Berada di Titik Jenuh, Jaga Eksistensi Komunitas MAB Perkenalkan Era Analog ke Generasi Milenial

0

MASIH ingat dengan kaset dan piringan hitam untuk mendengarkan musik dengan mini compo, tape deck, walkman atau sejenisnya? Bagi generasi jadul khususnya 1980-an dan 1990-an tentu akan akrab dengan perangkat elektronik berbasis analog itu.

MESKI tengah memasuki era digital dengan musik yang bisa diputar lewat ponsel pintar, komputer atau sejenisnya berbasis internet, toh Komunitas Musik Analog Banjarmasin tetap ingin menunjukkan eksistensinya.

Demi memperingati Hari Rilisan Fisik Sedunia, Komunitas Musik Analog Banjarmasin (MAB) menggelar Record Store Day Banjarmasin di Wetland Square, Jalan A Yani, KM 3 Banjarmasin pada 2-4 Juni 2023 lalu.

Bahkan, Record Store Day Banjarmasin menggelar Talk Show, Bazaar Analog, Band dan lelang untuk menjembatani antara era digital dengan era analog dan memberi edukasi kepada anak milenial bagaimana bisa menghargai karya-karya musisi dalam merilis album dan membuat film.

Ada ratusan ribu keping kaset pita, piringan hitam, laser disk, video kaset, tape deck, tape compo, amplifier dan pemutar piringan hitam hingga audio jadul dari era 60-an yang dijual dan dipamerkan. Harga aneka produk jadul ini bervariasi dari Rp 10 ribu hingga Rp 1 juta, bahkan piringan hitam Iwan Fals sempat terjual Rp 1,5 juta diburu sang kolektor.

BACA : Digeber di Misbar Banjarbaru, Aransemen Lagu Banjar Jadul Jadi Kekinian Pukau Penonton

Ketua Panitia Record Store Day Banjarmasin, Waljuni Astu Rahman mengakui sejak tahun 2012, kaset sebagai media merekam dan memutar musik sudah tidak ada lagi beredar di pasaran. Terbukti, toko-toko kaset hingga VCD yang semula betebaran di Banjarmasin dan kota lainya turut menghilang dari pandangn, hingga digantikan gawai seperti konsep smartphone, platfom berbagi lagu lewat kanal Youtube, USB dan lainnya.

“Mungkin sekarang kami sudah berada di titik jenuh teknologi, sehingga ada kenangan untuk mendengarkan musik dan film dari kaset,” ucap Waljuni Astu Rahman kepada jejakrekam.com, Minggu (4/6/2023).

“Ternyata kenangan itu bukan hanya dari saya, banyak teman-teman yang juga menyukai, akhirnya terbentuk Komunitas MAB pada 2017,” sambung dia.

BACA JUGA : Dibentuk Awal 2022, Komunitas Pencinta Musik Keras Hadir di Banjarbaru

Pencetus awal adalah Sumasno Hadi. Dia merupakan dosen program studi Sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin dan hingga kini sudah ada 48 anggota bergabung ke MAB.

“Tahun lalu, kami juga sempat menggelar di Kota Lama (Bandarmasih Tempo Doeole, Jalan Hasanuddin HM Banjarmasin. Namun, belum terpublis dengan baik,” ucap Waljuni Astu Rahman.

Piringan hitam lagu duet penyanyi lawas, Achmad Albar dan Ucok AKB Harahap yang dijual untuk jadi koleksi penggemar musik analog. (Foto Iman Satria)

——

Alhasil, tahun 2023, Komunitas MAB kembali menghelat agenda tahunan itu dengan tujuan mengenalkan kepada generasi milenial soal kejayaan era piringan hitam dan kaset sebagai media perekaman lagu dan film yang merajai belantika musik dan hiburan Indonesia pada era 1980 hinga 1990-an.

BACA JUGA : Rawat Memori Musik Cadas Era 80 dan 90-an, Amer Community Banjarmasin Hadir Melawan Zaman

“Ternyata, mereka banyak tertarik.  Ketika awal terbentuk, justru kami bertemu dengan tempat sampah atau barang loakan. Saat itu, kami mencari kaset atau piringan hitam yang dibuang orang untuk diminta atau dibeli,” kenang Waljuni Astu Rahman.

Menurut dia, setiap kali menemui tukang sampah, bahkan di tempat yang berbeda, selalu bertemu dengan anggota MAB lain. Satu tujuan, sama-sama mencari barang-barang rekaman analog tersebut.

“Karena punya hobi dan kesepahaman yang sama, akhirnya kami berteman dan membentuk grup. Hingga kini, sudah lumayan banyak anggotanya dan sering melakukan pertemuan, kemudian kami gelar Record Store Day Banjarmasin,” ucap Waljuni Astu Rahman.

BACA JUGA : Romansa 90-an Malam Minggu Selekta Senandika Gempita di Rumah Oettara

Dia memastikan tahun depan 2024, Record Store Banjarmasin akan menghadirkan tokoh publik pecinta musik analog, seperti Ari Lasso, Ahmad Dhani dan Fadli Zon guna menggelar diskusi dan mengedukasi anak milenial di Banjarmasin.

“Kami sudah terkoneksi dengan Fadli Zon. Beliau siap support 500 keping piringan hitam untuk museumnya diboyong ke Banjarmasin. Bahkan, Ahmad Dhani pernah membeli sekira 50 item tape boombox tahun 70-an kepada saya,” imbuh Waljuni Astu Rahman.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.