Rindu Shalat Tarawih

0

Oleh: KH. Nasrullah AR

YANG dirindukan dari bulan Ramadhan adalah kebersamaan. Kebersamaan shalat berjamaah di masjid, kebersamaan makan sahur, kebersamaan berbuka puasa, kebersamaan dalam berbagi dari mulai zakat fitrah hingga infaq dan sedekah.

NAMUN yang paling dirindukan di antaranya adalah shalat Tarawih berjamaah, yang tidak ada di 11 bulan lainnya dalam setahun. Kebersamaan itu adalah kekuatan. Kekuatan iman, Kekuatan dalam membangun solidaritas untuk membatu sesama yang kurang mampu.

Bagi saya, shalat berjamaah selama Ramdhan, khususnya shalat Tarawih telah terbangun silaturahmi serta sebagai majelis ilmu karena selalu diselipkan kuliah tujuh menit ( kultum) yakni ceramah singkat sebelum dimulainya Tarawih oleh para dai yang mencerahkan.

BACA : Shalat Tarawih Malam Pertama Ramadhan, 3 Masjid Muhammadiyah Dipenuhi Jamaah

Setelah Ramadhan 1444 H, belum tentu bisa bertemu kembali pada Ramdahan tahun depan, karena ajal tak ada yang tahu. Semuanya itu rahasia Allah SWT. Ramadhan tahun ini kita masih bersama-sama, tahun depan tidak bisa kita pastikan. Karena itu dalam doa selalu dipanjatkan agar diberikan kesehatan, dipanjangkan umur sehingga bisa bertemu pada Ramdhan tahun berikutnya.

Di shalat Tarawih lah, saya bertemu teman teman yang sudah lama tidak berjumpa, terutama di hari-hari terakhir Ramadhan ketika teman-teman saya yang merantau jauh mudik kembali pulang ke kampung halaman. Terbangun silaturahmi yang lama putus, terjalin kembali ketika Ramadhan tiba.

BACA JUGA : Saat Ramadhan, Kemenag-MUI-DMI Kalsel Serukan Shalat Tarawih di Rumah Saja

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang suka dilunaskan rezekinya dan ditangguhkan kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahmi.(Sahih Al Bukhari Nomor 2067).

Bagi saya, Tarawih adalah kebersamaan yang paling kuat, di antara kebersamaan – kebersamaan lainnya selama bulan suci Ramadhan. Selain terbangun silaturahmi yang luas, juga tarawih mencerminkan kekuatan Islam, disatukan dalam keberagaman. Begitu pula kekuatan individu masing-masing umat Islam terlihat di akhir Ramadhan, terukur dari berkurang atau tidaknya jumlah jemaah yang melaksanakan shalat Tarawih.

Karena itu, shalat Tarawih tidak akan saya ditinggalkan, karena hanya bertemu di Ramadhan saja. Tentu saja tidak akan meninggalkan shalat fardhu, karena itu berdosa maka puasa tidak akan sempurna.

BACA JUGA : Pererat Silaturahmi, KERAKATAN Dan KKBDYN Berkumpul Di Masjid Keramat Palajau

Semua yang ada di bulan Ramadhan saya rindukan, selain ibadah juga kebersamaan ketika berbuka puasa, makan sahur, berburu takjil dan lain – lain aktivitas yang sudah menjadi kebiasan di setiap bulan Ramadhan. Tapi yang paling saya rindukan adalah shalat Tarawih.

BACA JUGA : NU Kiblat Islam Dunia dalam Konsep Moderasi Beragama

Tarawih telah menjadi jembatan penghubung silaturahmi yang terputus. Tarawih juga telah meningkatkan pemahaman tentang Islam, dengan penambahan ilmu dari kultum yang disampaikan para dai. Tarawih juga menjadi kenangan ketika kecil, ayah membawa saya ke masjid sebagai cikal bakal hingga dewasa selalu berkeinginan memakmurkan masjid.

Tarawih juga meningkatkan kerinduan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam dengan terusnya bershalawat dan ajakan yang terus dikumandangkan imam, bilal, dan juga para penceramah.(jejakrekam)

Penulis adalah Sekretaris Umum MUI  Provinsi Kalsel

Wakil Ketua PWNU Kalsel

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.