.

Paksaan dapat saja menimbulkan perubahan tapi hanya sementara dan sewaktu waktu terhenti jika tidak disertai kesadaran diri, karena itulah terdapat pandangan bahwa melakukan aksi perubahan lebih efektif dilakukan dari dalam dan sebagai kawan dibanding dengan sikap permusuhan.

BACA : Antara Diksi Mehual dan Kritik Membangun

Menjadi sahabat adalah hal yang tidak sama dengan bersikap sebagai musuh, baik dari sisi cara berpikir, pemilihan kata, model bersikap maupun pola tindakan. Dalam politik sahabat dapat berarti sedang mempunyai kepentingan yang sama sehingga cara penyampaian kritik santun yang bersahabat sering sering sult terwujud dan dalam kenyataan banyak lawan politik yang melakukan kritik bernarasi vulgar.

Secara hukum, narasi diksi vulgar dalam kritik, kemungkinan tidak dapat dikatagorikan salah atau benar sampai ditemukan pelanggaran aturannya, tetapi secara sosial dari kaca mata peradaban, narasi vulgar tersebut sungguhlah tidak elok. Bukankah peradaban merupakan marwah hukum dan karenanya berada pada posisi yang lebih tinggi sekaligus bernilai lebih tinggi dibanding hukum?

BACA JUGA : Pahami Kerja Wartawan, Kabiro Pemberitaan Setjen DPR RI : Kami Tak Anti Kritik Asal Sesuai Fakta

Di lain sisi, kritik sebagai pembeda tentunya wajib mempunyai tujuan sejak masih berada dalam benak pengkritik dan disampaikannya kritik tersebut dimaksudnya untuk sebuah perubahann dan dengan demikian selayaknya dapat mencapai tujuannya tersebut.

Dalam kesadaraan realitas seperti itu, semua tukang kritik wajib memahami sifat orang ataupun kelompok orang yang dikritiknya, sehingga mampu  mencari strategi, taktik serta kiat kritik yang paling cocok untuk tercapainya tujuan.

Strategi tepat sangat diperlukan sekaligus menghindarkan kritik dari resistensi berlebihan dan masalah potensial paska kritik. Prediksi matang tentang cara penyampaian menjadi sangat penting, kecuali jika kritik dilakukan tanpa tujuan dan hanya sekadar untuk mencari popularitas semata.

BACA JUGA : Bukan Tinjau Banjir dan Jalan Putus, Mahasiswa Kalsel Kritik Jokowi Datang Hanya Resmikan Proyek

Kritik tanpa tujuan pada prinsipnya hanya dilontarkan oleh orang dungu, pengecut dan mau seenaknya saja. Dikatakan demikian karena kritik  tanpa tujuan pastilah tak pernah mengalami sesat dan terlambat.

Kritik tidak bertujuan tidak mungkin tersesat karena semua titik sampai, akan bisa menjadi tujuannya, bahkan ketiadaan tujuan tersebut, dapat membuat kritik tidak mengenal kata terlambat sehingga kritik berlaku selamanya.

Kritik tanpa tujuan berpotensi amat gampang untuk berkelit, berkilah, dengan menampilkan arti yang sangat berbeda bahkan amat konyol pada saat narasi ataupun diksi yang dipakai mengkritik mulai dipersoalkan.

BACA JUGA : Kritik Kinerja TPID Kendalikan Inflasi, BPKP Kalsel Minta Jajaran Kejati Kalsel Turun Tangan

Kritik tanpa tujuan setara dengan hidup tanpa tujuan, merupakan kehidupan penuh kejutan dan mengejutkan. Jika memang menjadi pilihan, karena berbagai alasan, hendaknya disadari oleh pembuatnya, untuk selalu pasrah dikejutkan.

Kejutan tersebut, bukan tidak mungkin berupa gelombang protes disertai hinaan, ancaman disertai persekusi. Dan keseharian orang konyol seolah menjadi wajar jika diwarnai oleh berbagai kekonyolan dan menjadi hidup yang sekonyol-konyolnya.

Jika yang dikritik adalah pemerintah ataupun penguasa, wajib disadari sejarah panjangnya, bahwa kritik dari oposisi minoritas tidak akan berpengaruh potensial terhadap pemerintahan mayoritas, apalagi jika disampaikan dengan narasi serta diksi vulgar.

BACA JUGA : Kecam Tindakan Aparat, Cak Kiss: Ada Indikasi Pembungkaman Demokrasi

Dalam ranah publik, sering sering kekuasaan lebih kuat dibanding kebenaran (Socrates) karena itulah ada adagium yang berbunyi, sejarah ditulis oleh para pemenang. Dalam situasi seperti itu, kritik vulgar adalah perbuatan sia sia yang hanya berpotensi perpecahan dan keriuhan semata. Alangkah bodohnya jika dilakukan oleh para cendekia, karena sebenarnya banyak cara lebih cerdas yang mereka ketahui dan dapat dilakukannya. Perbuatan sia sia menunjukkan kompetensi yang tidak mumpuni dan kecerdasan yang patut diragukan.

Hal lain yang harus diingat oleh para cendikia bahwa kepintarannya sering berakibat pada banyaknya pengikut di media sosial dan dengan sendirinya para cendikia menjadi role model, idola, teladan, panutan masyarakat.

BACA JUGA : Aktivis Muda NU Prihatin dengan Ancaman Pembungkaman Kebebasan Berpendapat dan Pers

Ketokohannya tersebut membawa tanggung jawab tersendiri, termasuk dalam pilihan cara penyampaian kritik. Bayangkan jika mereka mengkritik dengan narasi vulgar dan kritik model begitu ditiru dan menjadi model kritik populer yang diterapkan secara umum, maka rusaklah tatanan sosial.

Para cendikia harus diingatkan pada cerita tentang Nabi Musa. Bahwa Musa, sebagai seorang nabi, tentunya mendapat dukungan Tuhan, diutus untuk datang kepada Firaun yang zalim, dan mengingatkan akan kezaliman sang Firaun dengan kalimat yang baik dan lemah lembut.

BACA JUGA : Dewan Pers: UU KUHP Mengancam Kemerdekaan Pers dan Demokrasi

Hal tersebut dapat diartikan secara bijaksana sebagai peringatan bagi kritikus supaya tidak memilih cara berbeda jika pengkritik tak lebih baik dari Musa dan yang dikritik tidak lebih jelek dari Firaun. Pakailah kata-kata santun dalam kritik kita. Jika tidak begitu, bersiaplah dengan berbagai kejutan dalam hidupmu.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Ikatan Konsultan Kesehatan (Ikkesindo) Kalsel

Mantan Direktur RSJD Sambang Lihum

Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.