Kala Pelukis Muda Unjuk Diri, Bicara Alam dari Goresan Cat di Atas Kanvas

0

PARA pelukis muda Banua secara perdana turut menggelar pameran bertajuk Semarak Topeng pada Agustus 2021 lalu. Mereka pun berkolaborasi dengan pelukis senior. Ada tiga karya pelukis muda yang berbicara tentang alam di Kalimantan Selatan.

SEPERTI Rizky Amrullah Setyawan atau akrab disapa Iki. Pemuda kelahiran 2000 ini melukis burung Garuda sebagai bentuk memaknai HUT ke-76 tahun kemerdekaan RI. Di atas kanvas menggunakan bahan bubur kertas yang telah diblender, yang merupakan potongan kertas diaduk dengan lem kayu sebagai alat memperindah lukisan itu terlihat menjadi 3D.

Sayap-sayapnya dipercantik dengan tujuan kaca yang disusun sebagai pantulan wajah jika seseorang ingin melihat dirinya lebih dekat. Hal itu diakui Rizky, kala memaknai filosofi burung Garuda sebagai identitas bangsa Indonesia.

Ketika seseorang berkaca diri, Rizky berharap para pemuda mesti memiliki jiwa nasional yang berkepribadian baik serta produktif dalam segala aktivitas yang membangun bangsanya. Terbukti lewat proses kreatif yang dibuatnya di atas kanvas, memerlukan waktu serta tenaga yang ekstra dalam melukis tubuh burung Garuda.

Berbahan bubur kertas, Rizky pun harus mengeringkannya selama tiga hari.  Setelah itu, baru memulainya dengan sentuhan kuas di sisi sayap tersebut. Dia bilang, kalau tidak benar-benar kering maka ketika dicat akan benyek.

BACA :  Pelukis Kalsel Suarakan Meratus ke Nasional Lewat Lukisan Tarian Leluhur

“Menyelesaikannya itu perlu begadang. Sepulang dari tempat kerja, saya memulainya langsung dari pukul 22.00 Wita, malam itu hingga jam tujuh pagi. Prosesnya perlu dengan perjuangan dan hati-hati, layaknya Indonesia dengan membangun anak bangsanya,” urai pemuda berkacamata ini.

Refleksi lukisan karya Rizky Amrullah Setyawan yang dipamerkan di UPTD Taman Budaya Kalsel, beberapa waktu lalu. (Foto Rahim Arza)

Rizky menyebut lukisannya itu sebagai media refleksi di acara pameran lukisan dan instalasi bertajuk “Semarak Topeng” ini, yang sekaligus juga merayakan hari jadi Provinsi Kalimantan Selatan ke 71 tahun, dan dimulai sejak 12-21 Agustus di UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan. Ketika memasuki pintu pameran topeng, bertengger beberapa lukisan di antaranya wajah Presiden RI, Ir Joko Widodo dan disampingnya, lukisan wajah Kepala UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Suharyanti.

“Di mana kondisi Indonesia sekarang, khususnya anak muda. Sesuai melihat wajah lukisan ini, harus memiliki daya juang dan kreatif. Seperti lukisan burung Garuda yang tidak menyerupai bentuk tubuh aslinya, maka saya buat (siasati) dengan bubur kertas, kaca serta corak bulunya itu memakai motif dedaunan, dan kemudian buntutnya di ambil dari corak buah Salak,” ucap Rizky Amrullah kepada jejakrekam.com, saat menjaga stan pameran topengnya, pada Agustus lalu.

BACA JUGA : Usai 13 Tahun, Tak Hanya di Atas Kanvas, Perupa Hajriansyah Ekspresikan Lukisan di Perabot Dapur

Ia menjelaskan, tekstur bagian bulu dari buntut burung Garuda itu berbahan kain blacu dengan motif buah Salak. Lalu, deskripsi wajah burung Garuda menggambarkan suanana marah dan waspada, dengan raut yang sinis.

Rizky memandang, pemuda itu seperti layaknya lukisan burung Garuda ini. Kala burung dituntut sempurna, Rizky menganggap segala aspek kehidupan itu persis serupa dengan burung dituntut sempurna, mulai dari kepakan sayap, kicauan hingga anatomi tubuh lainnya harus elok.

“Sepengetahuan saya yang sempit ini, anak muda itu seperti palsu. Dalam artian, ketika di dunia nyata dan dunia maya (media sosial). Mereka menjadi sebuah identitas yang berbeda, malah tidak sesuai dengan esensinya,” ujarnya.

Padahal, menurut dia, perlu proses dan perjuangan yang dimiliki sejak dini agar kaum muda dapat produktif di masa akan datang. “Karena dengan penuh emosi. Waktu itu menggunakan pisau palet, menuangkannya sangat ekpresif. Sehingga menghasilkan garis-garis spontan, yang memerlukan totalitas dan keulasan,” ujarnya.

BACA JUGA : Potret Lukisan Hitam Putih di Tengah Minimnya Apresiasi Seni Warga Banjarmasin

Sementara, lukisan pameran topeng lainnya bernuansa alam dimiliki oleh Yuli Ernawati (Amuntai) lewat karya Topeng Kehidupan. Berikutnya, Akhmad Maidinor (Amuntai) karya Topeng Kenangan, Ahmad Muddatsir (Martapura) dengan judul Terperangkap di Topeng Alam.

Ada pula Suminto (Tanah Laut) karya Bertopeng, Muhammad Ramadhani (Banjarmasin) karya Topeng Pohon Sejarah, Dhea Qistina (Banjarmasin) menuangkannya dalam karya Hidden Scars. Noor Jannah (Tanah Laut) karya Rembulan Bertopeng Merak.

Begitupula, Kris Imanu (Banjarmasin) karya Never Give Up, Lisda Karmila (Kapuas) karya tanpa judul, Nanang Ramli (Kapuas) karya Topeng Diri, Rahmat Hidayat (Tapin) karya Dibalik Topeng, Zainudin Alat (Binuang) karya Pilihan Terakhir.

Terdapat dua sisi lingkaran bulat, Ramadhani menyebutnya seperti Adam dan Hawa. “Abu-abu di kanan dan kiri ini, manusia pertamanya. Seperti bentuk kepala, maka dari itu saya tidak membentuk wajahnya.”

BACA JUGA : Mengimpikan Pasar Seni, Pelukis Banua Seakan Dianaktirikan

Adapun berhubungan dengan puzzle, Ramadhani merasa bahwa manusia memiliki rencana dan tantangan dalam membuat pilihan. “Seperti menyusun semua rencana layaknya puzzle. Hal itu ada keterkaitan dengan pohon, jika kita melupakannya,” tutur pelukis asal Banjarmasin.

Lukisan puzzle wajah karya Ramadhani yang dipamerkan beberapa waktu lalu. (Foto Rahim Arza)

Ramadhani juga menggambarkan lukisan itu sebagai kritik sosial di Kalimantan Selatan, terlebih terkait lingkungan dan hutannya. “Sementara, kita ketahui bahwa hutan Kalimantan secara menyeluruh, telah banyak dibabat. Hampir gundul, maka melalui problem itu saya melukis ada sisi daun sedikit yang muncul di bawah tersebut.”

Dia menyebut, daun-daun kecil yang tumbuh di bawah batang pohon itu seperti usaha manusia ingin mereboisasi atau menanam kembali. Sementara, ranting-ranting pohon yang terlukis di atas tanpa dedaunan yang lebat dan nampak kering, menurutnya karena kondisi zaman sekarang telah merusaknya. 

“Ibaratnya, posisi bagian pohon di atas dirusak oleh oknum [manusia] yang tidak bertanggungjawab, sementara kalangan bawahnya berusaha menanam kembali,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.