Politik Dinasti dan Berharap Demokrasi dari Kalangan Anak Muda

0

Oleh: Noorhalis Majid

PEMILIH dari generasi muda mencapai 58,38 persen di Provinsi Kalimantan Selatan, diikuti bertumbuhnya kehadiran politisi dari kalangan muda.

PEMILIH muda menjadi target para politisi muda. Hanya saja, sebagian dari politisi muda itu, justru bagian dari regenerasi dinasti politik atau menjadi tunas baru” dinasti politik yang sebenarnya sudah sangat mapan.

Disiapkan secara instan mengganti keberlanjutan dinasti politik itu sendiri. Mentah secara pengalaman dan pengetahuan. Mentah pula dalam soal visi-misi, program, bahkan sekedar perspektif yang menggambarkan kemudaannya, tidak nampak terlihat.

Mungkin casing terlihat muda, tapi mental dan pemikiran tidak terbarukan, bahkan boleh jadi uzur, sebab bagian dari kelanjutan dinasti yang semestinya harus dibongkar dan diperbaharui. Sebab, pada dasarnya bagian tak terpisahkan dari politik oligarki.

BACA : Bonus Demografi Di Pemilu 2024 Pemilih Pemula, RRI Banjarmasin Gelar Parlemen Menjawab

Lantas bagaimana tantangan politisi muda yang sesungguhnya? yang berusaha hadir dengan kemampuan terbatas. Pasti menghadapi tantangan besar, karena selain masih harus berhadapan dengan politisi senior sarat pengalaman yang enggan lengser, walau sudah berulang kali duduk di tampuk kekuasaan.

Bersamaan itu juga harus berebut simpatik serta konstituen dengan para politisi muda karbitan, yang ditunjang fasilitas dan sarana dinasti mapan. Suatu tantangan tidak mudah.

BACA JUGA : Sasar Pemilih Pemula, KPU Kota Banjarmasin Sosialisasikan Tahapan Pemilu

Bagaimana pun, demokrasi liberal dengan sistem politik tarung bebas, tidak dapat membatasi siapa saja untuk terus melanggengkan kekuasaannya. sehingga anak, ponakan, kerabat, dan bahkan “sakataraan” dipaksa maksud politik.

Harapan politisi muda, bangkitnya kesadaran pemilih kaum muda, terlibat aktif memperjuangkan perubahan – melek situasi politik. Sebab “politik” memberi pengaruh besar berbagai persoalan generasi muda di masa kini dan mendatang. 

Bila pemilih muda bersikap pragmatis, jangan berharap ada perubahan. Jangan bermimpi kebijakan yang memperhatikan generasi muda.

BACA JUGA : Terdata 58,38 Persen, Pemilih Milenial dan Generasi Z Dominasi DPT Pemilu 2024 Kalsel

Tantangan generasi muda, mesti dijawab sendiri, dan salah satu caranya, hadir dalam ruang-ruang politik, sebab di sana arena perubahan itu diperdebatkan. Jadilah politisi muda sesungguhnya, yakin pohon akarnya ke bawah bukan ke atas.

Kabarnya lagi, anak muda mulai banyak berminat ikut politik. Walau sebagian besar merasa ragu. Alasannnya, dunia politik tidak baik-baik amat, bahkan parpol satu institusi paling tidak dipercaya. Memasukinya, berisiko ikut tidak dipercaya.

BACA JUGA : Pemilu 2024, Kota Banjarmasin Daerah Dengan Pemilih Terbanyak

Kalau anak-anak muda yang baik, kritis, penuh optimisme, berminat masuk politik, ada harapan demokrasi semakin baik – setidaknya bertumbuh dengan gairah dan semangat anak muda.

Dua tantangan yang harus dihadapi; Pertama, bertarung dengan politisi senior yang enggan berganti posisi – yaitu kelompok mapan yang memilik segalanya, sehingga mudah melakukan apa saja. Kedua, menghadapi anak muda lainnya yang tumbuh dari tunas dinasti politik – yang mendapatkan fasilitas dan kesempatan serba mudah.

Kedua tantangan tersebut, bagian dari politik oligarki, yang tidak menginginkan anak muda tampil melakukan perubahan. Padahal, perubahan satu keniscayaan, harus dilakukan mengikuti percepatan kemajuan zaman.

BACA JUGA : Pakar Hukum Tata Negara ULM: Money Politic Bermula Dari Pemilihan Ketua Partai

Kalau anak muda kritis, idealis, lagi progresif, berhasil masuk politik, pasti lahir kebijakan  yang mampu menjawab tantangan perubahan. Terutama kebijakan yang menjawab harapan anak muda itu sendiri, mulai dari soal penyediaan lapangan pekerjaan, pemajuan olahraga, seni dan budaya, serta kesempatan seluasnya dalam pendidikan.

Satu contoh, bidang olahraga saja. Semua tahu, usia produktif seorang atlit sangatlah pendek, tapi kenapa Porprov dan Popda dilakukan empat tahun sekali? Di provinsi lain, sudah dua tahun sekali, agar kesempatan anak muda atau pelajar dalam usia emasnya, dapat ikut sesering mungkin mengasah kemampuan.

BACA JUGA : Incar Pemilih Milenial, PPP Banjarmasin Ingin Kembalikan Memori sebagai Pemenang Pemilu 2004

Belum lagi soal anggaran olaharaga yang tidak berpihak, ditambah politisasi citra, bahkan konflik elit, yang menyebabkan berjalan tidak sportif.

Itu baru soal olahraga. Bidang lainnya juga perlu perubahan yang lebih progresif.  Karenanya, apapun yang terjadi, anak muda harus berjuang super ekstra, agar mampu melakukan berbagai percepatan.(jejakrekam)

Penulis adalah Mantan Ketua KPU Kota Banjarmasin

Mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalsel

Pegiat Demokrasi Forum Ambin Demokrasi Banjarmasin

Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.