Hadiri Panen Padi Apung di Jejangkit, Titian Kayu Diinjak Kepala DPKP Kalsel Tiba-Tiba Ambruk

0

INSIDEN kecil dialami Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalsel Syamsir Rahman usai mengikuti panen perdana padi apung di Desa Bahandang, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola).

TITIAN kayu yang diinjak Syamsir Rahman bersama rombongan saat memberi keterangan pers sempat ambruk, hingga terperosok ke areal sawah. Untungnya, tidak ada yang luka-luka atau menjadi korban.

“Alhamdulillah, tidak ada yang luka dalam kejadian. Saat itu, titian kayu itu tiba-tiba ambruk,” kata Syamsir Rahman kepada jejakrekam.com, Senin (22/5/2023).

Menurut dia, uji coba sistem padi apung di Desa Bahandang Jejangkit ternyata telah membuahkan hasil. Sistem padi apung yang digarap di atas lahan 6 hektare oleh kelompok tani Usaha Dagang Bahandang Makmur sejak beberapa tahun lalu. “Ternyata, hasil dalam sistem padi apung bisa menghasilkan 6 ton per hektare,” kata Syamsir Rahman.

Soal kejadian titian yang ambruk, Syamsir Rahman tak menduga itu terjadi. Meski demikian dirinya tak patah semangat demi kemajuan petani.

BACA : Dinas TPH Kalsel Gandeng Bangun Banua Beli Hasil Panen Padi Varietas Lokal

 “Kejadian itu terjadi pada Rabu (17/5/2023) lalu, saat menghadiri acara panen di Jejangkit, baru sekarang videonya viral di media sosial khususnya di TikTok dirilis akun BecakTV. Alhamdulillah, kondisi saya baik-baik saja,” kata Syamsir.

Dia mengatakan kejadian itu tak menyurutkan semangatnya untuk memotivasi petani di Kalsel agar terus maju. Syamsir juga tak menyalahkan pihak manapun atas kejadian yang dialaminya.

Usai kejadian itu, Syamsir turut menyumbang uang ratusan ribu kepada petani setempat guna memperbaiki titian yang ambruk tersebut. Mengingat titian itu jalan sehari-hari dilewati petani dari rumah ke persawahan.

BACA JUGA : Hasil Panen Melimpah, Harga Padi Varietas Lokal di Banjarmasin Masih Murah

Masih menurut Syamsir, saat itu panen padi apung diujicobakan di 3 titik dengan hasil 6 ton per hektare yang yang luasnya 1 hektare di Jejangkit.

“Inovasi budidaya padi apung yang mulai diujicobakan di Kalsel untuk mengatasi penurunan luas tambah tanam akibat banyak lahan pertanian yang terendam,” ucap Syamsir.

Meurut dia, sistem padi apung ini sebagai salah satunya upaya mengatasi tingginya air di lahan pertanian. Hal ini mengingat cuaca ekstrem dan intensitas curah hujan tinggi membuat petani kesulitan membuat masa tanam bahkan terjadi gagal panen.

BACA JUGA : Tingkatkan Produksi Beras Lokal, DPRD Kalsel Dukung Program Padi Apung di Banua

“Kondisi ini harus menjadi perhatian kita bersama. Terlebih sudah terjadinya inflasi karena harga beras lokal melambung tinggi, akhir-akhir ini. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu metode menanam padi yang tidak terpengaruh kondisi cuaca,” beber Syamsir.

Dia menjelaskan sistem padi apung dengan cara menanam padi di atas permukaan air ini, sehingga diharapkan ke depan mampu meningkatkan produksi beras lokal dan menekan angka inflasi di Kalsel.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.