Tanpa perlindungan Hukum, Kondisi Pasar Terapung Kuin Alalak Kini Hidup Segan Mati Tak Mau

0

SEMPAT menjadi ikon pariwisata Banjarmasin yang dikenalkan RCTI, ternyata kini nasib Pasar Terapung Kuin-Alalak seperti di ujung tanduk.

HIDUP segan mati tak mau. Peribahasa ini pun kini dirasakan para pedagang Pasar Terapung Kuin-Alalak. Pasar yang dulu menjadi destinasi wisata andalan di Banjarmasin lamat-lamat sudah ditinggalkan.

Sebelumnya, pasar terapung yang menghimpun banyak pedagang dengan ciri khas berjukung dan kelotok sebagai moda transportasi, mulai ditinggalkan. Banyak para pedagang sudah memilih berdagang di pasar-pasar tradisional di seputaran Kuin dan Alalak.

“Istilahnya banyak pedagang pasar terapung Muara Kuin dan Alalak ini sudah naik ke tabing (tebing sungai). Sudah tak seramai dulu,” ucap Hasanah, warga Kuin Utara kepada jejakrekam.com, Minggu (3/7/2022).

BACA : Terancam Digusur, Bantaran Sungai Kuin Bakal Dibangun Dermaga Pasar Terapung?

Kehadiran dermaga kapal penyeberangan di Dermaga Alalak sebagai penghubung kawasan Alalak Banjarmasin dengan Subarjo, Tamban, turut memengaruhi keberadaan pasar terapung.

“Iya, Pasar Terapung Kuin sekarang seperti peribahasa hidup segan mati tak mau. Karena banyak faktor yang memengaruhinya,” ucap Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pasar Terapung Kuin-Alalak, Iberahim kepada jejakrekam.com, Minggu (3/7/2022).

Dia mengambil contoh kebanyakan para pedagang Pasar Terapung berasal dari Alalak dan Berangas, Kini, mereka lebih memilih berjualan di pasar-pasar di lokasi terdekat. Sebut saja, Pasar Kenjot Alalak Tengah, Pasar Tungging Berangas, Pasar Feri Alalak Selatan serta pasar-pasar lainnya yang berada di tebing Sungai Barito dan Sungai Alalak.

BACA JUGA : Bangkitkan Wisata Pasar Terapung, Angkasa Pura Sumbang 10 Jukung Banjar

“Soal pembinaan terhadap pedagang Pasar Terapung Kuin-Alalak sebenarnya masih ada. Namun, perlu strategi jitu untuk kembali menghidupkan pasar ini, bukan hanya bicara aspek ekonomi saja,” kata Iberahim.

Menurut dia, regenerasi pedagang Pasar Terapung Kuin sudah mengalami kebuntuan. Ini karena memang ada kesan pembiaran, tanpa ada payung hukum yang jelas untuk melindungi pasar pusaka saujana itu.

“Dulu pernah ketika Pemkot Banjarmasin membangun Pasar Terapung Banjarmasin di Siring Tendean, para pedagang terapung Kuin ikut serta. Tapi sekarang, yang mendominasi justru para pedagang asal Pasar Terapung Lokbaintan,” beber Iberahim.

BACA JUGA : Senja Kala Pasar Terapung Kuin dalam Memori Tersisa Mendiang ‘Acil RCTI Oke’

Dia juga menyebut rencana untuk menghidupkan Pasar Terapung Kuin di Dermaga Makam Sultan Suriansyah juga tinggal di atas kertas, tak ada lagi kelanjutannya.

“Ya, banyak faktor yang menyebabkan Pasar Terapung Kuin ini seperti kondisi sekarang, makin memprihatinkan. Bahkan, lambat laun akan hilang ditelan zaman,” tutur mantan aktivis Sanksi Borneo ini.

BACA JUGA : Ada Saingan, Nasib Kawasan Wisata Pasar Terapung Kuin Kian Menyepi

Menurut dia, era kejayaan Pasar Terapung Kuin pada 1980 dan 1990-an memang telah berakhir, ketika pada 2009 ke atas sudah mulai ditinggalkan para pedagangnya.

“Makanya, perlu payung hukum untuk melindunginya, bisa berupa peraturan daerah atau minimal peraturan walikota. Dengan adanya itu, tentu ada kepastian hukum dalam pembinaan para pedagang Pasar Terapung Kuin-Alalak,” kata Iberahim.

BACA JUGA : Pasar Terapung Kuin Alalak Di-Launching, Ibnu Sina: Menghidupkan Kembali Warisan Budaya

Saat ini, beber dia, Pasar Terapung Kuin Alalak hanya menjadi semacam pasar grosir bagi para pedagang pengecer untuk dibagi ke pasar-pasar yang ada di tebing sungai.

“Durasi waktu pun hanya berlangsung singkat, bahkan jumlah pedagang tiap tahun terus berkurang. Kebijakan subsidi bagi pedagang Pasar Terapung Kuin juga kini tak lagi diterapkan pemerintah kota,” beber Iberahim.

Dia pun berharap dukungan semua pihak, termasuk para budayawan Banjar bisa kembali menghidupkan Pasar Terapung Kuin Alalak agar tak mati tergilas waktu. Sementara pada 2012 silam, sebenarnya Pemkot Banjarmasin sudah membuat desain detail Pasar Terapung Kuin. Namun, rencana itu hanya tinggal di atas kertas.

BACA JUGA : Pasar Terapung Kuin Dihidupkan Kembali

“Dulu Pasar Terapung Kuin Alalak ini juga hadir tak hanya pada subuh dan pagi hari, namun juga sampai sore hari. Dengan hadirnya rombong (kelotok pedagang kuliner) dan perahu pedagang buah-buahan asal Nagara Hulu Sungai Selatan dan lainnya. Tapi sekarang, terus berkurang. Jadi untuk menikmati Pasar Terapung Kuin tak seperti dulu lagi,” imbuh Iberahim.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.