Bergaji Rp 6 Juta per Bulan, Sekda HSU Akui Uang Rp 100 Juta Disita KPK dari Kediamannya

0

MENJABAT posisi tertinggi sebagai pejabat karier di Pemkab Hulu Sungai Utara (HSU), ternyata tak membuat Sekretaris Daerah (Sekda) H Muhammad Taufik, banyak tahu soal pemerintahan dan anggaran proyek.

DALAM sidang pemeriksaan empat saksi sidang tindak pidana korupsi untuk dua terdakwa penyuap; Direktur CV Hanamas Marhaini dan Direktur CV Kalpataru Fachriadi di PN Tipikor Banjarmasin, Rabu (8/12/2021), banyak fakta terungkap.

Saat Sekda HSU HM Taufik yang merupakan adik kandung tersangka penerima suap; Bupati HSU nonaktif, Abdul Wahid dan Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) HSU Maliki, lagi-lagi jurus tidak tahu diterapkannya.

Di hadapan majelis hakim diketuai Jamser Simanjuntak dan tim jaksa penuntut umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Budi Nugraha, posisi Taufik pun menjadi ‘saksi kunci’ perkara yang menyeret kakak kandungnya; Bupati Abdul Wahid.

BACA : Dicecar Hakim dan Jaksa KPK soal Korupsi PUPRP, Sekda HSU Taufik Pakai Jurus Tidak Tahu

Hakim ketua Jamser Simanjuntak pun sempat terbawa emosi, gara-gara Taufik selalu berkelit dalam persidangan perkara suap dua proyek irigasi di Dinas PUPRP HSU. Jamser mengungkapkan saat penggeledahan kediaman Bupati HSU Abdul Wahid di Amuntai, beberapa waktu lalu, sepatutnya seorang sekda sebagai dapurnya pemerintah daerah (pemda) bisa tahu.

“Anda ikut tidak membahas kebijakan keuangan daerah? Jawaban Anda tidak tahu. Terus apa yang Anda kerjakan di pemerintah daerah?” cecar Jamser.

Menjawab cecaran hakim, Taufik berdalih suap berupa komitmen fee dua proyek daerah irigasi rawa (DIR) Banjang dan Kayakah yang jadi objek operasi tangkap tangap (OTT) KPK, malah dari bawahannya.

“Saya tahunya dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Hulu Sungai Utara,” jawab Taufik.

BACA JUGA : Rumah Sekda HSU Digeledah KPK, Ketua DPRD Dipanggil ke Polres HSU

Hakim Jamser Simanjutak yang dikenal ‘galak’ dalam setiap sidang tipokor di PN Tipikor Banjarmasin pun langsung menjurus soal gaji dan tunjangan seorang Sekda HSU.

“Sebagai pengguna anggaran, tidak tahu. Soal proyek pembangunan tidak tahu juga. Lalu, jumlah anggaran di Pemkab HSU juga tidak tahu. Memang gaji Anda sebagai Sekda Kabupaten HSU berapa?” tanya Jamser.

Berada di posisi tersudut, Sekda HSU HM Taufik ini mengaku rata-rata bergaji Rp 6 juta per bulan, ini diluar tunjangan jabatan dan lainnya.

Giliran jaksa KPK, Budi Nugraha mencecar Taufik. Jaksa Budi mengarahkan soal ikatan emosional Sekda HM Taufik dengan Bupati HSU Abdul Wahid, berikut istrinya; Anisah Rasyidah yang merupakan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) HSU dan anaknya, Almien Ashar Safari (Ketua DPRD HSU).

BACA JUGA : Lantik Pj Sekda dan Lima Pejabat Baru, Bupati HSU Wahid Pesan Kerja yang Mantap

Langsung dijawab Taufik kenal karena merupakan keluarga dekatnya. Begitupula dengan Maliki yang kini jadi tersangka KPK sebagai penerima suap dua proyek irigasi itu.

“Ya, sebelumnya dia merupakan Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) dan menjabat pelaksana tugas Kepala Dinas PUPRP HSU. Maliki merupakan kuasa pemegang anggaran yang merangkap jabatan berdasar SK Bupati HSU,” urai Taufik.

Usai jaksa KPK, giliran majelis hakim bertanya lagi kepada Taufik, ketika penggeledahan rumah Bupati HSU dan kediamannya di Amuntai.

“Seharusnya sebagai Sekda HSU itu, Anda itu harus lebih pintar dari bupati. Sebab, jabatan Anda itu merupakan ASN tertinggi di pemerintah daerah, karena bupati itu jabatan politis,” kata hakim anggota; Achmadi Gawi dan Arif Winarto.

BACA JUGA : Mobil Bupati Abdul Wahid Disegel, Putranya Ketua DPRD HSU Almien Safari Ashar Diperiksa KPK

Hakim Gawi mengungkapkan berdasar barang bukti yang disampaikan KPK ditemukan uang Rp 100 juta lebih di kediaman Taufik saat digeledah. “Apakah itu uang Anda?” kata hakim.

Dijawab Taufik, uang yang disita KPK merupakan uang pribadinya. Namun, persisnya uang yang disita komisi antirasuah, lagi-lagi Taufik mengaku tidak tahu.

“Berarti Anda terlalu banyak duit, sampai tidak tahu berapa banyak uang yang disita KPK,” sahut hakim Gawi lagi.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.