BENGKEL lukis Sholihin di Taman Budaya Kalimantan Selatan, Jalan Brigjen H Hasan Basry, Banjarmasin, sepertinya menjadi wahana satu-satunya bagi para pelukis atau perupa Banua untuk menunjukkan eksistensi karyanya.
BEBERAPA pelukis kondang dengan goresan kuas lukisnya di atas kanvas sudah beberapa kali dipamerkan dalam ruang yang tak seberapa luas itu, bahkan terkesan menyendiri di tengah gedung dikelola UPT Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan.
Usai pameran lukis karya pelukis realis dan menyuguhkan kearifan lokal, Akhmad Noor dan pelukis muda dengan gaya kekinian (pop artistik), Maui (Mawiyatul Hasanah) bertajuk Bersisian pada 5-21 Januari 2020 lalu, cukup mendapat tempat dari pemerhati dan pencinta seni.
Sebelumnya, pameran tunggal pelukis H Rizali Noor juga disuguhkan dalam ruang pamer temporer di Bengkel Lukis Sholihin, beberapa waktu lalu.
BACA : Bersisian Dan Menyuarakan Kegelisahan Hilangnya Romantisme Masa Lalu
Ketua Sanggar Seni Rupa Sholihin (SSRS), Fathur Rahmy mengakui mungkin hanya Bengkel Lukis Sholihin di Banjarmasin menjadi tempat bagi para seniman rupa di Kalsel, bisa mengekspresikan diri.
“Nanti, pameran lukis ini akan dilanjutkan lagi. Rencananya, pelukis kawakan kita yang sudah menasional bahkan menembus seni internasional, Miscbach Tamrin akan memamerkan karyanya. Nanti, akan ditemani karya lukis milik saya,” ucap Fathur Rahmy kepada jejakrekam.com, belum lama tadi.
BACA JUGA : Galeri Lukis Nanang M Yus, Jawaban dari Impian yang Diabaikan Pemda
Misbach Tamrin merupakan jebolan Akademi Seni rupa Indonesia di Yogyakarta. Seniman kelahiran Amuntai, pada 25 Agustus 1941 ini pernah membuat patung relief untuk monument Cahaya Bumi Selamat di Martapura.
Lukisan-lukisan pun bertema kehidupan rakyat jelata, patriotism, revolusi sejarah, serta buku-buku seni Indonesia juga ditulis sang maestro lukis asal Banua ini. Hingga, beberapa lukisan karya Misbach Tamrin disimpan dan dilleksi State Museum of Oriental Art, Moskow, Rusia. Bahkan, pada 2018, penerbit di Moskow Klyuch-S menerbitkan buku antologi puisi virtual Melayu ‘The Guests of the Sunset’ memakai lukisan Misbach Tamrin untuk sampulnya.
“Kami sangat terhormat ketika ada keinginan dari Pak Misbach Tamrin akan memamerkan lukisannya di Bengkel Lukis Sholihin. Ini makin menambah semangat kami, para pelukis Banua,” ucap Fathur Rahmy.
Ia mengakui di Banjarmasin sebagai kota besar yang ingin mewujudkan kota humanis dan berbudaya, justru sampai sekarang tak memiliki galeri besar. Bahkan, Fathur Rahmy menyebut sekadar Pasar Seni yang menyuguhkan karya-karya pelukis, perupa dan lainnya pun tak ada. Rencana itu hanya ada di atas kertas, tak terwujud hingga kini.
“Kalau orang mau ke Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya, tentu bagi para kolektor dan pencinta sepi akan mendatangi Pasar Seni, karena kalau pameran tentu sangat jarang evennya,” ucap Fathur Rahmy.
BACA LAGI : Makna Mendalam dari 40 Goresan Kuas Sang Pelukis Rizali Noor
Tak hanya itu, ia juga mengeritik justru baik Pemprov Kalsel maupun Pemkot Banjarmasin seakan tak memfasilitasi para seniman untuk menunjukkan karya di hotel atau pusat perbelanjaan. Kesan kuat seniman di Banua seperti dianaktirikan pun mengemuka.
“Sebenarnya, di ruang lobi hotel yang ada di Banjarmasin, lukisan-lukisan para seniman Kalsel bisa saja dipamerkan. Kami siap kok meminjamkan, bukan dibeli, misalkan,” kata Fathur Rahmy.
Dengan memberi ruang bagi para seniman, Fathur Rahmy hakkul yakin spirit para pelukis dan perupa akan kian bertambah untuk menghasilkan karya-karya monumental dan mengangkat nilai seni Banjarmasin, umumnya Kalsel di mata nasional dan dunia.
“Ini merupakan aspirasi dari kalangan seniman dan perupa Kalsel. Tapi ya itu tadi, sepertinya belum ada respon. Bahkan, saat pameran, tak banyak pejabat yang datang menengok, boro-boro untuk membeli lukisan karya seniman Kalsel,” tutur Fathur Rahmy.
BACA LAGI : Gusti Sholihin Hasan, Maestro Lukis Banua Berkelas Dunia
Bak jauh panggang dari api, Fathur Rahmy mengakui saat ini para seniman dan perupa Kalsel seakan dibiarkan mandiri. Untungnya, ada Bengkel Lukis Sholihin di Taman Budaya Kalsel yang memberi wahana itu.
“Akhirnya, para pelukis yang ada di Banua ini, hanya bisa bikin galeri kecil-kecilan. Itu pun diprakarsai sendiri, bukan difasilitasi pemerintah daerah,” imbuhnya.(jejakrekam)