Baitul Qur’an Selama Ramadhan

0

Oleh : Humaidy Ibnu Sami

KETIKA memasuki bulan suci Ramadhan, serentak rumah tangga-rumah tangga masyarakat Banjar, entah di kampung halaman ataupun di perantauan tiba-tiba berubah menjadi semacam Baitul Qur’an atau rumah Alquran.

BAITUL Qur’an adalah aktivitas yang di dalamnya semarak dipenuhi irama ayat-ayat suci Alqur’an yang dibaca oleh segenap penghuninya siang dan malam baik oleh keluarga batih (inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak maupun keluarga yang lebih luas ditambah kakek dan nenek.

Kulihat mereka seperti bertanding saling berlomba cepat-cepatan dan banyak-banyakkan mengkhatamkan Alquran. Biasanya di dalam rumah tangga yang keluarga besar, Kakek menjadi sang juara karena ia tidak disibukkan hal-hal yang lain fokus pada pembacaan Alquran saja. Dulu di dalam rumah tangga ayah-ibuku di Teluk Tiram, kakekku H Anang Maspoer bisa khatam lebih dari puluhan kali selama Ramadhan. Sementara ayahku memperoleh juara kedua dengan khatam Alqur’an lebih lima kali dalam sebulan puasa.

Sedangkan aku sebagai anak pada waktu itu, paling optimal khatam tiga kali saja. Adapun yang agak kedodoran kaum perempuan baik Nenek, Ibu maupun saudara perempuan sangat susah untuk mencapai satu khatam saja. Hal ini, bisa jadi kaum perempuan sangat sibuk untuk mempersiapkan segalanya dalam seluruh kegiatan berpuasa sekaligus yang mengiringinya.

BACA : Di Tengah Keterbatasan Fisik, H Yuseri Fauzi Lahirkan Karya Dua Mushaf Alquran

Kegiatan tersebut bisa berupa memasak dan menghidangkan sahur dan berbuka setiap hari dengan tambahan membersihkan sesudahnya dan mencuci pakaian serta menyapu lingkungan dalam dan halaman rumah hingga tidak punya waktu untuk duduk membaca Alqur’an.dengan penuh. Suatu yang luar biasa, jika ada kaum perempuan bisa khatam sekali saja, apalagi lebih selama bulan Ramadhan.

Di bulan ini, di dalam rumah tangga masyarakat Banjar Alquran menjadi lebih banyak dibuka dan dibaca dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Bisa jadi, di antara mereka ada yang membeli beberapa Alqur’an baru untuk kegiatan “mangaji” seluruh anggota keluarga di dalam rumah tangga, tidak lagi memakai Alqur”an lama yang sudah “buruk” karena sudah dimakan usia bahkan ada juga Alqur’an Juz-Juzan. Semacam Alqur’an “Bacurai”, per juz hingga berjumlah 30 buah karena 30 juz. Atau Alqur’an yang lama masih bisa dipakai, namun mereka ingin Alqur’an baru, biar menjadi sangat bergairah mengisi hari-hari yang penuh Rahmat, Maghfirah, Berkah dan Ifkun Minannar (bebas dari api neraka).

BACA JUGA : Tradisi Menyambut Ramadhan di Kalimantan Selatan

Muncul pertanyaan, mengapa di bulan Ramadhan masyarakat Banjar begitu antusias untuk membaca Alqur’an hingga rumah tangga rumah tangga mendadak bisa menjelma Baitul Qur’an. Jawabnya mungkin karena masyarakat Banjar meyakini bahwa bulan Ramadhan adalah bulannya Alqur’an, di mana tepat malam 17 Ramadhan wahyu pertama Alqur”an turun kepada Nabi Muhammad SAW, di Goa Hira melalui malaikat Jibril As. Bisa jadi juga, karena bulan Ramadhannya yang mengandung banyak kemuliaan segala ibadah termasuk membaca Alqur’an dan mengkhatamkannya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT.

Sayang, tradisi “mangaji” dan “manamatkan” Alqur’an di dalam rumah tangga masyarakat Banjar, di bulan Ramadhan ini tidak dikembangkan di bulan lain sehingga kesannya seperti menguap begitu saja di ba’da Ramadhan. Alqur’an kan sebagai Kitab Suci umat Islam disuruh setiap saat untuk dibaca dan dipelajari, bukan pada bulan Ramadhan saja yang hanya ada sebulan dalam setiap tahun.(jejakrekam)

Penulis adalah Dosen UIN Antasari Banjarmasin

Peneliti Senior LK3 Banjarmasin

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.