Terpaksa Wudhu Pakai Air Sungai, Leding Sudah Setengah Bulan Mati Total di Masjid Kanas

0

JANJI manajemen PDAM Bandarmasih untuk membenahi jaringan distribusi air agar lancar ke rumah pelanggan di Kelurahan Alalak Tengah, Banjarmasin, ternyata isapan jempol belaka.

FAKTANYA, hingga kini, air bersih yang harusnya jadi hak para pelanggan belum mengalir deras. Dampak yang terasa adalah bagi jamaah dan pengurus Masjid Jami Tuhfaturroghibin atau Masjid Kanas, Alalak Tengah.

Kondisi malah lebih parah, terhitung sudah hampir dua pekan air mati total di Masjid Kanas. Terpaksa, untuk memenuhi kebutuhan wudhu, kakus dan lainnya menarik air kotor dari Sungai Alalak.

“Sudah setengah bulan ini, air leding macet total. Malah mati. Aneh, katanya Kota Seribu Sungai, tapi yang kami rasakan malah krisis air. Inikan ironi,” ucap Kaum Masjid Kanas, Asmuni Ani kepada jejakrekam.com, Senin (8/11/2021).

Dia bingung karena biasanya air itu bisa mengalir pada tengah malam atau dini hari, sehingga bisa distok ke tandon-tandon air. Namun, belakangan ini, Asmuni mengatakan malah air tak mengalir sama sekali alias mati total.

“Kondisi ini sudah berlangsung empat hingga lima tahun, kalau ingin mendapatkan air, terpaksa pasang mesin pompa bertenaga besar. Kalau tidak, air bersih tidak didapat,” kata merbot yang sudah puluhan tahun mengabdi di Masjid Kanas ini.

BACA : Sepekan Air Leding Mati Total, Warga Alalak Tengah Ancam Demo PDAM Bandarmasih

Hanya dalam keadaan terpaksa saja harus menyedot air kotor dari Sungai Alalak yang diduga telah tercemar berat. Menurut Asmuni, air Sungai Alalak sebenarnya tidak bisa lagi dipakai untuk konsumsi, terlebih lagi jika air pasang dari arah Galam Rabah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar.

“Airnya kalat (pahit), kalau terkena mata perih. Bahkan, bisa mengakibatkan korengan atau penyakit kulit. Tapi ya terpaksa pakai air sungai, karena leding memang mati total,” ucap Asmuni.

Beda, kata Asmuni, jika air pasang dari Sungai Barito atau Sungai Martapura, kondisi air di Sungai Alalak masih lumayan bagus. “Istilahnya kalau pasang lambung, baru bisa ditarik dengan mesin. Kalau siang, jangan harap ada air,” bebernya.

Gara-gara selalu pakai mesin sedot, Asmuni mengatakan pembayaran rekening leding ke PDAM Bandarmasih pun membengkak. Ini belum lagi ditambah daya listrik yang terpakai.

“Kalau dulu bisa bayar listrik dan leding itu sekitar Rp 700 ribu per bulan. Sekarang sudah membengkak dua kali lipat jadi Rp 1,5 juta per bulan,” kata Asmuni.

BACA JUGA : Sikapi Krisis Air Bersih Warga Alalak Tengah, DPRD Banjarmasin Semprit PDAM Bandarmasih

Untungnya, saat ini diakui Asmuni, tidak lagi banyak berita kematian. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, hampir saban hari ada warga Alalak Tengah dan sekitarnya yang meninggal dunia.

“Sebagian ya terpaksa dimandikan dengan air sungai. Baru dibilas dengan air leding yang seadanya,” kata tokoh masyarakat Alalak Tengah ini.

Sekretaris Forpam Kalsel, Iberahim saat berbincang dengan jamaah Masjid Kanas di depan WC yang kering kerontang airnya.(Foto Didi GS)

Dia bingung saat ini memasuki musim hujan, malah pasokan air PDAM Bandarmasih seperti air kencing saja. Beda jika memasuki musim kemarau, boleh jadi stok bahan baku milik pabrik air Pemkot Banjarmasin bisa menipis.

“Ini yang kita bingungkan, katanya kota seribu sungai, eh malah krisis air bersih. Gara-gara begadang menunggu air, banyak yang sekarang mengalami tekanan darah tinggi. Contohnya, anak saya padahal umurnya masih sangat muda,” sentilnya.

BACA JUGA : Respon Ancaman Demo Warga Alalak Tengah, Manajemen PDAM Bandarmasih Minta Maaf

Asmuni pun mengaku sudah berkoordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat baik di Alalak Tengah dan Alalak Utara yang terdampak macet hingga mati totalnya air untuk menggelar aksi demonstrasi. Menurut Asmuni, sepertinya pemerintah kota sebagai pemilik PDAM Bandarmasih harus didemo dulu baru mendengarkan aspirasi warganya.

“Kami ini sudah lama bersabar, hampir empat hingga lima tahun dengan pelayanan PDAM Bandarmasih ini. Anehnya, pipa lama yang kecil itu tidak pernah diganti. Kalau ada perumahan baru, pasti ada pemasangan pipa baru. Kami di sini, terasa dianaktirikan,” beber pria yang kini menginjak usia 60 tahun ke atas ini.

Asmuni pun membandingkan dengan warga Berangas di Kecamatan Alalak yang disuplai PDAM Batola, malah lancar. Bahkan, tak perlu pakai mesin pompa, debit air pun mengalir deras ke rumah.

“Apakah ini gara-gara banyak jaringan pipa PDAM Bandarmasih, atau tidak ada yang namanya boster itu? Jadi, debit air leding bisa menurun drastis,” kata Asmuni.

BACA JUGA : Sering Macet Berdalih Perbaikan Pipa, PDAM Bandarmasih Dituding Kejar Setoran

Dengan kondisi air Sungai Alalak yang diduga sudah tercemar berat, Asmuni mengatakan satu-satunya suplai air bersih yang didapat hanya dari PDAM Bandarmasih.

“Jadi, air bersih itu sudah menjadi hajat hidup orang banyak. Jangan sampai PDAM Bandarmasih nanti dibilang zalim dengan warga Banjarmasin. Termasuk, kami yang ada di Alalak ini,” kata Asmuni.

Jamaah Masjid Kanas, Udin pun mengaku terpaksa harus berwudhu dengan air Sungai Alalak. Begitu pula, air untuk bersih-bersih di WC menggunakan air sungai.

“Lihat saja, ada bekas lumpur dan menghitam di dinding keramik, itu karena pakai air sungai,” kata Udin yang juga bekerja mengecat dan memperbaiki WC Masjid Kanas.(jejakrekam)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.