Kontemplasi di Bulan Ramadhan

0

Oleh : Nasrullah AR

APA yang dilakukan oleh para ulama terdahulu pada bulan Ramadhan? Memperingati peristiwa turunnya Alquran dengan pesta, makan-makan dan lain-lain apalagi sarat dengan muatan politik praktis bukan cara orang-orang saleh yang muttaqin.

TETAPI mereka menggiatkan membaca  Alquran, membaca dan membaca lagi dengan penuh derai air mata penuh kekhusyuan dan penghayatan. Apalagi di bulan Ramadhan yang merupakan bulan Alquran.

Begitulah generasi atau Insan Qurani dalam mencintai Alquran, mohon maaf tidak maksud melarang acara Nuzulul Qur’an yang sangat bagus untuk syi’ar, tapi mereka tidak pernah merayakan Nuzulul Quran, tapi shalatnya membaca ratusan ayat Alquran, sementara kita sebaliknya. Karena mereka para ulama terdahulu begitu memahami arti dari Ramadhan, bulan Alquran dan begitu kuatnya mencintai Alquran, maka bila bulan Ramadhan tiba, mereka mengkhususkan diri guna membaca Alquran.

Ambil contoh. Seperti Imam az-Zuhri dan Sufyan ats-Tsauri, sehingga dalam satu bulan khatam Alquran berpuluh-puluh kali. Al Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan, khatam setiap tujuh hari, sementara di dalam bulan Ramadhan, khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh terakhir Ramadhan, khatam setiap hari. Sementara, Imam Syafi’i di luar Ramadhan setiap hari mengkhatamkan sekali, dan di dalam bulan Ramadhan setiap hari khatam dua kali. Itu semua dilakukannya di luar shalat.

Begitulah, ulama Ahlus Sunah Wal Jama’ah terdahulu tidak pernah aneh-aneh mengkolaborasikan kepentingan yang sangat duniawi. Namun setiap hari khatam Alquran ada yang sekali, ada yang dua kali. Bandingkan dengan kita, khatam sekali saja sudah puas dan gembira. Yang sangat membuat hati merasa seakan jauh panggang dari pada api dengan ulama terdahulu, membaca satu dua ayat saja mau diperlombakan. Mohon maaf sekali lagi untuk semata-mata kepentingan temporer duniawi.

BACA : Baitul Qur’an Selama Ramadhan

Hanya rahmat, magfirah pembebasan dari azab neraka dari Allah-lah yang kita nantikan.Betapa sering kita membaca, mendengar ayat-ayat Alquran, akan tetapi semua itu seakan-akan tidak meninggal bekas sekali pun. Hati kita kaku dan keras, sekeras bebatuan. Iman kita tak kunjung bertambah, bahkan senantiasa terkikis oleh kemaksiatan kepentingan dunia. Dan kehidupan kita semakin jauh zikir kepada Allah SWT. Mari kita ikuti ulama yang sudah penulis sampaikan pada alenia di atas.

Kami yakin, para ulama tersebut yang selaras dengan yang dimaksudkan oleh fiman Allah SWT. Yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, karenanya dan kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal, yaitu orang orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Allah dan ampunan serta rezeki nikmat yang mulia.( QS. Al- Anfal)

Oleh karena itu mari kita muliakan Alquran dan bulan suci Ramadhan. Sebagai tambahan, ada sebuah hikayat, ketika ada seorang majusi penyembah api melihat anaknya tidak tahu diri dalam bulan Ramadhan makan di pasar, ditambah saling membully, saling  mendiskreditkan satu sama lain. Lalu, ia menghajarnya dengan pukulan. Kemudian ia berkata “Kenapa kamu tidak tahu diri dalam bulan Ramadhan, yang seharus engkau pandai menghormati umat Islam yang telah berpuasa,”

BACA JUGA : Tradisi Menyambut Ramadhan di Kalimantan Selatan

Akhirnya, orang majusi ini meninggal dunia, dan pada suatu malam seorang alim mimpi bertemu dengannya, ia berada di ranjang indah di surga, ketika ditanya, “Anda orang majusi  kenapa di tempat ini? Seorang majusi menjawab betul. Semula aku memang orang majusi, tetapi menjelang maut tiba, tersentuh hatiku untuk memeluk Islam, saat itu aku mendengar suara di atasku.

“Hai para malaikat-Ku jangan biarkan ia mati tersesat dengan agama majusinya, angkat dia menjadi seorang muslim terhormat, sebab dia telah menghormati bulan Ramadhan,”

Poin penulis dari hikayat ini seorang majusi saja dimuliakan dan dijadikan muslim terhormat, karena berkat memuliakan bulanm Ramadhan. Apalagi kita semua warga Banua yang dikenal masyarakat agamis, saya yakin di bulan suci ini pasti mendapat kemuliaan dari Allah SWT.(jejakrekam)

Penulis adalah Plt Ketua PWNU Kalsel

Sekretaris Umum MUI Provinsi Kalsel

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.