Senja Kala Pasar Terapung Kuin dalam Memori Tersisa Mendiang ‘Acil RCTI Oke’

0

PASAR Terapung Kuin, namun kini bergeser ke muara perairan Sungai Alalak diyakini seusia dengan Kesultanan Banjar, hampir mencapai lima abad. Padahal, Pasar Terapung Kuin ini masuk kategori pusaka saujana.

MENGAPUNG dan tak jelas lagi arahnya. Terus terdesak arus modernisasi. Begitulah nasib Pasar Terapung Kuin-Alalak yang makin hari sepertinya memasuki senja kala.

Hal ini sempat menjadi kegundahan almarhumah Hj Noor Farida. Ketika tak lagi mengayuh sampan alias jukung ke Pasar Terapung Kuin, Noor Farida yang dikenal dengan sebutan ‘Acil RCTI Oke’ ini pernah bercerita panjang lebar semasa hidupnya dengan penulis, pekan akhir Desember 2014 silam.

Ia bercerita saat mengayuh jukungnya berisi muatan sayur-mayur dan ubi-ubian, tiba-tiba ada tawaran dari beberapa wartawan dan juru kamera.

BACA : Tutup Usia Ke-66 Tahun, Banyak Kenangan Tertoreh Dari Sosok Acil ‘RCTI Oke’ Ida

“Waktu itu tahun 1994. Entah mengapa, saya disuruh acting, eh tak tahunya mereka mengaku dari RCTI Jakarta,” cerita Noor Farida, yang sempat mempopulerkan Pasar Terapung Kuin dengan aksi jempolnya dalam hitungan detik sehingga jadi ikon tagline stasiun televisi swasta pertama di Indonesia itu di era 1996-2000-an.

Usai di-shooting, Ida kemudian diberi empat lembar Rp 10 ribu, totalnya Rp 40 ribu. Honor jadi ‘model dadakan’ itu kemudian digunakan Ida untuk membeli selembar sajadah dan sehelai kain sarung kurung.

“Sisanya, buat belanja anak-anak dan cucu,” kenang Ida.“Saya tak tahu kalau aksi saya di Pasar Terapung itu masuk tivi,” lanjut Ida. Padahal, sejak 1995, RCTI secara kontinyu menayangkan aksi ‘Acil RCTI Oke’ ini.

BACA JUGA : Disengaja atau Tidak Disengaja, Pasar Terapung Kuin Kian Dilupakan Eksistensinya

Sementara, Ida mengaku baru bisa membeli televisi pada 1996. “Jadi, selama setahun saya nonton aksi saya di atas jukung di Pasar Terapung di dari televisi tetangga,” cerita Ida, sembari tertawa.

Saat itu, Ida memang masih berusia 46 tahun, dan masih kuat mendayung dan menaklukkan gelombang dan arus Sungai Barito yang kian kuat.

Walau turut mempopulerkan Pasar Terapung seantero nusantara, toh nasib Ida tak sebagus model-model iklan. Baru ketika pada 2002, ketika penulis mengangkat sosok Ida dalam tulisan di sebuah koran lokal, pihak RCTI kembali menghubunginya.

BACA JUGA : Jadi Bandar, Umur Pasar Terapung Muara Kuin Setua Kesultanan Banjar

Ida pun diajak ke Jakarta. Bak tamu kehormatan, Ida disambut begitu hangat pihak RCTI. Saat itu, petinggi RCTI seperti Wisnu Hardi dan Edwin Kawilarang memperkenalkannya kepada selebiriti sebagai model ‘Ibu RCTI’.

Bahkan, Ida mendapat aplaus dari Rano Karno yang ketika itu populer dengan Sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”, serta pelawak Ferrasta ‘Pepeng’ Soebardi disematkan sebagai “Raja Telekuis Jari-Jari”.

“Tapi itu dulu. Sekarang, semua tinggal janji. Dulu saya dijanjikan bahwa RCTI akan membiayai kuliah anak saya. Namun, ternyata tak terwujud, hingga saya harus banting tulang untuk menyelesaikan kuliah anak,” keluh Ida, ketika itu.

BACA JUGA : Pasar Terapung Kuin Alalak Di-Launching, Ibnu Sina: Menghidupkan Kembali Warisan Budaya

Sepenggal cerita Ida si ‘Acil RCTI’ itu hanya bagian dari kian merananya Pasar Terapung Kuin. Pakar tata kota Banjarmasin, Bachtiar Noor Grad.Dip MA pernah mengungkapkan rasa mirisnya karena Pasar Terapung itu masuk dalam pusaka saujana. Yakni, aset bernilai sejarah yang dipadu dengan keindahan alam dan kuliner khasnya.

“Pada 2013, Banjarmasin bersama 9 kota di Indonesia seperti Banda Aceh, Sawahlonto, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Baubau, Makassar, Denpasar dan Solo. Salah satu yang masuk dalam warisan dunia (world heritage) adalah rumah lanting dan Pasar Terapung,” tutur Bachtiar.

BACA JUGA : 558 Jukung Meriahkan Festival Pesona Pasar Terapung Lok Baintan 2019

Bahkan, Banjarmasin juga masuk dalam daftar kota pusaka dunia yang dicatat United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisasi (Unesco), badan otonom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berpusat di Paris, Perancis.

Bachtiar ingat begitu banyak bagian dari Pasar Terapung menghilang, seperti rumah lanting, kemudian kebangkrutan Hotel Pasar Terapung. “Makanya, perlu strategi khusus dan serius untuk menyelamatkan Pasar Terapung agar tak menghilang,” ujar jebolan ahli kota Belgia ini.

BACA JUGA : Menpar Arief Yahya : Pasar Terapung Masuk Kalender Even Nasional

Dosen pasca sarjana Magister Administrasi Publik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini mengungkapkan rumah-rumah penduduk yang ada di kawasan Pasar Terapung perlu diintervensi oleh pemerintah kota.

“Pemerintah harus melindungi rumah-rumah tua di sana. Ya, seperti ada biaya subsidi untuk memelihara rumah tersebut. Sayang, sepertinya Pemkot Banjarmasin itu tak punya sense of belonging (rasa memiliki) atas benda-benda bersejarah. Contohnya, di kawasan itu mengapa diizinkan pembangunan dermaga penyeberangan Alalak-Jelapat yang dibangun secara permanen? Padahal, jelas-jelas itu sangat mengganggu akses untuk menikmati Pasar Terapung,” tutur pensiunan Dinas Kimpraswil Kalsel ini.

BACA JUGA : Bertemu Pemuda Milenial Banua, Tips Sukses Diberikan Stafsus Presiden

Tak mengherankan, beber Bachtiar, jika para turis asing atau nasional yang datang ke Pasar Terapung selalu mengeluhkan hilangnya rumah lanting, adanya dermaga ferry. Hasilnya, makin sepinya pasar purba yang masih menerapkan sistem barter dalam jual belinya tersebut.

“Untungnya, view Sungai Barito masih bisa mereka nikmati. Padahal, Pasar Terapung bukan hanya jadi primadona wisata di Banjarmasin, tapi bisa jadi Madonna-nya Borneo,” ucap Bachtiar yang lulusan planolog Australia ini.

Ia juga bingung dengan arah tata kota Banjarmasin yang kian ‘sesat’ di era sekarang. Padahal, di era Walikota HA Yudhi Wahyuni dulu pernah membuat rencana kawasan terpadu di Pasar Terapung yang berpusat di Kelurahan Alalak Selatan dan terkoneksi dengan wisata religi.

Sebab, di kawasan itu terdapat makam Tumenggung Ronggo Abdurrahman Soeria Kasuma bin Bayan Aji bin Kian Rangga Kesuma bin Sultan Sayyid Abdurrasyid Al Idrus, seorang bangsawan asal Kesultanan Sulu, Filipina.

“Di kawasan itu, ada bangunan bansaw (penggergajian kayu) yang sudah tak beroperasi yang bisa dibebaskan, kemudian dibangun dermaga baru, sehingga bisa mengakses Pasar Terapung yang sudah bergeser dari Kuin ke Alalak Selatan tersebut,” kata Bachtiar.

BACA JUGA : Rakyat Finlandia Menyukai Budaya Kalsel

Sayang, rencana tinggal rencana. Kini, Pasar Terapung kian merana. Tuah pusaka saujana yang ingin dihidupkan Balai Kota sepertinya tak berarti apa-apa. Hanya di atas kertas.

“Makanya, seperti saya katakan tadi, jika tak ada strategi khusus, lambat laut Pasar Terapung akan menghilang,” tutur Bachtiar. Berbeda dengan strategi yang dimainkan Thailand, Vietnam dan Kamboja dengan serius menjual wisata Pasar Terapung dan sungainya kepada dunia.

BACA JUGA : Ingin Turis Banyak, Bersihkan Sungai di Banjarmasin dari Sampah

Padahal, jika dibandingkan Pasar Terapung Kuin, destinasi wisata negara Indo China itu tak ada apa-apanya. Tapi ya itu tadi, Bachtiar hanya berharap agar warisan dunia itu tak lekang ditelan masa. Dus, Pasar Terapung bisa jadi hanya akan dikenang lewat foto terbitan Kolonial Belanda yang hitam putih itu, atau versi tercanggih era digital sekarang.

Kini, di era digital, video Acil Ida sang maskot Pasar Terapung Kuin hanya bisa disaksikan di kanal Youtube. Video berdurasi 16 detik itu, memperlihatkan keasrian pasar mengapung yang melegenda itu.(jejakrekam)

.

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.