Hibur Diri Saat Pandemi, Gitar Akuistik Custom pun Diburu Para Penghobi

0

MASA pandemi Covid-19 ternyata membawa keberuntungan tersendiri bagi pebisnis alat musik. Salah satunya, Syarwani yang membuka gerai toko gitar akuistik.

GERAI milik Syarwani ini pun terbilang sederhana. Berada di deretan ruko Jalan HKSN, Kelurahan Alalak Selatan, Banjarmasin Utara. Namanya DRM Galerry, pusat gitar yang menjual aneka macam alat musik petik.

Kebanyakan gitar yang dijual merupakan custom atau KW super, dengan kualitas hampir setara dengan gitar-gitar bermerek. Ternyata awal pandemi Covid-19 hingga diterapkan bekerja dari rumah (work from home), gitar-gitar yang dijual Syarwani di gerai menuai panen. Laris manis, bahkan dalam sebulan bisa terjual sebanyak 30 unit.

“Mungkin untuk membuang rasa bosan di rumah, banyak orang akhirnya memilih memetik gitar untuk menghibur diri. Kebanyakan para pembeli gitar ini melalui media sosial seperti Instagram (IG). Sebagian lagi, ada yang datang langsung ke toko saya,” kata Syarwani, pemilik DRM Gallery kepada jejakrekam.com, Minggu (14/11/2021).

BACA : Isi Waktu Luang, 56 Lagu Banjar Telah Tercipta dari Petikan Gitar Khairiadi Asa

Untuk harga dibanderol Syarwani tergolong ramah di kantong. Menurut dia, jika gitar bermerek dijual di tokonya, hampir dipastikan akan sepi peminat.

Dia mencontohkan untuk gitar original Yamaha harganya sudah di atas Rp 3 juta per unit. Terlebih gitar-gitar kelas premium seperti Fender, Gibson, Ibanez, Kramer dan lainnya, akan sulit dijangkau para pembeli jika harganya sudah di atas jutaan rupiah.

Menurut Syarwani, gitar-gitar yang dijual di tokonya kebanyakan dipasok dari para perajin gitar di Kampung Gitar di Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah.

“Sebelum memesan gitar-gitar ini untuk dijual di Banjarmasin, saya datang sendiri ke sana. Mengecek pembuatan dan bahan berkualitas untuk jadi koleksi di toko gitar saya,” kata Syarwani.

BACA JUGA : Riset Mendalam Tiga Dosen Sendratasik ULM, Isi Lowong Kajian Ilmiah Lagu Banjar

Awalnya, Syarwani membuka gerai gitar di kawasan Kelayan sejak 2017. Namun, begitu melihat perkembangan pemukiman Jalan HKSN Banjarmasin Utara lebih menjanjikan, dirinya pun membuka gerai di kawasan tersebut.

“Ya, tokonya masih sewa sekitar Rp 32 juta per tahun. Namun, alhamdulillah, penjualan gitar saat pandemi justru lebih menjanjikan. Pada awal pandemi saja, ada sekitar 30 gitar laku dikirim ke berbagai tempat di Banjarmasin lewat pemesan di IG,” kata Syarwani.

Seiring waktu, kini angka penjualan gitar pun berangsur-angsur normal. Menurut Syarwani, tiap pekan ada satu hingga tiga unit gitar laku terjual.

Koleksi gitar custom di DRM Gallery milik Syarwani, Jalan HKSN, Alalak Selatan, Banjarmasin Utara. (Foto Didi GS)

Ada beberapa merek gitar custom dijual di DRM Gallery, seperti Cort dibanderol Rp 750 ribu per unit, Taylor dijual Rp 750 ribu dan termurah APX ditaruh harganya Rp 650 ribu per unit.

BACA JUGA : BTSD, Karya Novyandi Saputra; Bawa Gamalan Banjar ke Ruang Pop Urban

Syarwani menyebut memang ada beberapa merek gitar yang laris manis seperti Colecrak dengan kualitas suara renyah dan jarak senar ke fredboard rendah.

“Ada juga gitar bermerek sempat saya jual, tapi itu terkadang yang pesan dari kalangan tertentu. Kalau untuk warga biasa, ya biasanya pilih gitar yang lebih murah tapi kualitas suaranya tak kalah dengan bermerek,” tutur Syarwani.

Ia pun memberi tips agar gitar tetap awet yakni ketika menganggur atau tidak dipakai, usahakan agar senar dilonggarkan. Ini karena, kualitas kayu antar gitar tidak sama, sehingga bisa membuatnya melengkung atau suaranya fals.

“Berdagang gitar tidak sama dengan produk lainnya. Namanya juga alat musik, hanya penghobi musik saja yang melirik. Termasuk pula para kolektor gitar dan mungkin para pengamen,” pungkas Syarwani.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.