Romansa 90-an Malam Minggu Selekta Senandika Gempita di Rumah Oettara

0

USAI seharian Banjarbaru diguyur hujan cukup deras. Demi mengusir hawa dingin, Senandika Gempita menghibur para pengunjung Rumah Oettara Banjarbaru, Sabtu (13/8/2022) malam.

MEMERIAHKAN malam minggu di kedai kopi di Jalan Putri Junjung Buih, Banjarbaru itu, Senandika Gempita pun menyuguhkan memori lawas dengan lagu-lagu nostalagia 90-an.

Tembang-tembang lawas yang membangkitkan kenangan itu disuguhkan lewat disjoki kaset dan kolektor serta melakukan pengarsipan pada lagu-lagu popuper era lama Indonesia.

Mulai dari Krakatau hingga Gombloh diputar secara acak. Seakan Sendika Gempira ingin membuka cakrawala musikal pengunjung rumah Oettara. Tak bisa dipungkiri bahwa tanpa sadar kepala para pengunjung mengangguk.

BACA : 50 Talenta Unjuk Suara di Lomba Nyanyi Rock Melayu, Ini Daftar Pemenang serta Catatan Juri

Sesekali bertepuk tangan bahkan kaki bergoyang mengajak seluruh badan ketika sebuah lagu yang populer di telinga ketika musik mulai dimainkan oleh Senandika Gempita. Beberapa lagu yang hari ini viral di Tiktok, instagram dan media sosial lainnya juga hadir menghiasi playlist mereka tadi malam.

Pengunjung pun hanyut bahagia terbawa suasana yang hangat pasca hujan. Hingga, pertunujukan Senandika Gempita ini berlangsung selama kurang lebih dua jam, sejak pukul 20.15 sampai 22.15 Wita.

“Lagu-lagu lawas nan romantis membuka kembali ingatan-ingatan akan romansa yang lalu,” ucap Novyandi Saputra, owner Rumah Oettara.

BACA JUGA : Jadi Pembeda, Akacarita Suguhkan Musik Etnik dengan Gamalan Banjar di Tahura Music Festival

Dia hakkul yakin semua orang kelahiran 90-an memiliki kenangan tersendiri terhadap scene musik era itu. Apalagi, lagu-lagu yang cenderung mellow dengan cerita percintaan menjadi tema utama dan sesekali terdengar juga lagu jatuh cinta yang membuat pendengaran senyum-senyum sendiri malam itu.

“Ya, begitulah Senandika Gempita hadir memberi kita ruang untuk mengenang yang lalu melalui pilihan kaset-kaset pop Indonesia yang diputarnya melalui tape analog,” beber dosen musik dan seni pertunjukan FKIP Universitas Lambung Mangkurat ini.

BACA JUGA : Hanya Gamalan, Istilah Karawitan Tak Dikenal dalam Khazanah Kultur Musik Tradisional Banjar

Menurut Novyandi, musik memang selalu mengalami perkembangan, Namun tak bisa dipungkiri bahwa bunyi lawas pada musik 70-90 an memberi sentuhan yang berbeda.

“Kadang adanya noise-noise kecil, distorsi gitar yang tidak sempurna, atau juga bagaimana clean gitar yang unik menjadi sajian tersendiri di era tersebut,” beber Novy, sapaan akrabnya.

BACA JUGA : Bunyi Banjar: Catatan Etnomusikologi Musik Banjar

Menurut dia, di era dimana semua serba analog mulai dari teknologi instrumen sampai teknologi rekam musiknya. “Namun justru sekarang hasil dari teknis-teknis yang lebih humanis itu dirindukan,” ucapnya.

Di mata dia, era itu juga menjadi penanda bagaimana teknik vokal menjadi lebih berharga dengan ciri vokal dari vokalis tertentu sangat kuat.

Instrumen musik dengan menggunakan kaset lagu-lagu lawas 90-an yang diputar Senandika Gempi di Rumah Oettara

Menurut Novy, era yang minim auto tunning, “Cek Dhani” yang dibiarkan dan serak basah Reza Artamevia. “Hingga, entah berapa lama sejak lagu Kamulah satu-satunya Dewa 19 yang terekam cek dan dan keengganan Dhani menghapus bagian itu karena harus melakukan proses editing yang sangat ribet di masa itu,” paparnya.

BACA JUGA : Berbagi Tugas, NSA PM Fokus Kelola Even dan Akacarita Garap Musik Tradisional Banjar

Sedangkan di lain sisi, beber Novy, kekuatan suara vokalis sangat menentukan kualitas musikal sebuah band karena minimnya teknologi auto tunning. “Kita tentu juga akan terbawa suasana yang syahdu ketika mendengar suara serak Reza Artamevia yang akhir-akhir ini viral di media sosial. Ya, begitulah musik memberi tanda pada sebuah zaman,” ucap Novy.

Magister Seni jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ini mengungkapkan bahwa trend fashion era 90-an sekarang kembali hits di kalangan anak muda kekinian yang ingin tampil fashionable.

BACA JUGA : Gelar Gigs di Banjarmasin, Grup Musik EDM In.plan Luncurkan EP “Bones”

“Terlebih jika punya keinginan menjadi trendsetter, tentunya mengikuti tren fashion itu menjadi suatu keharusan dan mutlak. Biasanya ketika sebuah trend fashion tertentu sedang naik, maka akan diikuti oleh trend musiknya pula,” urai Novy.

Dosen yang mengangkat pelastarian Gamalan Banjar mengatakan hal ini merupakan bentukan dari ekosistem kultur pop itu sendiri. “Apa yang dipakai akan juga mempengaruhi dengan apa yang harus didengarkan. Tentu saja ini bertujuan untuk membentuk totalistas terhadap trend 90’an tersebut,” bebernya.

Nah, kehadiran Senandika Gempita sebagai wujud untuk melengkapi “kegaulan” anak muda Banua hari ini.(jejakrekam)

Penulis Sheilla Farazela
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.